Kloningan

Tuesday, June 3, 2014

Alasan Tidak Pilih Jokowi? Jokowi Pembohong

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Sebenarnya lucu juga melihat atau membaca betapa percayanya para fanboi kepada Jokowi seolah Jokowi adalah pemimpin paling amanah. Pemimpin amanah? Serius nih?

Bagaimana tidak lucu, sebab remah-remah kebohongan Jokowi sudah begitu banyak, janjinya pada Desember 2012 untuk tetap menjadi gubernur Jakarta misalnya, menurut timsesnya, Nanik S. Deyang, bulan tersebut Jokowi sudah ngebet untuk menjadi presiden, padahal baru satu bulan dia dilantik menjadi gubernur. Rakus dan Pembohong? Pastinya.

Kesaksian dari Nanik S. Deyang tersebut menjelaskan alasan Jokowi selama menjadi gubernur DKI tidak kerja; selalu menempel Megawati demi meraih simpati; pentingkan acara-acara partai; bolos kerja demi pencitraan atau kampanye terselubung yang dibungkus sebagai blusukan; melaksanakan program kerja asal cepat dan kemudian menjadikannya bahan kampanye (sesuai kesaksian Prijanto dan Nanik S. Deyang); menyebut dirinya sebagai superman banjir.

Semua perbuatan Jokowi selama ini juga merupakan bukti bahwa Jokowi adalah orang tipe pagi sore, pagi kedelai, sore tempe demikian kasat matanya dan banyaknya sehingga sulit menyimpulkan bahwa omongan Jokowi tidak layak dipercaya atau dipegang. Bila saya tidak salah hitung maka dari 100 omongan Jokowi maka 99 dari antaranya adalah kebohongan. Mengerikan bukan?

Salah satu kebohongan paling awal Jokowi tentu saja Esemka. Dia berbohong ketika mencitrakan seolah Esemka adalah proyek yang dimulai dari dirinya sejak awal, sebab sekarang sudah terbukti dan diketahui bahwa Esemka adalah program kementerian pendidikan dan kebudayaan, BPPT dan kementerian perindustrian untuk latihan praktek anak-anak SMK di Solo, sehingga sama sekali bukan program pemkot Solo.

Kebohongan berikut adalah KJS. Saat itu Jokowi dengan semangat pencitraan berkata bahwa sistem KJS adalah reimbursement, artinya semua biaya pengobatan rakyat Jakarta ditanggung Pemprov DKI dengan gratis. Ternyata sistem KJS yang sebenarnya adalah asuransi. Namun bukan kebohongan itu yang menjadi isu, masalahnya adalah karena kebohongan Jokowi menyebabkan rumah sakit dan puskesmas menjadi kacau karena dipenuhi orang-orang tidak sakit yang aji mumpung bisa berobat gratisan.

Saat itu Jokowi kembali berbohong ketika menyalahkan dokter, rumah sakit, puskesmas sampai pasien atas kisruh yang terjadi padahal kekisruhan tersebut adalah karena Jokowi berbohong mengenai sistem reimbursement.

Kebohongan lain yang dapat disebut adalah mengenai LGCG yaitu proyek mobil murah dapat menimbulkan kemacetan di Jakarta bertambah parah karena warga berbondong-bondong membeli mobil murah. Jokowi berbohong mengenai motivasinya melontarkan kritik atas kebijakan pemerintah pusat tersebut. Kritik Jokowi tersebut lagi-lagi dengan semangat berkampanye menggunakan atribut gubernur, terbukti "harga murah" LGCG sebenarnya tidak terpaut jauh dari harga Esemka apabila kendaraan politik Jokowi tersebut jadi memasuki pasar otomotif Indonesia.

Kebohongan Jokowi selanjutnya adalah ketika dia mengkritik bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah pusat. Lagi-lagi niatnya hanya sekedar pencitraan di media massa sebagai persiapan mencapreskan diri, sebab sistem pemberian uang tunai sebagai bantuan kepada masyarakat kecil tidak ada bedanya dengan sistem KJP yang menjadi andalan Jokowi.

