Kloningan

Thursday, June 5, 2014

Kasus Babinsa, Operasi Senyap ala Jokowi Tingkir

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Malam ini saya memutuskan akan menulis tentang strategi Joko Tingkir dari Jokowi karena ada hubungan dengan kasus laporan pihak Jokowi-JK mengenai ada bintara pembina desa (babinsa) yang mengarahkan orang-orang desa untuk memilih calon tertentu, dan karena hanya ada dua pasangan maka tuduhan tentu terarah seolah militer aktif mendukung kubu Prabowo-Hatta.

Masalahnya adalah isu ini muncul hanya beberapa hari setelah Presiden SBY murka karena menerima informasi valid bahwa ada jenderal aktif yang berpolitik mendukung salah satu pasangan capres-cawapres, yang mana menjurus kepada Panglima TNI Moeldoko; dan Komjen Budi Gunawan yang mendukung pasangan Jokowi-JK. Di Facebooknya, seorang Jusuf Kalla bahkan memuat foto Panglima TNI Moeldoko dalam daftar para pendukung mereka.

http://www.gatra.com/politik-1/54017-tudingan-sby-mengarah-ke-jenderal-moeldoko%E2%80%8F.html

http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega

Sekarang tiba-tiba ada laporan Babinsa mendukung Prabowo-Hatta? Tentu saja sangat transparan terlihat ini hanya taktik Lempar Batu Sembunyi Tangan yang biasa dimainkan oleh Jokowi-JK. Apakah tidak berlebihan mengatakan mereka sengaja membuat isu babinsa mendukung Prabowo-Hatta demi mendongkrak pencitraan mereka? Sama sekali tidak, malah logis karena mereka berkali-kali terbukti bermain Politik Dizolimi atau variasinya, Lempar Batu Sembuyi Tangan, dan kondisi hanya ada dua pasang capres adalah paling ideal untuk taktik seperti ini karena bila Jokowi-JK dizolimi maka pelakunya pasti pasangan yang satu lagi. Beberapa bukti "Politik Dizolimi" Jokowi-JK antara lain:

1. Pura-pura miskin dan dizolimi pemerintah ketika tinggal di bantaran kali padahal Jokowi berasal dari keluarga kaya raya.

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/25/269580144/Saat-SMA-Jokowi-Dua-Kali-Ganti-Motor

http://pemilu.sindonews.com/read/2014/05/28/113/867760/ssst-ini-rahasia-keluarga-jokowi

2. Jelas-jelas terbukti memberi perintah menginteli masjid satu Indonesia tapi malah berani menuding difitnah dan dizolimi.

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/31/269581442/PDIP-Bantah-Instruksikan-Awasi-Khutbah-di-Masjid

http://www.antaranews.com/berita/436826/jokowi-jk-tak-ada-niat-awasi-tempat-ibadah

3. Menyatakan bahwa alasan mereka menginteli masjid karena Prabowo-Hatta membuat kampanye hitam di tempat ibadah (masjid), padahal terbukti justru Luhut Panjaitan dan Alwi Shihab melakukan kampanye hitam di gereja.

http://m.kompasiana.com/post/read/662956/1/kubu-jokowi-jk-kampanye-hitam-di-gereja.html

4. Terjadi penyerbuan di sebuah Gereja Katolik di Jogjakarta, kubu Jokowi-JK melalui pendukung mereka, Nong Darol Mahmada malah menuding Prabowo-Hatta pelakunya sehingga bila mau Indonesia damai harus memilih Jokowi.

https://twitter.com/nongandah/status/472195995

5. Seseorang yang patut diduga anggota pendukung Jokowi-JK membuat cerita bahwa Prabowo membawa seorang pendeta terkenal Benny Hinn ke KKR dan di sana menjelek-jelekin Jokowi-JK, terbukti tidak benar dan kampanye hitam.

http://www.kaskus.co.id/thread/5389fd32ac07e7ae3f8b4734/prabowo-bawa-benny-hinn-ke-kupang-trus-jelek2in-jokowi-di-sana/

