Kloningan

Monday, April 28, 2014

Dan Jokowi Terus Memplagiat Prabowo

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Ingatkah kita bahwa kemarin dalam acara pencitraannya Jokowi kembali melakukan pencurian start kampanye dengan membawa tema ketahanan pangan mengenai bagaimana Indonesia tergantung pada hasil impor ketimbang menghasilkan sendiri yang ternyata terbukti tema tersebut hanya pengulangan dari apa yang sudah diperjuangkan oleh Prabowo melalui HKTI sejak tahun 2004 dan menjadi garis perjuangan Gerindra? Atau dalam bahasa yang lebih lugas Jokowi memplagiat program Prabowo padahal dua minggu sebelumnya dia dengan penuh kesombongan mengatakan sedang menyembunyikan program karena takut ditiru capres lain.

Hari ini Jokowi kembali melakukan kampanye dengan tema ketahanan pangan, dan mengungkap pemikirannya bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mendirikan Bank Pertanian untuk memodali pertanian. Wah, para pendukung Jokowi langsung bersorak kegirangan, ini ide brilian, luar biasa original, hebat Jokowi.

Masalahnya adalah ide Jokowi jauh dari original sebab dari dulu sudah banyak lembaga termasuk bank dan koperasi yang menyediakan pembiayaan untuk memberi modal kepada para petani, misalnya di Bank Mandiri ada kredit ketahanan pangan, atau di BULOG ada program Bayar Setelah Panen (Yarnen) di mana Bulog bekerja sama dengan BUMN memberikan kredit berupa pupuk dan bibit unggul kepada petani dan setelah panen petani wajib menjual kepada Bulog dan dipotong kredit pupuk dan bibit sebelumnya, dengan kata lain bila tidak panen maka petani tidak terbebani hutang kepada Bulog.

Nah, kendati demikian membangun jaringan bank khusus pertanian sudah menjadi agenda HKTI di bawah Prabowo sejak lama, dan kemudian sejak tahun 2008 diadopsi ke Gerindra supaya program ini mendapatkan dorongan politik, bahkan membuat Bank Pertanian adalah prioritas utama Gerindra apabila mendapat kesempatan memimpin Indonesia. Untuk tahun 2014 - 2019 program ini kembali menjadi program unggulan Gerindra sebagaimana tercantum jelas dalam 6 Program Aksi Transformasi Bangsa yang diterbitkan Gerindra.

Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa kembali ide pembangunan Bank Pertanian Jokowi adalah memplagiat atau mencuri ide/program milik Gerindra. Kalaupun Jokowi mencuri, kenapa tidak boleh siapa tahu bisa dia laksanakan? Masalahnya Jokowi hanya tahu kulit luar saja, saya meragukan Jokowi paham dunia pembiayaan pertanian, dan dia seenaknya mengatakan "Yang penting dibuat dahulu, bank itu penting jalan dulu", lho, modalnya bagaimana? bila ada masalah dengan panen dan petani tidak bisa mengembalikan bagaimana? Asal jeplak.

Tentu saja sistem "yang penting jalan dulu" ala Jokowi sudah kita saksikan di Jakarta mulai dari KJS sampai MRT. Ide dasarnya adalah tidak perlu pusing bikin rencana atau sistem yang penting jalan dulu dan sambil diperbaiki dan dievaluasi, terkesan masuk akal, tapi dalam praktek tidak segampang itu sebab yang jadi korban ujung-ujungnya masyarakat juga. KJS sebelum mendapat sistem kementerian kesehatan misalnya, terbukti menyebabkan banyak pasien miskin meninggal dunia. Selain itu faktanya dengan sistem "yang penting jalan dulu" terbukti malah semua program Jokowi di Jakarta mangkrak. Oleh karena itu bila Bank Pertanian dioperasikan dengan sistem Jokowi dapat dipastikan mangkrak dan ujung-ujungnya merugikan petani sama seperti Esemka yang merugikan benih cikal bakal industri mobil nasional akibat keegoisan Jokowi.

Lantas Prabowo bagaimana? HKTI memang sulit membangun jaringan Bank Pertanian karena kurang secara finansial dan dukungan politik, tapi setidaknya Gerindra sudah lama mempunyai perusahaan di bidang pertanian termasuk pembiayaan petani, yaitu PT Karunia Tidar Abadi dan PT Tidar Kerinci Agung. Belum terlalu sukses memang tapi setidaknya Prabowo dan tim Gerindra menunjukan keseriusan mereka di bidang pertanian dan mereka mempunyai pengalaman tentang masalah-masalah yang ada pada sektor pertanian termasuk pembiayaan. Bukan seperti Jokowi dengan sistem "yang penting jalan terus" sebagai alasan tidak memikirkan masalah yang akan menimpa Bank Pertanian karena dia malas berpikir, sebab Jokowi adalah pemalas.