Masih banyak kebohongan Jokowi selama di Jakarta, namun salah satu yang terbesar tentu saja groundbreaking monorel. Jokowi berbohong bahwa proyek monorel telah berjalan kembali, sebab bagaimana proyek tersebut berjalan bila antara Pemprov DKI dan PT Jakarta Monorel saja belum pernah membahas perjanjian kerja sama pembangunan monorel?

Seorang Ahok saja sampai mengatakan bahwa yang disebut groundbreaking sebenarnya sekedar tipu-tipu saja, dan walaupun dia tidak menyebut nama Jokowi tapi kita tahu siapa yang telah melaksanakan groundbreaking padahal kepastian pembangunan monorel belum tentu terlaksana. Pada kenyataannya menurut mantan timses Jokowi, proyek monorel memang proyek tipu-tipu Jokowi bisa terlihat rakyat proyek sudah berjalan.

Selama kampanye menjelang pilpres Jokowi juga sering sekali tanpa malu berbohong, mengatakan koalisi PDIP adalah tanpa syarat, bila demikian mengapa JK harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 10trilyun hanya untuk menjadi cawapres? Selain itu mengapa jatah kursi menteri untuk PDIP hanya ada empat, sedangkan sisanya dibagi rata kepada para partai mitra koalisi dan para LSM/NGO, misalnya Goenawan Mohamad sudah diplot menjadi menteri informasi dan Todung Mulya Lubis menjadi menteri luar negeri?

Terkait kebohongan pada masa kampanye adalah ketika Jokowi berkata "dia menjadi presiden justru untuk memperbaiki Jakarta.". Mengapa ini bohong? Sebab wilayah DKI Jakarta tidak mencapai sepersepuluh seluruh wilayah Indonesia sehingga tidak mungkin seorang presiden Indonesia hanya memperbaiki Jakarta saja karena dilihat dari UU Otonomi Daerah maka mengurus Jakarta adalah kewajiban Gubernur DKI Jakarta, dalam hal ini Jokowi. Bila menjadi gubernur saja Jokowi sudah malas atau ogah-orgahan memperbaiki Jakarta, apalagi ketika menjadi Presiden? dapat dipastikan dia akan ngeles ketika ditagih janjinya mengurus Jakarta dengan berkata: "Saya presiden Indonesia bukan presiden Jakarta, dan tugas pokok aksi atau tupoksi Presiden RI adalah bukan konsentrasi pada pembangunan Jakarta, melainkan seluruh daerah di Indonesia."

Tentu saja yang lebih penting lagi, Jokowi telah melanggar dua omongannya sendiri terkait memperbaiki Jakarta, yaitu 1. saat menjadi walikota Solo dan berkata mudah memperbaiki macet dan banjir Jakarta berdasarkan pengalaman di Solo, dan 2. saat telah menjadi gubernur Jakarta dengan mengatakan akan berkonsentrasi menjadi gubernur selama lima tahun untuk memperbaiki macet dan banjir Jakarta.

Penipuan Jokowi yang lain pada masa kampanye adalah membuat klaim bahwa "revolusi mental" ada idenya padahal ide ini adalah ide yang sudah sangat lama beredar, selain itu Jokowi juga pernah mengirim artikel yang bertema revolusi mental dengan mencantumkan dirinya sebagai penulis padahal belakangan diakui penulis sebenarnya adalah tim sukses, itupun memplagiat tulisan Romo Benny di harian media massa lain.

Daftar kebohongan Jokowi di atas hanya sebagai catatan selama di Jakarta untuk merekam jejak langkah Jokowi yang memang tipe pagi sore dan omongannya tidak bisa dipegang. Tentu kebohongan di atas tidak semua sebab bila ditulis secara detail maka 5 jilid buku masing-masing 1.000 halaman dengan font times new roman ukuran 10 juga tidak akan muat untuk menjabarkannya secara lengkap.

Bagaimana catatan tersebut digunakan adalah terserah anda. tapi saya mau menyampaikan bahwa ada sebuah idiom dalam bahasa Inggris bila kita sampai ditipu Jokowi untuk kesekian kalinya, yaitu Fool Me Once, Shame On You, Fool Me Twice, Shame On Me, atau secara harafiah berarti bila saya berhasil ditipu sekali maka itu salah kamu, namun bila saya ditipu dua kali oleh kamu maka itu salah saya. Jangan mau dikibulin Jokowi lagi.

0 comments:

Post a Comment