Berric Dondarrion
Lagi-lagi kubu Jokowi Tingkir melancarkan operasi Lempar Batu Sembunyi Tangan mereka yang basi itu, apa tidak bosan atau memang mereka sudah tidak punya ide lain? Bila melempar isu Jokowi disadap; Jokowi mau dibom; Iklan RIP Jokowi; membakar posko sendiri sampai menyerang ibadah di Jogjakarta hanya sukses membuat situasi sekedar berisik, tapi tidak berhasil membuat masyarakat menjadi resah, bagaimana mereka bisa berharap isu babinsa "mendorong milih capres tertentu" bisa berhasil menimbulkan kegaduhan?
Sepertinya hampir dapat dipastikan operasi babinsa lahir dalam suasana panik dan penuh keterburu-buruan karena SBY secara terbuka mengungkap ada jenderal aktif yang tidak netral dan mendukung capres tertentu. Identitas jenderal yang baru dapat dipastikan adalah Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang secara aktif mendukung PDIP, dan hal ini diakui oleh Jusuf Kalla sendiri dalam facebooknya. Kita belum mengetahui siapa lagi yang terlibat, walaupun ada informasi bahwa jenderal polisi berinisial S (saya juga tidak tahu siapa) menekan kejagung untuk tidak memeriksa Jokowi dalam kasus Bus TransJakarta. Silakan buka link di bawah ini untuk info lebih lanjut.
http://www.gatra.com/politik-1/54017-tudingan-sby-mengarah-ke-jenderal-moeldoko%E2%80%8F.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega
Selanjutnya ada indikasi yang masih haru s ditunggu kebenarannya bahwa KSAD Jenderal Budiman termasuk perwira aktif yang mendukung kubu Jokowi-JK, dan sedang dipertimbangkan untuk diganti oleh SBY. Bila ini benar maka menjelaskan penggunaan babinsa untuk mendiskriditkan kubu Prabowo-Hatta sebab secara struktural babimsa dikoordinir oleh KSAD.
http://www.bergelora.com/nasional/politik-indonesia/529-presiden-pertimbangkan-ganti-panglima.html
Pertanyaannya apakah kita bisa yakin bahwa pihak yang dimaksud adalah koalisi PDIP? Benar dan SBY sendiri yang memberi petunjuk ketika dia mengungkit bahwa TNI/Polri tidak netral pada pemilu tahun 2004, dan bila kita ingat memang saat itu mereka memihak Megawati-Hasyim Muzadi, misalnya ada video rekaman Kapoltabes Bayumas meminta masyarakat memilih Megawati-Hasyim; dan selain itu Ketua Tim Pemenangan Mega-Hasyim adalah AM Hendropriyono yang masih menjabat sebagai Ketua BIN.
Bila kita ingat sebelumnya Jokowi juga sudah menarik-narik Ketua KPK Abraham Samad untuk berpihak dengan mengiming-imingi jabawan cawapres. Sindiran SBY ini juga sekaligus menyentil Megawati yang kembali main Politik Dizolimi ketika berkaok-kaok bahwa pemilu tidak netral, tapi ternyata kubu mereka yang bermain kotor. Selain itu jauh sebelumnya, melalui tangan Panglima ABRI saat itu, Jenderal Ryamizard Ryacudu yang menggelar pasukan mengepung Istana Merdeka, Megawati berhasil menekan Gus Dur supaya mempercepat langkahnya turun dari kursi kepresidenan.
Dari awal sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa peringatan SBY itu juga berlaku sebagai pancingan dan faktanya adalah kubu PDIP dalam kepanikan mereka menjadi terpancing karena dari Jusuf Kalla; AM Hendropriyono sampai Luhut Panjaitan segera bereaksi membantah ada jenderal aktif di tim sukses mereka. Bantahan yang tidak cerdas menurut saya karena bila benar ada jenderal aktif mendukung mereka tentu dukungan akan diberikan diam-diam dan tidak mungkin terbuka. Luhut dan Edo benar-benar bikin malu Benny Moerdani saja, Benny bisa bangkit dari kubur kalau tahu dalih memalukan anak emasnya Luhut.
Dari kasus Intel-Masjid-Gate kita sudah mengetahui dengan jelas cara kubu Jokowi Tingkir melindungi diri ketika kebusukan mereka terbongkar yaitu dengan menyalahkan lawan atau melakukan propaganda disinformasi seolah yang melakukan perbuatan sebagaimana dituduhkan bukan mereka melainkan lawan mereka dengan penjelasan berikut:
a. Terbukti instruksi menginteli Masjid datang dari Eva Sundari, Jubir PDIP:
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/05/30/n6e5lb-timses-jokowijk-benarkan-ada-perintah-awasi-khutbah-jumat
b. Sudah terbukti dengan terang benderang bahwa instruksi mengawasi masjid dan khotib saat jumatan adalah perintah langsung dari PDIP namun setelah menimbulkan malapetaka kepada kubu PDIP mereka berdalih diplintir dan difitnah:
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/31/269581442/PDIP-Bantah-Instruksikan-Awasi-Khutbah-di-Masjid
c. Setelah dalih basi difitnah dan diplintir PDIP melalui juru bicara tim pemenangan menyindir kubu Prabowo-Hatta seolah terlibat dalam isu besar intel masjid:
http://www.antaranews.com/berita/436826/jokowi-jk-tak-ada-niat-awasi-tempat-ibadah
Nah, modus operandi Babinsa juga demikian, setelah PDIP dan kubu Jokowi Tingkir terpojok karena terungkap mereka bermain-main dengan netralitas TNI/Polri, dalam kepanikan dan membutuhkan solusi cepat mereka kembali menggunakan jurus usang, melempar isu bahwa TNI/Polri justru memihak kubu Prabowo-Hatta dengan isu babinsa mendorong warga desa mendukung Prabowo-Hatta padahal orang yang mengaku babinsa tersebut baru mendatangi 20 rumah tapi isu ini sudah segera jadi isu nasional, masak iya intel Prabowo-Hatta sedungu itu dalam menjalankan operasi intelijen, baru dua puluh rumah sudah kena tangkap dan babinsanya malah terang-terangan menyuruh mendukung Prabowo? Tidak mungkin lha.