Keseriusan Prabowo terhadap sektor pertanian juga ditunjukan ketika dia bernegosiasi untuk masuk kabinet SBY yang sedang di-reshuffle, posisi yang dia minta hanya menteri pertanian. Jadi kita bisa yakin bahwa pertanian bagi Prabowo bukan hanya lips service seperti Jokowi melainkan program yang sudah mendarah daging dan ngelotok sebab sudah dia tekuni selama hampir sepuluh tahun.

Mau pilih mana, pemimpin yang mau berpikir atau pemimpin yang malas mikir?

Read More...

Jokowi Adalah Hitler Baru, Bukan Prabowo

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Ini adalah yang saya pelajari setelah memperhatikan karakter pembelaan tim sukses Jokowi yaitu mereka akan melancarkan serangan ad hominem saat tidak berhasil membuktikan Jokowi adalah pemimpin yang lebih baik dengan program yang lebih unggul daripada capres lain. Serangan ad hominem adalah serangan bersifat pribadi tanpa menyentuh substansi dari apa yang diperdebatkan.

Dalam hal Prabowo serangan bersifat hominem paling favorit tentu saja selalu berputar pada "penculikan" yang sebenarnya penangkapan dan usaha menciptakan persepsi bahwa bila dia memerintah maka Indonesia akan menuju zaman kediktatoran seperti zaman Lenin atau Stalin tapi lebih rasis karena Prabowo anti China dan anti Kristen. Serangan hominem yang sebenarnya sudah gugur dari sejak lahir sebab dengan lemahnya presiden dalam sistem tata negara Indonesia maka tidak dimungkinkan siapapun menjadi diktator sekalipun Stalin atau Soekarno adalah presidennya; Prabowo tidak mungkin anti China mengingat kader Gerindra sangat multiras; apalagi anti Kristen mengingat adiknya Hashim Djojohadikusumo pemeluk agama Kristen.

Nah, sekarang muncul "serangan hominem" baru, yaitu menyebut Prabowo akan menjadi Hitler Indonesia, alasan konyol, tapi mari kita layani. Dewasa ini "Hitler" adalah personifikasi kuat dari segala sesuatu yang jahat dan kejam, tapi masalahnya bahkan ketika pertama kali berkuasa sebagai Kanselir Jerman seorang Adolf Hitler juga tidak diketahui dia akan menjadi "Hitler", "Hitler" baru menjadi Hitler ketika dia memperlihatkan bagaimana dia menjalankan kekuasaannya. Beberapa karakteristik Adolf Hitler yang menjadikan dia "Hitler" adalah sebagai berikut:

Pertama, Adolf Hitler memang mantan tentara Prussia-Jerman, tapi berpangkat rendah, tidak memiliki prestasi, terluka di perang dunia pertama dan kemudian dirawat di rumah sakit sampai Jerman kalah perang, kemudian pensiun. Sifat Adolf Hitler sendiri sangat lembut, dia memiliki bakat artistik di bidang melukis yang sangat tinggi, semua lukisannya sangat indah; dan dia bukan playboy sebab sampai saat-saat terakhir dia sangat setia kepada Eva Braun.

Dengan latar belakang seniman berperangai lembut yang romantis seperti inilah menyebabkan semua orang dilanda kebingungan mengapa Adolf Hitler bisa berbuat kekejaman seperti melakukan genosida terhadap 6juta Yahudi. Terlepas dari perdebatan mengenai jumlah korban yang sebenarnya tapi genosida memang benar dan ada.

Jadi karakter "Hitler" sama sekali tidak berhubungan dengan karakter kasar; atau pemarah atau otoriter, sebab kediktatoran dan keotoriteran Hitler lahir justru setelah dia dielu-elukan seolah dewa oleh pengikutnya dengan karakter Hitler can do no wrong atau Hitler tidak bisa melakukan kesalahan, dan semua rakyat Nazi Jerman ketika itu menutup mata terhadap semua kesalahan Hitler. Dari sisi ini saja terbukti bahwa di antara Jokowi dan Prabowo adalah Jokowi yang tutur katanya lembut dan sopan namun didewa-dewakan dan dinabi-nabikan oleh pengikutnya di mana semua kesalahan Jokowi ditutup-tutupi.

