Berric Dondarrion
18 Jun 2014 | 20:45
Hari ini beredar dokumen yang sangat menghebohkan, dan bila terbukti benar maka dapat dipastikan akan menghancurkan kesempatan Jokowi menjadi Presiden Indonesia atau setidaknya secara signifikan menggerogoti kredibilitas Jokowi. Dokumen tersebut adalah transkrip rekaman antara Jaksa Agung Basrief Arief dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri:
"Basrief Arief: Terima kasih bu, arahannya sudah saya terima, langsung saya rapatkan dengan teman-teman.
Megawati: Itu anu, sampean jangan khawatir, soal media saya ke Pak Surya, nanti beliau yang berusaha meredam.
Basrief Arief: Makasih bu, eskalasi pemberitaan beberapa hari agak naik, tapi alhamdulillah trendnya mulai menurun. Tim kami sudah menghadap Pak Jokowi meminta yang bersangkutan agar tidak terlalu reaktif ke media massa.
Megawati: Syukurlah kalau begitu, intinya jangan sampai masalah ini (kasus Transjakarta) melemahkan kita, bisa blunder hadapi Pilpres, tolong diberi kepastian, soal teknis bicarakan langsung dengan Pak Trimedia dan mas Todung, aku percaya sama sampaean.
Basrief Arief: Tadi sore kami sudah berkoordinasi, insya Allah semuanya berjalan lancar, mohon dukungan dan doanya bu. Saya akan berusaha maksimal, Pak Trimedia juga sudah menjamin data-datanya.
Megawati: Amien, semua ini ujian, semoga tidak berlarut-larut, apa sih yang enggak dipolitisir, apalagi situasi kini makin dinamis, tapi saya percaya sampean dan kawan-kawan bisa meyakinkan ke media, saya percaya bisa diatasi, jangan kasus ini Pak Jokowi jadi terseret dan membuat agenda kita semua berantakan.
Basyrief Arief: "Insya Allah saya usahakan, sekali lagi terima kasih kepercayaan ibu kepada saya dan teman-teman, kita komit kok bu, untuk urusan ini (kasus Transjakarta) saya pasang badan."
http://m.okezone.com/read/2014/06/18/567/1000667/beredar-transkrip-pembicaraan-megawati-jaksa-agung-soal-kasus-transjakarta
Entah apakah transkrip ini benar atau tidak tapi seperti sudah dapat diduga, pihak Kejaksaan Agung dan pihak Timses Jokowi-JK sudah membantah. Terlepas dari bantahan para pihak, namun saya cenderung menilai kemungkinan besar transkrip tersebut benar dengan beberapa alasan berikut:
Pertama: tidak seperti "bocornya" surat Jokowi ke Kejagung dan DKP, sejak awal pembocor transkrip percakapan di atas langsung mengakui dan menyatakan siap bertanggung jawab yaitu Ketua Progress 98, Faisal Assegaf. Saya tidak kenal pembocornya, namun sulit percaya bahwa yang bersangkutan akan berani pasang badan bila dia tidak yakin bahwa transkripnya asli, minimal pasti sudah mendengar rekaman yang menjadi dasar pembuatan transkrip.
http://m.okezone.com/read/2014/06/18/567/1000775/penyebar-percakapan-megawati-basrief-harus-tanggung-jawab
Kedua: Membaca kalimat yang diucapkan tokoh Megawati saya melihat sepertinya memang itu tata bahasa Megawati. Silakan bandingkan dengan cara bicara Megawati yang sudah beredar selama ini.
Ketiga: penyebutan nama Trimedya Pandjaitan oleh sosok Megawati masuk akal karena Trimedya adalah anggota Komisi III sedangkan Polri maupun Kejaksaan Agung adalah mitra kerja Komisi III. Baru-baru ini Trimedya juga tertangkap basah bertemu anggota Polri aktif yaitu Komjen Budi Gunawan dan komisioner KPU Hadar Gumay yang diduga untuk membocorkan soal debat kepada Jokowi.
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/09/269583624/Bertemu-Trimedya-Budi-Gunawan-Diserang-Kubu-Prabowo
Keempat: Penyebutan nama Todung Mulya Lubis juga masuk akal sebab "senjata andalan" yang bersangkutan dalam berpraktek selama ini adalah jaringannya kepada petinggi negara dan hal tersebut dia gunakan untuk melakukan lobi-lobi kepada petinggi negara untuk kepentingan kliennya sekalipun ada beberapa lobinya yang jelas-jelas melanggar hukum, contoh:
a. Tertangkap basah bertemu Jaksa Agung untuk melobi supaya Kejaksaan melepas empat terdakwa (sekarang terpidana) kasus mega korupsi Bioremediasi.
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt506b053a5fd49/pertemuan-jaksa-agung-dengan-kuasa-hukum-chevron-dikritik
b. Ada beberapa entry dalam buku Catatan Harian Todung Mulya Lubis terbitan Kompas yang jelas-jelas mengakui dia melakukan lobi-lobi kepada pejabat negara perihal kasus yang ditangani, contoh tanggal 24 Agustus 2009 dia bertemu dengan hakim MK Mufti Fajar dan membahas mengenai perkara hak uji materi UU Advokat yang sedang berjalan di Mahkamah Konstitusi padahal Todung Mulya Lubis memiliki kepentingan langsung agar KAI diakui sebagai organisasi advokat oleh MK karena dia udah dipecat secara permanen oleh Peradi dan saat itu menjadikan KAI sebagai sekoci penyelamat. Apapun alasannya bertemu dan mendiskusikan kasus tentang diirnya dengan hakim pemeriksa perkara tanpa didampingi lawan perkara adalah tidak etis dan melanggar hukum.
