Sebelum datang ke acara Deklarasi Damai semalam, Jokowi mendatangi salah satu penasihat spiritualnya di Gunung Kemukus, antara Solo dan Sragen, yang merupakan salah satu tempat keramat dan angker bagi kalangan kejawen untuk dibukakan indra ke-enam supaya dia bisa melihat hal-hal yang kasat mata dan tidak terlihat oleh panca indra, alasannya adalah Jokowi ingin mengetahui siapa saja yang akan menghianatinya. Singkat cerita ritual untuk membuka indra keenam Jokowi berhasil dan Jokowi datang ke acara deklarasi dengan sangat percaya diri.
Masalahnya adalah ketika di lokasi acara ternyata mata keenam Jokowi malah membuatnya melihat Jusuf Kalla berubah menjadi sosok Batara Kala, sosok raksasa durjana mengerikan nan jahat dan kuat dalam perwayangan Jawa yang memiliki dendam kesumat kepada Batara Surya (Dewa Matahari) dan Batara Candra (Dewa Bulan) dan terus berusaha menelan mereka, namun kedua dewa selalu berhasil meloloskan diri. Inilah asal usul terjadinya gerhana matahari dan bulan menurut mitologi Hindu.
Melihat sosok wakilnya sebagai raksasa Batara Kala inilah alasan semalam Jokowi tampak tegang sehingga saat duduk; berdiri sampai pidato terlihat kaku, dan kebetulan atau tidak sosok Batara Kala memang melekat pada diri Jusuf Kalla karena nama belakangnya Kalla. Kepemimpinan di Indonesia dicirikan sebagai matahari dan mangsa Batara Kala adalah matahari, maka semalam Jokowi terus menerus melihat Jusuf Kalla melihat dirinya dengan buas dan bersiap memangsa dirinya. Ini juga menjelaskan selama pidato Jokowi tampak tegang dan kacau sebab dia memang panik padahal kalau dipikir-pikir selama ini rakyat Jakarta sudah beberapa kali melihat Jokowi pidato di layar kaca dan lancar saja.
Kebetulan juga, dalam filsafat Hindu, Batara Kala merupakan simbol bahwa tidak ada seorangpun yang bisa melawan hukum karma, dan bila sudah waktunya meninggalkan dunia fana maka saat itu juga Batara Kala akan datang menjemput. Sehubungan dengan hal ini dari awal banyak orang sudah mengingatkan Jokowi bahwa Jusuf Kalla adalah orang yang "memakan matahari" atau sinar ketika menjadi wapres SBY, karena saat bersamanya pamor SBY benar-benar ditelan habis oleh Jusuf Kalla sampai memunculkan istilah "matahari kembar" yang merupakan istilah lebih halus daripada istilah sang Wapres Jusuf Kalla adalah presiden sebenarnya. Karena kehausan dalam diri Jusuf untuk menelan "matahari" di sampingnya itulah makanya tahun 2000 Presiden Gus Dur memecatnya dari Kursi Menteri Perindustrian dan Perdagangan; dan SBY menolak uluran tangan Jusuf Kalla untuk berduet kedua kalinya dengan memilih Budiono sebagai pasangan. Hal ini sesuai dengan mitos tentang Batara Kala, bahwa sekalipun dia berhasil menelan Batara Surya (Dewa Matahari) namun sang dewa selalu berhasil meloloskan diri. Masalahnya tentu saja bila Jokowi-Jusuf Kalla berhasil terpilih maka dapat dipastikan sinar mentari Jokowi akan ditelan oleh Jusuf Kalla dan baru bisa meloloskan diri lima tahun mendatang.
Bila kita melihat siaran ulang deklarasi semalam maka akan terlihat dengan jelas kepucatan Jokowi ketika Jusuf Kala dalam sosok Batara Kala yang mengerikan berpidato tepat di depan wajahnya, demikian juga ketegangan Jokowi ketika berada di depan panggung dan harus memegang tangan Jusuf Kalla sehingga dia mengangkat tangan karena terlalu takut untuk bergandengan tangan dengan Batara Kala/Jusuf Kalla di sampingnya sampai Prabowo harus menggenggam tangannya dengan sangat kencang karena tangan Jokowi gemetaran. Untung saja para penasehat spiritual Jokowi yang berada di lokasi acara masih bisa membentengi Jokowi dari sosok Batara Kala yang terlihat seperti mau menelannya hidup-hidup.
Nah, sekarang Jokowi harus secepatnya menetralisir Batara Kala dalam wujud Jusuf Kalla ini melalui ruwat, dan sesuai dengan mitologinya, Batara Kala memang bisa diusir dengan melakukan upacara tertentu misalnya memukul lesung kayu saat Gerhana Bulan atau Gerhana Matahari tiba; tapi apakah Jokowi bisa melakukan ruwatan tepat waktu adalah persoalan lain. Sosok Batara Kala sebagai perwujudan Jusuf Kalla menjelaskan mengapa dia sangat haus kekuasaan padahal usia sudah sangat sepuh dan dari awal saya dan banyak orang sudah mengingatkan bahwa alasan Jusuf Kalla bersedia menjadi cawapres Jokowi adalah karena Jokowi hanya bocah kecil yang bisa ditelan dan dikuasai Jusuf Kalla kapan saja dia mau; wong, matahari seorang jenderal saja bisa ditelan bagaimana matahari dari seorang petugas partai yang menjalankan tugas partai? Tapi tentu saja Jokowi dan orang-orang di sekitarnya terlalu sombong dan terlalu percaya diri karena menganggap mereka akan mudah menguasai Jusuf Kalla semudah menguasai Megawati padahal Jusuf Kalla dan Megawati adalah dua "binatang" yang sama sekali berbeda; Megawati adalah jenis "binatang" yang kuat bila berkelompok; tapi Jusuf Kalla adalah "binatang" yang berburu dan mencari mangsa sendirian, berada dalam kelompok justru akan mengurangi kemampuannya berburu.
Kisah di atas memang aneh tapi nyata; dianggap fiksi boleh; dianggap dongeng boleh; menjadi kisah pengantar tidur juga silakan saja.
0 comments:
Post a Comment