Berric Dondarrion
Ingatkah kita bahwa kemarin dalam acara pencitraannya Jokowi kembali melakukan pencurian start kampanye dengan membawa tema ketahanan pangan mengenai bagaimana Indonesia tergantung pada hasil impor ketimbang menghasilkan sendiri yang ternyata terbukti tema tersebut hanya pengulangan dari apa yang sudah diperjuangkan oleh Prabowo melalui HKTI sejak tahun 2004 dan menjadi garis perjuangan Gerindra? Atau dalam bahasa yang lebih lugas Jokowi memplagiat program Prabowo padahal dua minggu sebelumnya dia dengan penuh kesombongan mengatakan sedang menyembunyikan program karena takut ditiru capres lain.
Hari ini Jokowi kembali melakukan kampanye dengan tema ketahanan pangan, dan mengungkap pemikirannya bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mendirikan Bank Pertanian untuk memodali pertanian. Wah, para pendukung Jokowi langsung bersorak kegirangan, ini ide brilian, luar biasa original, hebat Jokowi.
Masalahnya adalah ide Jokowi jauh dari original sebab dari dulu sudah banyak lembaga termasuk bank dan koperasi yang menyediakan pembiayaan untuk memberi modal kepada para petani, misalnya di Bank Mandiri ada kredit ketahanan pangan, atau di BULOG ada program Bayar Setelah Panen (Yarnen) di mana Bulog bekerja sama dengan BUMN memberikan kredit berupa pupuk dan bibit unggul kepada petani dan setelah panen petani wajib menjual kepada Bulog dan dipotong kredit pupuk dan bibit sebelumnya, dengan kata lain bila tidak panen maka petani tidak terbebani hutang kepada Bulog.
Nah, kendati demikian membangun jaringan bank khusus pertanian sudah menjadi agenda HKTI di bawah Prabowo sejak lama, dan kemudian sejak tahun 2008 diadopsi ke Gerindra supaya program ini mendapatkan dorongan politik, bahkan membuat Bank Pertanian adalah prioritas utama Gerindra apabila mendapat kesempatan memimpin Indonesia. Untuk tahun 2014 - 2019 program ini kembali menjadi program unggulan Gerindra sebagaimana tercantum jelas dalam 6 Program Aksi Transformasi Bangsa yang diterbitkan Gerindra.
Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa kembali ide pembangunan Bank Pertanian Jokowi adalah memplagiat atau mencuri ide/program milik Gerindra. Kalaupun Jokowi mencuri, kenapa tidak boleh siapa tahu bisa dia laksanakan? Masalahnya Jokowi hanya tahu kulit luar saja, saya meragukan Jokowi paham dunia pembiayaan pertanian, dan dia seenaknya mengatakan "Yang penting dibuat dahulu, bank itu penting jalan dulu", lho, modalnya bagaimana? bila ada masalah dengan panen dan petani tidak bisa mengembalikan bagaimana? Asal jeplak.
Tentu saja sistem "yang penting jalan dulu" ala Jokowi sudah kita saksikan di Jakarta mulai dari KJS sampai MRT. Ide dasarnya adalah tidak perlu pusing bikin rencana atau sistem yang penting jalan dulu dan sambil diperbaiki dan dievaluasi, terkesan masuk akal, tapi dalam praktek tidak segampang itu sebab yang jadi korban ujung-ujungnya masyarakat juga. KJS sebelum mendapat sistem kementerian kesehatan misalnya, terbukti menyebabkan banyak pasien miskin meninggal dunia. Selain itu faktanya dengan sistem "yang penting jalan dulu" terbukti malah semua program Jokowi di Jakarta mangkrak. Oleh karena itu bila Bank Pertanian dioperasikan dengan sistem Jokowi dapat dipastikan mangkrak dan ujung-ujungnya merugikan petani sama seperti Esemka yang merugikan benih cikal bakal industri mobil nasional akibat keegoisan Jokowi.
Lantas Prabowo bagaimana? HKTI memang sulit membangun jaringan Bank Pertanian karena kurang secara finansial dan dukungan politik, tapi setidaknya Gerindra sudah lama mempunyai perusahaan di bidang pertanian termasuk pembiayaan petani, yaitu PT Karunia Tidar Abadi dan PT Tidar Kerinci Agung. Belum terlalu sukses memang tapi setidaknya Prabowo dan tim Gerindra menunjukan keseriusan mereka di bidang pertanian dan mereka mempunyai pengalaman tentang masalah-masalah yang ada pada sektor pertanian termasuk pembiayaan. Bukan seperti Jokowi dengan sistem "yang penting jalan terus" sebagai alasan tidak memikirkan masalah yang akan menimpa Bank Pertanian karena dia malas berpikir, sebab Jokowi adalah pemalas.
Keseriusan Prabowo terhadap sektor pertanian juga ditunjukan ketika dia bernegosiasi untuk masuk kabinet SBY yang sedang di-reshuffle, posisi yang dia minta hanya menteri pertanian. Jadi kita bisa yakin bahwa pertanian bagi Prabowo bukan hanya lips service seperti Jokowi melainkan program yang sudah mendarah daging dan ngelotok sebab sudah dia tekuni selama hampir sepuluh tahun.
Mau pilih mana, pemimpin yang mau berpikir atau pemimpin yang malas mikir?