Kedua, karakter Adolf Hitler yang membuatnya menggiring dunia ke jurang Perang Dunia Kedua adalah pembohong dan suka ingkar janji. misalnya dia berjanji Sudetenland adalah tanah milik tetangga terakhir yang akan dia klaim sebagai milik Jerman, ternyata beberapa tahun kemudian dia melakukan klaim dan mengakuisisi Kota Danzig milik Polandia. Klaim terakhir inilah yang menyebabkan Perang Dunia Kedua.

Contoh kedua Adolf Hitler membuat perjanjian non-agresi dengan Uni Soviet, namun dalam semua tindakan penghianatan dia malah menyerang Uni Soviet saat tidak siap. Akibat blundernya itu sangat fatal bagi Jerman sebab 80% kekuatan tentara Jerman musnah di tanah Rusia sehingga mereka tidak mampu membendung pasukan Sekutu dari arah Barat dan kemudian laju Uni Soviet dari arah Timur.

Di antara Prabowo dan Jokowi tidak perlu dikatakan siapa yang suka berbohong dan menjilat janjinya sendiri, yaitu Jokowi. Salah satu pelanggaran janji Jokowi adalah dia mengatakan tidak akan terpengaruh isu pencapresan dirinya dan mau konsentrasi mengurus Jakarta selama lima tahun bersama Ahok, tapi faktanya sekarang? PDIP sebagai partai pendukung Jokowi juga tanpa berkedip melanggar Perjanjian Batu Tulis dengan Gerindra, jadi bila Jokowi adalah "Hitler" maka PDIP tidak lain adalah Partai Nazi.

Ketiga, karakteristik Adolf Hitler yang menjadikannya sebagai "Hitler" adalah keberadaan pasukan rahasia Gestapo. Gestapo bukan sayap militer, melainkan bagian dari kepolisian sipil dan fungsi utama Gestapo adalah menyelidiki dan menangkap siapapun yang mengkritik sehingga dianggap menyerang Adolf Hitler; Partai Nazi dan Jerman. Walaupun Gestapo adalah bagian dari kepolisian namun lembaga ini bertindak di luar struktur hukum dan mereka memiliki keleluasaan bertindak tanpa takut dikenai hukuman apapun.

Antara Prabowo dan Jokowi, sudah sangat jelas siapa yang memiliki "polisi rahasia" di luar struktur resmi partai untuk menghajar tanpa ampun siapapun yang menyerang Jokowi dan PDIP. Tentu saja hanya Jokowi yang memiliki Jasmev, "polisi rahasia" yang fungsi, tujuan pendirian dan strukturnya sangat mirip dengan Gestaponya Hitler yaitu menggiring opini publik melalui teror dan ketakutan dengan tujuan agar Jokowi dan PDIP tidak pernah salah di mata publik. Dalam hal ini Emrus Sihombing, Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan menyatakan bahwa keberadaan pasukan teror dunia maya Jokowi sama saja dengan mobilisasi Gestapo yang dilakukan oleh Adolf Hitler.

Keempat, karena terlalu lama didewa-dewakan maka Adolf Hitler menjadi tidak mau disalahkan atas kekalahan demi kekalahan yang menimpa pasukannya, walaupun pasukannya tersebut menjalankan perintahnya. Sampai saat terakhir Adolf Hitler menolak bertanggung jawab atas kehancuran Jerman dengan melakukan bunuh diri di bunkernya bersama Eva Braun.

Lagi-lagi, karakter tidak mau disalahkan atas kesalahan sendiri dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan sendiri adalah karakteristik sempurna seorang Joko Widodo alias Jokowi dan bukan Prabowo.

Dari penjelasan singkat di atas sebenarnya sudah sangat jelas bahwa adalah Jokowi yang memenuhi karakteristik sebagai Hitler baru pengganti Adolf Hitler dan bukan Prabowo. Oleh karena itu kenaikan Jokowi menjadi presiden Indonesia dengan kekuasaan absolut dan pasukan teror dunia mayanya sungguh sangat berbahaya bagi penegakan demokrasi di negara ini.

Read More...