6. Saat Pilkada DKI terjadi kerusuhan rasial di Solo dan Jokowi beserta tim PDIP menuding pelakunya adalah Foke-Nara, tapi sekarang terbukti kelompok yang bertikai memiliki hubungan dengan Jokowi dan wakil walikota saat itu FX Hadi Rudyatmo.

http://m.kompasiana.com/post/read/662073/1/mewaspadai-strategi-ken-arok-ala-jokowi-.html

7. Satu bulan sebelum deklarasi pencapresannya tanpa izinnya yang seperti maling di Rumah Pitung, tiba-tiba Jokowi mengaku disadap karena menemukan alat sadap di rumah dinasnya, media massa heboh. Masalahnya sampai sekarang Jokowi tidak bisa menunjukan alat sadap yang konon ditemukan itu anggota PDIP itu.

http://m.tempo.co/read/news/2014/02/20/078556015/Menjelang-Pemilu-Rumah-Dinas-Jokowi-Disadap

8. Hampir bersamaan dengan melempar isu disadap, Jokowi melempar isu bahwa dia mau dibunuh menggunakan bom sebuah kapal laut yang akan ditumpangi. Buktinya? Kapal meledak sehari sebelum dia naiki. Serem? Sama sekali tidak sebab terbukti hasil forensik kepolisian menemukan kapal terbakar karena konsleting listrik bukan dibom atau pekerjaan teroris.

http://news.liputan6.com/read/835631/dishub-dki-kapal-untuk-jokowi-tidak-meledak-tapi-terbakar

9. Sama seperti kasus "mau dibom di kapal padahal terbakar karena konsleting listrik" di atas, Jokowi segera mengatakan "itu teror" ketika Posko Relawan PDIP kebakaran seolah posko dibakar saingan politiknya, dan tidak kurang dalam covernya membahas masalah tersebut, Tempo majalah Jokowi memakai foto kebakaran besar dari daerah lain, padahal kebakarannya sendiri sangat kecil (foto sebenarnya bisa dilihat di bawah ini). Pada hari yang sama dengan pernyataan "itu terornya Jokowi", polisi menegaskan posko PDIP terbakar bukan dibakar.

http://m.tempo.co/read/news/2014/05/26/269580408/Kebakaran-Posko-Jokowi-PDIP-Itu-Teror

http://m.tempo.co/read/news/2014/05/26/269580440/Polisi-Posko-Jokowi-Terbakar-Bukan-Dibakar/

10. Tim sukses Jokowi-JK membuat dan menyebarkan Iklan RIP Jokowi dan membuat komentar bahwa iklan tersebut adalah "bukti memang ada ancaman Jokowi akan dibunuh" dengan tertuduh siapa lagi kalau bukan kubu Prabowo-Hatta.

http://m.kompasiana.com/post/read/655000/1/iklan-rip-jokowi-buatan-tim-jokowi.html

Seperti biasa, masih banyak bukti bahwa Jokowi bermain Politik Dizolimi atau Lembar Batu Sembunyi Tangan, tapi contoh di atas seharusnya sudah cukup untuk membuktikan permainan dizolimi yang dimainkan oleh Jokowi dan tim suksesnya. Konsekuensi logis dari temuan ini adalah kita tidak boleh sampai percaya dengan apapun propaganda anti Prabowo-Hatta yang dilancarkan Jokowi-JK seperti kasus babinsa di atas sebab akan menjadi berbahaya bila kita malah percaya tukang fitnah yang suka bermain politik dizolimi seperti Jokowi-JK, jangan sampai dikelabui mereka.

Sekali lagi saya harus mengingatkan bahwa di kubu Jokowi-JK terdapat intel-intel kelas wahid binaan raja intelijen Indonesia Benny Moerdani seperti Hendropriyono dan Luhut Panjaitan si anak emas Benny Moerdani. Bagi mereka mudah saja melakukan operasi senyap dengan mengatur orang untuk menyamar sebagai orang Prabowo-Hatta dan pura-pura mengatur babinsa menyuruh orang desa memilih Prabowo-Hatta, atau justru kongkalikong dengan babinsa untuk mendiskriditkan Prabowo-Hatta dengan membuat laporan ke Bawaslu seperti yang sekarang mereka lakukan.

