Kloningan

Friday, June 6, 2014

Ditegur SBY, Jokowi-JK Ciptakan Isu Babinsa

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Lagi-lagi kubu Jokowi Tingkir melancarkan operasi Lempar Batu Sembunyi Tangan mereka yang basi itu, apa tidak bosan atau memang mereka sudah tidak punya ide lain? Bila melempar isu Jokowi disadap; Jokowi mau dibom; Iklan RIP Jokowi; membakar posko sendiri sampai menyerang ibadah di Jogjakarta hanya sukses membuat situasi sekedar berisik, tapi tidak berhasil membuat masyarakat menjadi resah, bagaimana mereka bisa berharap isu babinsa "mendorong milih capres tertentu" bisa berhasil menimbulkan kegaduhan?

Sepertinya hampir dapat dipastikan operasi babinsa lahir dalam suasana panik dan penuh keterburu-buruan karena SBY secara terbuka mengungkap ada jenderal aktif yang tidak netral dan mendukung capres tertentu. Identitas jenderal yang baru dapat dipastikan adalah Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang secara aktif mendukung PDIP, dan hal ini diakui oleh Jusuf Kalla sendiri dalam facebooknya. Kita belum mengetahui siapa lagi yang terlibat, walaupun ada informasi bahwa jenderal polisi berinisial S (saya juga tidak tahu siapa) menekan kejagung untuk tidak memeriksa Jokowi dalam kasus Bus TransJakarta. Silakan buka link di bawah ini untuk info lebih lanjut.

http://www.gatra.com/politik-1/54017-tudingan-sby-mengarah-ke-jenderal-moeldoko%E2%80%8F.html

http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega

Selanjutnya ada indikasi yang masih haru s ditunggu kebenarannya bahwa KSAD Jenderal Budiman termasuk perwira aktif yang mendukung kubu Jokowi-JK, dan sedang dipertimbangkan untuk diganti oleh SBY. Bila ini benar maka menjelaskan penggunaan babinsa untuk mendiskriditkan kubu Prabowo-Hatta sebab secara struktural babimsa dikoordinir oleh KSAD.

http://www.bergelora.com/nasional/politik-indonesia/529-presiden-pertimbangkan-ganti-panglima.html

Pertanyaannya apakah kita bisa yakin bahwa pihak yang dimaksud adalah koalisi PDIP? Benar dan SBY sendiri yang memberi petunjuk ketika dia mengungkit bahwa TNI/Polri tidak netral pada pemilu tahun 2004, dan bila kita ingat memang saat itu mereka memihak Megawati-Hasyim Muzadi, misalnya ada video rekaman Kapoltabes Bayumas meminta masyarakat memilih Megawati-Hasyim; dan selain itu Ketua Tim Pemenangan Mega-Hasyim adalah AM Hendropriyono yang masih menjabat sebagai Ketua BIN.

Bila kita ingat sebelumnya Jokowi juga sudah menarik-narik Ketua KPK Abraham Samad untuk berpihak dengan mengiming-imingi jabawan cawapres. Sindiran SBY ini juga sekaligus menyentil Megawati yang kembali main Politik Dizolimi ketika berkaok-kaok bahwa pemilu tidak netral, tapi ternyata kubu mereka yang bermain kotor. Selain itu jauh sebelumnya, melalui tangan Panglima ABRI saat itu, Jenderal Ryamizard Ryacudu yang menggelar pasukan mengepung Istana Merdeka, Megawati berhasil menekan Gus Dur supaya mempercepat langkahnya turun dari kursi kepresidenan.

Dari awal sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa peringatan SBY itu juga berlaku sebagai pancingan dan faktanya adalah kubu PDIP dalam kepanikan mereka menjadi terpancing karena dari Jusuf Kalla; AM Hendropriyono sampai Luhut Panjaitan segera bereaksi membantah ada jenderal aktif di tim sukses mereka. Bantahan yang tidak cerdas menurut saya karena bila benar ada jenderal aktif mendukung mereka tentu dukungan akan diberikan diam-diam dan tidak mungkin terbuka. Luhut dan Edo benar-benar bikin malu Benny Moerdani saja, Benny bisa bangkit dari kubur kalau tahu dalih memalukan anak emasnya Luhut.

Dari kasus Intel-Masjid-Gate kita sudah mengetahui dengan jelas cara kubu Jokowi Tingkir melindungi diri ketika kebusukan mereka terbongkar yaitu dengan menyalahkan lawan atau melakukan propaganda disinformasi seolah yang melakukan perbuatan sebagaimana dituduhkan bukan mereka melainkan lawan mereka dengan penjelasan berikut:

a. Terbukti instruksi menginteli Masjid datang dari Eva Sundari, Jubir PDIP:

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/05/30/n6e5lb-timses-jokowijk-benarkan-ada-perintah-awasi-khutbah-jumat

b. Sudah terbukti dengan terang benderang bahwa instruksi mengawasi masjid dan khotib saat jumatan adalah perintah langsung dari PDIP namun setelah menimbulkan malapetaka kepada kubu PDIP mereka berdalih diplintir dan difitnah:

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/31/269581442/PDIP-Bantah-Instruksikan-Awasi-Khutbah-di-Masjid

c. Setelah dalih basi difitnah dan diplintir PDIP melalui juru bicara tim pemenangan menyindir kubu Prabowo-Hatta seolah terlibat dalam isu besar intel masjid:

http://www.antaranews.com/berita/436826/jokowi-jk-tak-ada-niat-awasi-tempat-ibadah

Nah, modus operandi Babinsa juga demikian, setelah PDIP dan kubu Jokowi Tingkir terpojok karena terungkap mereka bermain-main dengan netralitas TNI/Polri, dalam kepanikan dan membutuhkan solusi cepat mereka kembali menggunakan jurus usang, melempar isu bahwa TNI/Polri justru memihak kubu Prabowo-Hatta dengan isu babinsa mendorong warga desa mendukung Prabowo-Hatta padahal orang yang mengaku babinsa tersebut baru mendatangi 20 rumah tapi isu ini sudah segera jadi isu nasional, masak iya intel Prabowo-Hatta sedungu itu dalam menjalankan operasi intelijen, baru dua puluh rumah sudah kena tangkap dan babinsanya malah terang-terangan menyuruh mendukung Prabowo? Tidak mungkin lha.

Sekarang saya mau mengajak berlogika, siapa yang mungkin menggunakan babinsa yang secara struktur berada di bawah koordinasi KSAD bawahan Panglima TNI itu? Prabowo yang sudah 16 tahun lebih meninggalkan dinas militer dan selama berpolitik tidak pernah meninggalkan jejak menggunakan militer aktif untuk kepentingan dirinya; atau Jokowi-JK yang jelas-jelas JK sudah mengaku dalam facebooknya bahwa Panglima TNI Moeldoko incumbent mendukung mereka dan mempunyai rekam jejak menggunakan Ketua BIN sebagai ketua tim pemenangan; membujuk-bujuk Ketua KPK untuk berpolitik sampai menggunakan Panglima ABRI menggelar tank untuk memaksa seorang Presiden keluar dari Istana Merdeka?

0 comments:

Post a Comment