Sunday, April 27, 2014

Lucunya Acara Panen Padi Bersama Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Hari ini Jokowi kampanye di Bogor dengan mengadakan acara berjudul Panen Padi Bersama Jokowi; dan ditutup dengan Jokowi mengkritik impor pangan yang masih dilakukan Indonesia sampai hari ini seraya menyampaikan keinginannya untuk membuat Indonesia menjadi swasembada pangan. Isi kampanye Jokowi hari ini tidak perlu dianggap serius sebab selain materi kampanye memplagiat visi dan misi Prabowo, acara Panen Padi bersama Jokowi juga lucu dan pantas ditertawakan, karena Jokowi tidak memiliki andil sedikitpun dalam menguningnya padi yang dipanen hari ini, lantas apa hak dia mengadakan acara panen padi bersama dirinya sambil mengundang ratusan wartawan untuk meliput.

Bicara sektor pertanian, memang apa kapasitas dan kapabilitas Jokowi berbicara mengenai ketahanan pangan? Memang apa yang sudah dia lakukan selama ini sehingga kita layak percaya bahwa kaok-kaoknya hari ini mengenai ketahanan pangan bukan sekedar latah karena ketahanan pangan adalah sektor yang seksi sebagai materi kampanye, sama seperti Esemka yang katanya untuk mewujudkan mobil nasional, tapi faktanya sekarang terbukti Esemka hanya kendaraan politik untuk menjadi calon gubernur DKI.

Bagian paling lucu dari acara Panen Padi Bersama Jokowi hari ini adalah Jokowi yang tidak melakukan apapun di sawah termasuk mencangkul maka membuat acara panen padi dengan diliput ratusan wartawan, sementara capres saingannya dalam hal ini Prabowo tidak pernah mengadakan acara ketoprak seperti panen padi bersama Prabowo sambil mengundang ratusan wartawan padahal dia adalah Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia sejak 2004 dan diperpanjang sampai tahun 2015.

Mungkin ada yang bertanya memang apa prestasi Prabowo selama menjadi Ketum HKTI? Pertanyaan yang wajar sebab selama ini HKTI terus bekerja secara diam-diam, tidak gembar-gembor, tidak mengundang media massa untuk meliput setiap kegiatannya, pokoknya Prabowo dalam mengelola HKTI bersikap biasa saja, padahal yang dilakukan HKTI sudah sangat banyak. Kegiatan HKTI mungkin sedikit berkurang sejak Munas 2009 di mana muncul HKTI tandingan di bawah Oesman Sapta dan perselisihan baru berakhir tahun 2013 ketika Mahkamah Agung menyatakan HKTI di bawah Prabowo adalah HKTI yang sah. Tentu saja, Oesman Sapta Odang adalah provokator karena dia juga melakukan tindakan memecah belah di organisasi lain, yaitu Kadin.

Sekelumit pekerjaan yang sudah dilakukan HKTI yang luput dari publik antara lain:

Pertama, tahunHKTI Medan melakukan sosialisasi penanaman bawang merah di sembilan belas kelurahan di Medan Marelan. HKTI juga memperjuangkan pembentukan Pasar Tani Kota Medan, khususnya di Medan Utara.

Kedua, tahun 2005, HKTI menanam enam varietas benih padi unggul Badan Tenaga Nuklir Nasional/Batan di lahan seluas 67 hektar, yaitu varietas Cilosari, Winongo, Kahayan, Atomita-4, Wolya dan Meraoke di Cianjur dan telah dipanen.

Ketiga, tahun 2007, HKTI menanam benih padi milik Batan di lahan seluas satu juta hektar, yang sebenarnya melebihi target.

Keempat, 2008, HKTI memperluas penangkaran benih padi dan kedelai hasil riset Batan pada lahan seluas 10.600 hektar dengan hasil akumulasi lahan sejak 2005 seluas 1.120.949,4 hektar di berbagai provinsi.

Kelima, HKTI memilih menanam benih padi Batan hasil radiasi karena akan membuat petani untung karena benihnya toleran terhadap herbisida dan serangga hama sehingga tidak perlu menggunakan insektisida.

Keenam, tahun 2014, HKTI Mandailing Natal melaksanakan pelatihan pembuatan pupuk organik dengan bioteknologi kepada kelompok tani wanita di desa Smangabat, Madina.

Dan masih banyak lagi sehingga tidak mungkin diuraikan satu per satu karena program yang sudah dijalankan HKTI di bawah Prabowo mencapai ribuan.

Jadi di sini sudah sangat transparan dan jelas, mana pemimpin yang sudah mulai menjalankan visi dan misinya untuk membuat Indonesia berswasembada pangan, dan mana pemimpin yang baru bisa mengadakan acara Panen Padi Bersama padahal yang bersangkutan tidak sekalipun mencangkul di tempat tersebut.