Read More...
Ingatkah kita bahwa kemarin dalam acara pencitraannya Jokowi kembali melakukan pencurian start kampanye dengan membawa tema ketahanan pangan mengenai bagaimana Indonesia tergantung pada hasil impor ketimbang menghasilkan sendiri yang ternyata terbukti tema tersebut hanya pengulangan dari apa yang sudah diperjuangkan oleh Prabowo melalui HKTI sejak tahun 2004 dan menjadi garis perjuangan Gerindra? Atau dalam bahasa yang lebih lugas Jokowi memplagiat program Prabowo padahal dua minggu sebelumnya dia dengan penuh kesombongan mengatakan sedang menyembunyikan program karena takut ditiru capres lain.
Hari ini Jokowi kembali melakukan kampanye dengan tema ketahanan pangan, dan mengungkap pemikirannya bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mendirikan Bank Pertanian untuk memodali pertanian. Wah, para pendukung Jokowi langsung bersorak kegirangan, ini ide brilian, luar biasa original, hebat Jokowi.
Masalahnya adalah ide Jokowi jauh dari original sebab dari dulu sudah banyak lembaga termasuk bank dan koperasi yang menyediakan pembiayaan untuk memberi modal kepada para petani, misalnya di Bank Mandiri ada kredit ketahanan pangan, atau di BULOG ada program Bayar Setelah Panen (Yarnen) di mana Bulog bekerja sama dengan BUMN memberikan kredit berupa pupuk dan bibit unggul kepada petani dan setelah panen petani wajib menjual kepada Bulog dan dipotong kredit pupuk dan bibit sebelumnya, dengan kata lain bila tidak panen maka petani tidak terbebani hutang kepada Bulog.
Nah, kendati demikian membangun jaringan bank khusus pertanian sudah menjadi agenda HKTI di bawah Prabowo sejak lama, dan kemudian sejak tahun 2008 diadopsi ke Gerindra supaya program ini mendapatkan dorongan politik, bahkan membuat Bank Pertanian adalah prioritas utama Gerindra apabila mendapat kesempatan memimpin Indonesia. Untuk tahun 2014 - 2019 program ini kembali menjadi program unggulan Gerindra sebagaimana tercantum jelas dalam 6 Program Aksi Transformasi Bangsa yang diterbitkan Gerindra.
Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa kembali ide pembangunan Bank Pertanian Jokowi adalah memplagiat atau mencuri ide/program milik Gerindra. Kalaupun Jokowi mencuri, kenapa tidak boleh siapa tahu bisa dia laksanakan? Masalahnya Jokowi hanya tahu kulit luar saja, saya meragukan Jokowi paham dunia pembiayaan pertanian, dan dia seenaknya mengatakan "Yang penting dibuat dahulu, bank itu penting jalan dulu", lho, modalnya bagaimana? bila ada masalah dengan panen dan petani tidak bisa mengembalikan bagaimana? Asal jeplak.
Tentu saja sistem "yang penting jalan dulu" ala Jokowi sudah kita saksikan di Jakarta mulai dari KJS sampai MRT. Ide dasarnya adalah tidak perlu pusing bikin rencana atau sistem yang penting jalan dulu dan sambil diperbaiki dan dievaluasi, terkesan masuk akal, tapi dalam praktek tidak segampang itu sebab yang jadi korban ujung-ujungnya masyarakat juga. KJS sebelum mendapat sistem kementerian kesehatan misalnya, terbukti menyebabkan banyak pasien miskin meninggal dunia. Selain itu faktanya dengan sistem "yang penting jalan dulu" terbukti malah semua program Jokowi di Jakarta mangkrak. Oleh karena itu bila Bank Pertanian dioperasikan dengan sistem Jokowi dapat dipastikan mangkrak dan ujung-ujungnya merugikan petani sama seperti Esemka yang merugikan benih cikal bakal industri mobil nasional akibat keegoisan Jokowi.
Lantas Prabowo bagaimana? HKTI memang sulit membangun jaringan Bank Pertanian karena kurang secara finansial dan dukungan politik, tapi setidaknya Gerindra sudah lama mempunyai perusahaan di bidang pertanian termasuk pembiayaan petani, yaitu PT Karunia Tidar Abadi dan PT Tidar Kerinci Agung. Belum terlalu sukses memang tapi setidaknya Prabowo dan tim Gerindra menunjukan keseriusan mereka di bidang pertanian dan mereka mempunyai pengalaman tentang masalah-masalah yang ada pada sektor pertanian termasuk pembiayaan. Bukan seperti Jokowi dengan sistem "yang penting jalan terus" sebagai alasan tidak memikirkan masalah yang akan menimpa Bank Pertanian karena dia malas berpikir, sebab Jokowi adalah pemalas.
Keseriusan Prabowo terhadap sektor pertanian juga ditunjukan ketika dia bernegosiasi untuk masuk kabinet SBY yang sedang di-reshuffle, posisi yang dia minta hanya menteri pertanian. Jadi kita bisa yakin bahwa pertanian bagi Prabowo bukan hanya lips service seperti Jokowi melainkan program yang sudah mendarah daging dan ngelotok sebab sudah dia tekuni selama hampir sepuluh tahun.
Mau pilih mana, pemimpin yang mau berpikir atau pemimpin yang malas mikir?