Kloningan

Tuesday, June 3, 2014

Perbuatan Yg Tunjukan Jokowi Putus Asa

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Kita tentu ingat cerita rakyat yang menjadi legenda tentang seorang anak durhaka bernama Malin Kundang yang sukses di perantauan, menjadi kaya dari berdagang dan kemudian mengaku keluarga bangsawan untuk menikahi seorang putri orang kaya. Setelah menikah mereka pergi ke kampung Malin Kundang dan di sana Ibu Malin Kundang mengenali anaknya namun Malin Kundang yang merasa malu mempunyai ibu miskin pura-pura tidak mengenalnya. Sang Ibu yang sedih akhirnya mengutuk anak duharkanya itu menjadi batu.

Saya tidak bisa membayangkan bahwa di dunia ini benar-benar ada anak yang memalsukan riwayat hidup termasuk tidak mau mengakui latar belakang orang tua yang melahirkan dan membesarkan demi uang dan kekuasaan. Apakah ada orang yang segitu tidak punya hatinya?

Ternyata memang ada dan salah satunya sedang bertarung untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya. Orang ini adalah anak orang kaya; keturunan penggede desa; juragan tanah; ayahnya adalah pengusaha kayu; sang anak tinggal di rumah yang sangat luas dan besar dengan semua kenyamanannya; ketika SMA sang anak dibelikan dua sepeda motor yang merupakan kemewahan pada zaman itu sementara teman-teman sebaya naik sepeda; sang anak juga diberikan modal yang cukup untuk membangun perusahaan mebel. Namun sayangnya sang anak tidak tau diuntung, dia yang memiliki ambisi menjadi pejabat tertinggi negeri ini sadar bahwa rakyat Indonesia mudah ditipu dan diperdaya dan mereka menyukai pemimpin yang dari kalangan kebanyakan; merakyat dan sederhana, maka sang anak membuat cerita fiktif dan bohong bahwa ayah kandungnya tukang kayu miskin yang meninggal ketika masih kecil; dia tinggal di bantaran kali dan ketika masih kecil rumahnya tiga kali digusur.

Siapa calon presiden yang durhaka kepada ayah kandung dan leluhurnya di atas? Saya rasa anda sudah bisa menebak, yaitu Joko Widodo alias Jokowi alias Malin Kundang zaman modern.

Nah, Malin Kundang yang menyukai klenik dan mengamalkan kejawen ini pada hari Senin Pahing bersama cawapresnya; Jusuf Kalla pergi ke Jogjakarta untuk bertemu Sultan Jogja dan sudah diatur sedemikian rupa supaya Jokowi datang pada Senin Pahing (hari penguburan Kyai Zakaria II, ulama besar pada Zaman Mataram) dan sampai di sana tepat jam 9 pagi (angka simbol kesempurnaan). Pilihan hari dan waktu ini mengikuti nasihat orang yang menjadi penasihat spiritual Jokowi yang tinggal di Bogor. Sebelum berangkat bertemu Sultan Jogja, Jokowi juga puasa dengan hanya makan sekepal nasi putih dan sebelum berangkat dibekali beras ketan hitam di dalam kantong bahan kulit sapi untuk ditebar sepanjang Malioboro.

Untuk apa Jokowi melakukan semua ritual nyeleneh ini? Karena dia bermaksud menyerap energi mistis Gunung Kawi melalui Kyai Zakaria II yang memiliki pesarean yang selama ini dikunjungi banyak warga. Gunung Kawi tentu saja dipercaya banyak orang sebagai pusat kekuatan purba raja-raja Jawa, dengan tujuan ini jugalah Jokowi bertemu Sultan Jogjakarta, raja Jawa dengan harapan bisa menyerap hawa hidup sang raja jawa; sementara dari Gunung Kawi dia menyerap kekuatan purba raja-raja Jawa sebelumnya. Dengan menyerap semua kekuatan hidup raja Jawa + kekuatan purba raja-raja Jawa + energi spiritual Soeharto diharapkan Jokowi sang boneka dan petugas partai bisa menjadi modal besar untuk mengalahkan energi Hayam Wuruk-Gajah Mada-Soeharto yang bersemayam di tubuh Prabowo sebagaimana diterawang penasihat spiritual Jokowi, yang antara lain terbukti dari aura Prabowo mengalahkan aura Jokowi ketika memperebutkan nomor urut 1 karena angka tersebut adalah angka keberuntungan bagi kalangan Kejawen.

Mengapa Jokowi tampak segitu putus asa untuk mengalahkan Prabowo sehingga harus mengandalkan klenik; dukun; penasihat spiritual atau apapun namanya? Karena Jokowi sadar dia harus menang dalam pemilihan presiden kali ini sebab sebelumnya dia sudah mempertaruhkan semua miliknya, reputasinya di PDIP dan DKI Jakarta untuk menjadi capres, dan bila dia gagal sekalipun beda angka hanya tipis maka kelompok anti Jokowi di dalam PDIP akan menggunakannya untuk mendesak keluar Jokowi dan demikian pula orang-orang di Pemprov DKI dan warga DKI tidak akan menyambutnya dengan hangat karena dia jelas-jelas sudah menghianati mereka.

Warga DKI yang sudah sangat jelas membenci Jokowi adalah warga Betawi karena selama menjadi gubernur, Jokowi dirasa memarjinalkan warga Betawi; anti Betawi; meminggirkan warga Betawi dan yang paling penting pejabat yang digeser Jokowi hampir semuanya adalah Betawi. Tidak kurang tokoh Betawi yang dulu mendukung Jokowi seperti Ridwan Saidi sekarang sangat membenci Jokowi karena alasan di atas, juga karena Jokowi mencuri ide Ridwan Saidi untuk mengadakan festival keraton sedunia dan mengklaim festival itu idenya sendiri.

Nah, di saat persaingan untuk merebut suara rakyat menjadi sengit seperti sekarang, bahkan suara rakyat Betawi yang merupakan 35% dari jumlah penduduk Jakarta menjadi penting, untuk itulah dalam waktu dekat Jokowi si Malin Kundang yang selama 1,5 tahun terakhir seperti meludahi Betawi di Jakarta dalam waktu tidak lama lagi akan bertemu dengan Bamus Betawi untuk membicarakan perdamaian. Tujuan Jokowi jelas selain mencari suara juga sebagai jaring pengaman seandainya Jokowi harus kembali mengelola Jakarta maka dia berharap tidak dipersulit kaum Betawi.

Yah bisa dibilang apa yang dilakukan Jokowi bisa digambarkan sebagai ketika tidak dibutuhkan Betawi ditendang; tapi ketika membutuhkan Betawi disayang. Munafik dan tidak beretika? Anda yang menilai.

Namun sebelum melakukan penilaian ingat Bawaslu sendiri sudah menyatakan bahwa mereka menyayangkan perbuatan tidak beretika dan melanggar hukum Jokowi ketika dia mencuri start kampanye di hari pengambilan nomor urut di KPU beberapa hari silam. Serius mau presiden berkarakter Malin Kundang; tidak beretika; tidak tahu malu; mengintai masjid dan menarik-narik Panglima TNI sampai Ketua KPK ke pusaran politik dengan iming-iming kedudukan cawapres seperti Jokowi? Jadilah pemilih yang rasional dan pintar.

0 comments:

Post a Comment