Mau pilih pemimpin yang benar-benar mempercayai untuk melaksanakan visi dan misinya atau pemimpin kosmetik yang tidak pernah bisa melaksanakan programnya? Pilihan di tangan anda.

Read More...

Jokowi Memplagiat Prabowo

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Ingatkah anda beberapa hari lalu tepatnya tanggal 18 April 2014, Jokowi ditanya perihal visi dan misinya bila akhirnya terpilih menjadi presiden Indonesia? Saat itu Jokowi dengan pongah menjawab bahwa dia masih menyembunyikan visi dan misinya karena takut ditiru capres saingan. Weleh, hebat sekali dan luar biasa sekali Jokowi, dia layak dapat aplaus meriah. Beberapa waktu kemudian Jokowi menyatakan bahwa salah satu visi dan misi dia adalah merevolusi mental rakyat Indonesia, sebuah jargon kosong dan tidak ada isi.

Selanjutnya datang minggu ini di mana Jokowi bolos kerja ke Lampung dan Bogor masing-masing membahas ayam potong dan pertanian untuk secara simbolis menyatakan bahwa dia sangat concern kepada ketahanan pangan di Indonesia. Benar saja hari ini di Bogor Jokowi mulai berkampanye dengan mengkritik ketahanan pangan Indonesia. Pemimpin yang membuat Jakarta dan Solo semakin miskin ngomongin ketahanan pangan hehehe..

Isi dan bahan kampanye Jokowi hari ini antara lain membahas sumber daya laut di Indonesia sebagai negara maritim seharusnya bisa memenuhi kebutuhan nasional namun kita masih melakukan impor ikan, dan bahkan impor ikannya melonjak. Selanjutnya Jokowi juga menyentuh lonjakan impor pada sektor pertanian, perkebunan khususnya bahan pangan, dan kemudian Jokowi mengakhiri dengan niatnya melakukan swasembada pangan di setiap bidang. Hebatnya, pemimpin yang semua program di Solo dan Jakarta mangkrak mau berswasembada pangan, siapa mau percaya?

Sayangnya program hebat yang tidak mungkin bisa dilaksanakan Jokowi tersebut adalah mencontek program yang sudah dibuat Prabowo sejak dia menjadi Ketua HKTI puluhan tahun silam. Program HKTI ini kemudian menjadi program Gerindra selama lima tahun belakangan, terbukti tanggal 24 Desember 2013 Prabowo kembali mengulangi kritikannya selama puluhan tahun bahwa Indonesia telah menjadi ngara konsumtif sebab banyak komoditas impor masuk negara ini, mulai dari impor mobil sampai impor ikan teri, seraya menyindir bahwa Indonesia yang tiga per empatnya lautan malah impor ikan teri. Kemudian Prabowo menyatakan bahwa program rancangan Gerindra adalah pembangunan kedaulatan pangan, energi dan sumber daya air dengan ekonomi kerakyatan.

Dengan demikian sesungguhnya terbukti bahwa Jokowi mencontek habis-habisan program yang sudah dicanangkan Gerindra. Jadi selain pembohong karena membohongi rakyat Jakarta akan memimpin selama lima tahun bersama Ahok, ternyata Jokowi juga suka mengintip dan mencontek program Prabowo, jangan-jangan Jokowo ngefans dengan Prabowo?

Melihat track recordnya ketika Jokowi melempar banyak janji ketika kampanye dan saat terpilih ternyata tidak ada satupun yang dilaksanakan dan bahkan program Jokowi mangkrak semua termasuk monorel, maka kita dapat mengatakan dan menyimpulkan bahwa janji Jokowi untuk swasembada pangan memang indah tapi sekalipun dia terpilih jadi presiden maka Jokowi tidak akan mungkin dapat mewujudkannya. Percayalah dengan hal ini sebab rekam jejak seseorang dapat menggambarkan masa depan yang bersangkutan.

Read More...

Jokowi Kritik Ketahanan Pangan?

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Di antara semua capres dan pemimpin daerah di Indonesia yang pernah ada sampai yang akan ada tampaknya tidak ada yang urat malunya putus selain Joko Widodo alias Jokowi, capres PDIP yang sedang menghadapi pilpres mendatang. Bukti urat malu Jokowi sudah putus adalah fakta bahwa minggu ini dia melakukan tiga pencitraan atau kampanye terselubung, pertama di Lampung; kedua di Pasar Senen; dan ketiga di Bogor.