Sekarang saya mau mengajak berlogika, siapa yang mungkin menggunakan babinsa yang secara struktur berada di bawah koordinasi KSAD bawahan Panglima TNI itu? Prabowo yang sudah 16 tahun lebih meninggalkan dinas militer dan selama berpolitik tidak pernah meninggalkan jejak menggunakan militer aktif untuk kepentingan dirinya; atau Jokowi-JK yang jelas-jelas JK sudah mengaku dalam facebooknya bahwa Panglima TNI Moeldoko incumbent mendukung mereka dan mempunyai rekam jejak menggunakan Ketua BIN sebagai ketua tim pemenangan; membujuk-bujuk Ketua KPK untuk berpolitik sampai menggunakan Panglima ABRI menggelar tank untuk memaksa seorang Presiden keluar dari Istana Merdeka?
Search This Blog
Blog Archive
-
▼
2014
(140)
-
▼
June
(28)
- Mengapa Jokowi Daur Ulang KJS yang Gagal?
- Sesat Berpikir Wimar Witoelar dengan Gallery of Ro...
- GTS, Tentang Keluarga Korban Kerusuhan Mei
- Bocornya Percakapan Megawati Lobi Jaksa Agung Peri...
- Kala Tionghoa Indonesia Bicara Prabowo
- Kapan Jokowi Berhenti Mengumbar Bohong?
- Mengapa ICW Terus Mengumbar Jokowi-JK?
- Pilih Jokowi, Kesalahan Terbesar Tionghoa Indonesia
- Hukuman Mati untuk Wiranto, Soebagyo HS dan Fachru...
- Jokowi Tidak Paham TPID, di Solo dan Jakarta Ngapa...
- Obor Rakyat: Politik Dizolimi ala Jokowi-JK
- Luhut Pandjaitan, Intel Partikelir Kreator Jokowi
- [Usul] Postingan Yg Dilaporkan Copy-Paste
- Kubu Jokowi-JK Kampanye Hitam di Gereja!
- Berbagai Bentuk Politik Dizolimi Jokowi
- Soekarno dan Soeharto: Sebuah Perbandingan
- Ditegur SBY, Jokowi-JK Ciptakan Isu Babinsa
- Perkemahan Para Penjahat ala Jokowi-Jusuf Kalla
- Kasus Babinsa, Operasi Senyap ala Jokowi Tingkir
- Tanggapan Atas Jawaban Imelda Bachtiar
- Teknik Untuk Patahkan Kampanye Hitam Jokowi
- Kala Jusuf Kalla Menjadi Batara Kala
- Kelemahan Gerindra yang Harus Diatasi
- Memilih Jokowi? Pendukungnya Saja Ragu...
- Kampanye Kotor Ala Jokowi-jusuf Kalla
- Perbuatan Yg Tunjukan Jokowi Putus Asa
- Kala Pendukung Jokowi Berjuang Demi Neo-Orba
- Alasan Tidak Pilih Jokowi? Jokowi Pembohong
-
▼
June
(28)
Popular Posts
-
Captured from this link . Menarik sekali isi dari sebuah website ini. Nominal yg dijanjikan luar biasa besar. Sewa Collateral U/ Jamina...
-
Masa-masa setelah kedatangan para Templar di Istana King Baldwin hingga munculnya Guy Lusignan dalam episode Perang Hattin melawan Shalah...
-
Bagi masyarakat Reformasi di Indonesia dan di Luar Negeri kami sependapat bahwa kita telah berusaha untuk membela negara yang kita cint...
-
Bangsa asli Amerika yang sering disebut dengan bangsa Indian adalah bangsa yang memiliki kulit berwarna merah muda. Bagsa Indian diyakini be...
-
Oleh : abu ya'la babussalam Naskah asli MafiaWar : Popularitas Jokowi dan Uang Haram Mafia 'China Connection' Siapa ya...
-
JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM- Strategi tipu-tipu ala Kartika Djoemadi yang digunakan pada Pemilu Presiden 2014 lalu, kembali ditiru pendu...
-
Guisepe Manzini Apakah dengan demikian, naiknya Roncalli menjadi paus merupakan sebuah kesuksesan program rahasia Konspirasi Yahudi Int...
-
Dalam sebuah diskusi bertema anti korupsi yang diselenggarakan KPK pada tahun 2012 lalu, seorang peserta bertanya siapa orang terkaya di In...
-
Tweet from @ratu_adil —————————– @ratu_adil: Mari mengingat kasus pajak Paulus Tumewu (bos Ramayana) yang kewajiban pajaknya ‘diputihkan’ ol...
-
Ngeri Ngeri Sedap, mungkin itulah pernyataan yang ada ketika melihat judul berita ini. Bahwa judul itu sebenarnya provokatif memang ya… Namu...
0 comments:
Post a Comment