Selain itu kita juga harus ingat bahwa orang-orang ini mempunyai prinsip kekejaman yang sama dengan Benny Moerdani dan tidak segan mengorbankan rakyat demi tujuan mereka. Coba simak sepak terjang Luhut Panjaitan yang membunuh dan membantai banyak rakyat sipil dengan peluru saat Peristiwa Malari 1974:

"Letusan peluru itu tidak digubris para pendemo. Mereka terus melempari tentara dengan batu. Merasa terdesak Luhut [Panjaitan] memerintahkan anak buahnya menembak kaki para pendemo. Situasi makin kacau karena mereka kocar-kacir. Tentara yang mengejar tidak lagi mengarahkan moncong ke aspal, tapi sudah mengincar sasaran. Luhut menduga banyak yang tewas saat kejar-kejaran itu."

- Massa Misterius Malari, terbitan Tempo, halaman 71.

Mengapa Jokowi suka strategi seperti ini? Karena dia mengadopsi strategi dari raja-raja Jawa terkenal, terutama dari trah Majapahit. Mungkin dengan melakukan hal tersebut Jokowi merasa dia adalah calon sultan atau raja Majapahit berikutnya. Karena sudah pernah membahas tentang strategi Ken Arok, maka sekarang kita akan bahas sedikit tentang strategi Joko Tingkir.

Alkisah Joko Tingkir adalah putra Kebo Kenanga yang masih keturunan Majapahit dan trah Majapahit mau merebut wilayah mereka dari kesultanan Demak, tapi sebelum itu Joko Tingkir harus masuk ke dalam lingkungan kekuasaan istana Demak. Namun bagaimana caranya? Sesuai cerita, tim sukses Joko Tingkir membuat kerusuhan di alun-alun Keraton Demak dengan memasukan tanah merah ke telinga seekor banteng, yang kemudian mengamuk. Saat itu tidak ada orang yang mampu mengendalikan banteng, akhirnya Joko Tingkir muncul dan menenangkan banteng dengan diam-diam mengambil tanah merah di kuping banteng. Sultan akhirnya terkesima lalu mengangkatnya jadi lurah prajurit sampai akhirnya jadi menantu.

Singkat cerita setelah sultan meninggal, Joko Tingkir dan tim suksesnya secara diam-diam membunuh para pewaris tahta Demak seperti Sunan Prawoto yang buta; dan Haryo Penangsang. Demak yang kacau karena ulah Joko Tingkir terpaksa menunjuk Joko Tingkir sebagai Raja Demak, dan selanjutnya memindahkan ibukota ke bekas daerah Majapahit di Pajang.

Bila cerita Ken Arok dan Joko Tingkir digunakan sebagai landasan menilai strategi-strategi yang dilakukan Jokowi-JK maka kita akan segera melihat benang merahnya sebab secara umum seluruh strategi Jokowi adalah mengadopsi strategi Ken Arok dan Joko Tingkir atau kombinasi keduanya, yaitu:

1. Berbuat sesuatu yang jahat kemudian menyatakan orang lain yang berbuat ala Ken Arok, contoh kasus: Iklan RIP Jokowi;

2. Diam-diam membuat kekacauan kemudian datang seolah pahlawan menenangkan suasana ala Joko Tingkir, misalnya ketika muncul orang-orang PDIP mendesak Megawati mencalonkan Jokowi sebagai capres dan mengancam memecah PDIP bila tidak dituruti, dan Jokowi datang melerai sehingga jadi pahlawan PDIP; atau

3. Diam-diam menimbulkan kekacauan atau kerusuhan, menuduh lawan yang berbuat kemudian tampil sebagai pahlawan misalnya kejadian di Solo pada Mei 2012 dengan mendamaikan kedua pihak padahal para pengacau adalah orang-orang Jokowi dan FX Hadi sendiri sehingga wajar Jokowi bisa mendamaikan mereka tapi sebelumnya Jokowi menuduh Foke mendalangi kerusuhan. Ini merupakan kombinasi strategi Ken Arok dan Joko Tingkir.

Sekali lagi, hati-hati dengan taktik Dizolimi dan Lempar Batu Sembuyi Tangan ala Jokowi.

0 comments:

Post a Comment