Karena Jokowi sangat menyukai hal-hal simbolis maka dapat dipastikan kedatangannya ke Lampung untuk mengurus distribusi ayam dan ke Bogor untuk memanen padi adalah simbolis bahwa dirinya pemimpin yang memperhatikan ketahanan pangan. Benar saja hari ini Jokowi melontarkan kritik tentang ketahanan pangan di Indonesia.

Pertanyaan yang adil tentu saja apakah Jokowi sudah memiliki cukup prestasi sehingga kita layak mendengar kritikannya tentang ketahanan pangan? Membangun ketahanan pangan memang tidak mudah, Orde Baru saja membutuhkan hampir dua puluh tahun hingga bisa berswasembada pangan dari sebelumnya defisit pangan pada saat Orde Lama.

Di Solo misalnya, pada saat Jokowi berangkat ke Jakarta untuk dilantik menjadi gubernur ternyata 22% atau 190ribu Wong Solo miskin  dan angka ini meningkat tajam sejak tahun 2010 yang hanya 125ribu, artinya Jokowi sukses memiskinkan warga Solo dan tidak memperbaiki nasib mereka. Demikian pula selama 1,5 tahun pemerintahannya d Jakarta, Jokowi Effect sukses meningkatkan rakyat miskin di Jakarta sebanyak 2%. Terlihat kecil tapi menunjukan trend kemiskinan akan meningkat di bawah kepemimpinan Jokowi yang pasti meningkat. Kayak gini masih percaya bisa urus ketahanan pangan?

Belum lagi faktanya ditemukan ada 18ribu mata anggaran ganda senilai Rp. 1,8trilyun pada APBD 2014, ini tentu hal serius karena berarti Jolowi dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemprov DKI tidak serius dalam membuat detail mata anggaran, dan memang setiap kali membahas anggaran Jokowi selalu berdalih "pusing karena mata anggaran APBD terlalu banyak." Bahkan konyolnya Jokowi tidak tahu ada anggaran untuk pembebasan lahan Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M yang sudah selesai! Baru APBD saja sudah pusing bagaimana APBN?  Kayak gini percaya bisa urus ketahanan pangan?

Di atas hanya contoh, bila keburukan manajemen ala Jokowi dibedah semua secara detail maka kita bisa membuat buku tentang manajemen buruk yang tidak boleh ditiru oleh siapapun. Model kayak gini mau jadi presiden dan urus ketahanan pangan? Yang ada di tangan Jokowi seluruh ketahanan pangan yang sudah ada tambah hancur dan rakyat tambah miskin.
Read More...

Hari Ini Jokowi Pencitraan ke Bogor

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Seperti mengejar setoran, dalam seminggu terakhir Jokowi sudah melakukan dua kali kampanye terselubung, pertama awal minggu ini dia pergi ke Lampung dengan dalih mencoba memutus monopoli penyediaan ayam potong di Jakarta, yang tentu saja sebenarnya bukan kewenangan Jokowi; dan hari ini Jokowi pencitraan di luar wilayah Jakarta yaitu Bogor dengan judul Panen Padi bersama Jokowi.

Pertanyaan orang awam tentu saja, Jokowi adalah Gubernur DKI, terus ngapain mengurus petani di Bogor? Sawah-sawah di Bogor menguning dan siap dipanen bukan karena Jokowi, lantas ngapain Jokowi dengan tidak malu mengadakan acara panen padi bersama Jokowi? Padahal tentu saja persoalan di DKI Jakarta seabrek-abrek banyaknya, yang makin tidak beres sejak dipimpin dirinya, eh Jokowi malah ngurusin hal yang bukan menjadi wewenangnya.

Pemikiran orang awam lain adalah karena Jokowi berkunjung ke wilayah orang lain yaitu Bogor, maka seharusnya dia mengikutsertakan tuan rumah, misalnya Aher atau Rachmat Yasin. Tidak heran orang akan berpikir bahwa Jokowi memang capres yang sangat menyedihkan sebab kerjanya pencitraan saja demi mengejar jabatan yang lebih tinggi tapi mengatas namakan rakyat padahal sebenarnya sedang memperjuangkan kepentingan sendiri.