Kelima: saya sendiri pernah mendengar kabar angin bahwa ada tekanan dari kubu Jokowi kepada Kejaksaan Agung supaya tidak melibatkan Jokowi dalam perkara TransJakarta. Saat itu saya tidak yakin kebenaran kabar angin tersebut, tapi nyatanya transkrip pembicaraan Mega-Basrief Arief bocor ke publik.
Nah, perkembangan kasus ini selanjutnya harus ditunggu tapi saya perkirakan kubu Jokowi-JK pasti sedang dilanda kepanikan luar biasa. Saya selalu percaya Tuhan pasti melindungi Indonesia dari kubu Jokowi-JK dan akan melindungi Prabowo-Hatta, buktinya, Jokowi-JK keluarkan fitnah soal babinsa tiba-tiba Tuhan membawa Arief Puyono ke Sate Khas Senayan dan mempertemukan dia dengan pertemuan rahasia Trimedya-Budi Gunawan-Hadar Gumay; kemudian Jokowi-JK keluarkan fitnah mengenai DKP, sekarang percakapan Megawati dan Basrief Arief untuk mengintervensi kasus Transjakarta bocor ke publik. Luar biasa!!
Search This Blog
Blog Archive
-
▼
2014
(140)
-
▼
June
(28)
- Mengapa Jokowi Daur Ulang KJS yang Gagal?
- Sesat Berpikir Wimar Witoelar dengan Gallery of Ro...
- GTS, Tentang Keluarga Korban Kerusuhan Mei
- Bocornya Percakapan Megawati Lobi Jaksa Agung Peri...
- Kala Tionghoa Indonesia Bicara Prabowo
- Kapan Jokowi Berhenti Mengumbar Bohong?
- Mengapa ICW Terus Mengumbar Jokowi-JK?
- Pilih Jokowi, Kesalahan Terbesar Tionghoa Indonesia
- Hukuman Mati untuk Wiranto, Soebagyo HS dan Fachru...
- Jokowi Tidak Paham TPID, di Solo dan Jakarta Ngapa...
- Obor Rakyat: Politik Dizolimi ala Jokowi-JK
- Luhut Pandjaitan, Intel Partikelir Kreator Jokowi
- [Usul] Postingan Yg Dilaporkan Copy-Paste
- Kubu Jokowi-JK Kampanye Hitam di Gereja!
- Berbagai Bentuk Politik Dizolimi Jokowi
- Soekarno dan Soeharto: Sebuah Perbandingan
- Ditegur SBY, Jokowi-JK Ciptakan Isu Babinsa
- Perkemahan Para Penjahat ala Jokowi-Jusuf Kalla
- Kasus Babinsa, Operasi Senyap ala Jokowi Tingkir
- Tanggapan Atas Jawaban Imelda Bachtiar
- Teknik Untuk Patahkan Kampanye Hitam Jokowi
- Kala Jusuf Kalla Menjadi Batara Kala
- Kelemahan Gerindra yang Harus Diatasi
- Memilih Jokowi? Pendukungnya Saja Ragu...
- Kampanye Kotor Ala Jokowi-jusuf Kalla
- Perbuatan Yg Tunjukan Jokowi Putus Asa
- Kala Pendukung Jokowi Berjuang Demi Neo-Orba
- Alasan Tidak Pilih Jokowi? Jokowi Pembohong
-
▼
June
(28)
Popular Posts
-
Captured from this link . Menarik sekali isi dari sebuah website ini. Nominal yg dijanjikan luar biasa besar. Sewa Collateral U/ Jamina...
-
Masa-masa setelah kedatangan para Templar di Istana King Baldwin hingga munculnya Guy Lusignan dalam episode Perang Hattin melawan Shalah...
-
Bagi masyarakat Reformasi di Indonesia dan di Luar Negeri kami sependapat bahwa kita telah berusaha untuk membela negara yang kita cint...
-
Bangsa asli Amerika yang sering disebut dengan bangsa Indian adalah bangsa yang memiliki kulit berwarna merah muda. Bagsa Indian diyakini be...
-
Oleh : abu ya'la babussalam Naskah asli MafiaWar : Popularitas Jokowi dan Uang Haram Mafia 'China Connection' Siapa ya...
-
JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM- Strategi tipu-tipu ala Kartika Djoemadi yang digunakan pada Pemilu Presiden 2014 lalu, kembali ditiru pendu...
-
Guisepe Manzini Apakah dengan demikian, naiknya Roncalli menjadi paus merupakan sebuah kesuksesan program rahasia Konspirasi Yahudi Int...
-
Dalam sebuah diskusi bertema anti korupsi yang diselenggarakan KPK pada tahun 2012 lalu, seorang peserta bertanya siapa orang terkaya di In...
-
Tweet from @ratu_adil —————————– @ratu_adil: Mari mengingat kasus pajak Paulus Tumewu (bos Ramayana) yang kewajiban pajaknya ‘diputihkan’ ol...
-
Ngeri Ngeri Sedap, mungkin itulah pernyataan yang ada ketika melihat judul berita ini. Bahwa judul itu sebenarnya provokatif memang ya… Namu...
0 comments:
Post a Comment