Blusukan Jokowi ke Bogor kali ini sebagaimana blusukan sebelumnya juga membawa wartawan, dan tindakan tersebut tentu saja semakin membuktikan acara hari ini adalah pencitraan dan kampanye dini sebagaimana sudah ribuan kali dilakukan Jokowi selama 1,5 tahun memimpin Jakarta. Jokowi masih saja berpikir bahwa rakyat Indonesia itu bodoh dan bisa berulang kali ditipu dirinya dengan taktik yang sama seperti yang digunakannya untuk menipu rakyat Jakarta.

Sebagaimana sudah pernah saya tulis, bahwa blusukan tidak original Jokowi, blusukan sudah sering dilakukan pemimpin-pemimpin besar dunia selama ribuan tahun, tapi bedanya mereka blusukan diam-diam dan sembunyi-sembunyi dengan demikian baru bisa mengetahui keluh kesah rakyat; sedangkan Jokowi justru gegap gempita dan beramai-ramai, ketahuan niat busuk di belakangnya.

Read More...

Tegasnya Prabowo Vs Klemar-Klemernya Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Baru-baru ini Ketua Umum Nahdatul Ulama, K.H. Said Aqil Siroj membuat pernyataan menarik, yaitu: "Masak Indonesia negara besar berpenduduk 250 juta kok pemimpinnya 'klemar-klemer'?", kemudian melanjutkan bahwa pemimpin menurut Islam adalah tegas, berani, adil dan pintar. Walaupun dia menolak menyebut nama tapi sulit membantah bahwa Said Aqil membuat perbandingan antara Prabowo yang terkenal tegas, berani, adil dan pintar dengan Jokowi yang terkenal klemar-klemer.

Pendukung Jokowi boleh protes namun tidak ada satupun dari kalian yang bisa membantah bahwa sosok Jokowi jauh dari tegas, dia pengecut yang selalu menikam anak buah dan orang yang membantunya dari belakang, tidak bersikap adil dan tentu saja Jokowi juga jauh dari pinter terbukti setiap ditanya persoalan Jakarta pasti jawabannya "ndak tahu, ndak mikir, saya pusing" dan berbagai keluhan lainnya. Dengan demikian Jokowi adalah sosok pemimpin klemar-klemer yang dimaksud Ketum PBNU tersebut.

Sehubungan dengan itu, pernyataan Said Aqil sama sekali tidak salah, sebab dalam teori psikologi terdapat empat karakter manusia yaitu kolerik, sanguinis, plegmatis dan melankolis, dan di antara keempatnya karakter kolerik adalah yang memenuhi semua persyaratan sebagai pemimpin yang mampu membawa anak buahnya mencapai tujuan. Mengapa demikian?

Sebab semua sifat baik maupun buruk kolerik adalah karakter yang biasanya dimiliki seorang pemimpin yaitu: pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain, mandiri, berpendirian keras, keras kepala dan sulit berkompromi kecuali ada manfaatnya, suka mengambil alih persoalan, suka memerintah orang lain dll. Ini adalah karakter Prabowo dan memang karakter kolerik cenderung otoriter.

Bagaimana dengan Jokowi? Karakter Jokowi adalah plegmatis yang merupakan karakter paling buruk dan paling tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin. Ciri-ciri tipe plegmatis adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi namun cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling gampang dan mudah. Bila anda menilai secara objektif maka dapat dipastikan anda juga akan sampai pada kesimpulan yang sama dengan saya bahwa corak kepemimpinan Jokowi adalah suka mengambil jalan pintas yang mudah karena Jokowi tidak mau susah.

Sebagaimana saya sebut di atas secara sekilas, semua orang kolerik umumnya otoriter, dan sifat otoriter tidak ada hubungan dengan latar belakang sipil atau militer sebab otoriter hanya gaya kepemimpinan dan bukan hasil dari seseorang menjadi sipil atau militer. Singkatnya semua orang berlatar belakang militer pasti otoriter tapi tidak semua yang otoriter berlatar belakang militer.

Lagi-lagi Said Aqil sangat benar, sebab bila melihat secara statistik, di dunia ini pemimpin berkarakter otoriter jauh lebih mampu membawa timnya menuju kesuksesan. Tetapi tentu saja otoriter saja tidak cukup karena perlu ada visi misi yang jelas timnya mau dibawa ke arah mana, dan pemimpin yang otoriter biasanya mampu mewujudkan visi misi tadi. Dalam hal ini sayangnya antara Prabowo dan Jokowi, hanya Prabowo yang memiliki visi dan misi yang sangat terarah untuk membawa bangsa ini, sedangkan Jokowi tidak memiliki visi misi kecuali "Revolusi Mental" yang omong kosong dan tidak ada makna itu.

Sekarang kita akan mengambil perbandingan dari dua pendiri Apple Inc yang memiliki sifat sangat berbeda, yaitu Steve Jobs yang kolerik dan Steve Wozniak yang plegmatis. Bila anda melihat prestasi keduanya maka terlihat perbedaan yang sangat jomplang, sebab Steve Wozniak yang memang dianggap lebih ahli di bidang komputer daripada Steve Jobs hanya membuat komputer Apple generasi pertama dan generasi kedua lebih dari empat puluh tahun lalu! Sedangkan Steve Jobs mampu membawa timnya untuk melahirkan berbagai gadget yang merevolusi dunia, mulai dari komputer Macintosh dengan mouse; Mac OS yang kemudian diplagiat Bill Gates menjadi Windows, iPod yang diplagiat sebagai Zune dengan gagal oleh Microsoft, iTunes, Newton MessagePad yang melahirkan industri PDA dan Palm, desain all-in-one dalam iMac tahun 1998 yang menyebabkan perubahan besar dalam industri PC, Iphone dan Ipad yang diplagiat Google menjadi OS Android sampai Macbook Air yang melahirkan generasi laptop baru, Ultra Book yang secara umum memplagiat desain Macbook Air.

Keberhasilan Steve Jobs yang terkenal luar biasa otoriter dan diktator di atas bukan kebetulan, silakan anda melihat sejarah pemimpin-pemimpin lain yang sukses mewujudkan visi dan misinya hingga merevolusi atau mengubah dunia, dan anda akan menemukan kesamaan, yaitu mayoritas adalah otoriter, sebut saja Sir Alex Ferguson; Jose Mourinho; Margareth Tatcher; Soeharto; Soekarno; Stalin; Nobunaga Oda; Qin Shih Huangdi; Winston Churchill; Hitler; Roosevelt; Ratu Elizabeth I, Henry Tudor VIII; Ieyasu Tokugawa; Putin; Mao Tzedong; Deng Xiaoping dan ribuan pemimpin lain lintas generasi, lintas budaya, lintas, lintas lini pekerjaan, intinya hanya pemimpin otoriter yang sukses mewujudkan visi dan misinya. Tentu saja apakah visi dan misi dia baik atau buruk adalah lain cerita.

Sebaliknya bila anda telisik dengan teliti, maka semua pemimpin gagal di dunia ini umumnya berasal dari golongan plegmatis, yang peragu dan mau enaknya saja seperti Neville Chamberlain yang gagal menghentikan Hitler menyerbu negara tetangganya; atau Megawati yang setiap sidang kabinet hanya bisa berdiskusi masalah belanja sepatu dan urusan arisan ibu-ibu; atau Jokowi yang menyebabkan Solo dan Jakarta miskin tanpa satupun programnya yang berjalan.

Jadi anda mau pilih pemimpin seperti Prabowo yang tegas, berani, adil dan pintar dengan visi misi jelas dan baik bagi bangsa; atau anda mau pilih pemimpin klemar-klemer tanpa visi misi dan seperti orang bingung macam Jokowi? Masa depan Indonesia di tangan anda, jangan main-main dengan masa depan negara ini.

Read More...

Saturday, April 26, 2014

Satu Lagi Cukong Jokowi Terungkap

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Sejauh ini sudah ada beberapa nama cukong Jokowi yang terungkap ke publik antara lain James Riady, Wanandi Bersaudara, Edward Soerjadjaja, Jacob Soetojo, Moeryati Soedibyo, Anthony Salim, Surya Paloh dan 70 cukong yang berkumpul di rumah Megawati sehari menjelang deklarasi pencapresan Jokowi yang namanya tidak dibuka untuk publik. Sekarang saya akan membuka satu nama cukong yang cukup berpengaruh dalam membantu Jokowi selama ini, yaitu Tahir dari Grup Mayapada. Fakta Tahir adalah juga cukong Jokowi semakin membuka benang merah hubungan antara Jokowi dengan Amerika Serikat.

Beberapa bukti yang membuktikan Tahir adalah cukong Jokowi antara lain:
1. Jokowi pernah meresmikan Rumah Sakit Mayapada milik Tahir.
2. Tahir adalah yang menyelamatkan wajah Jokowi akibat peristiwa korupsi pengadaan bus Transjakarta senilai Rp. 1,7trilyun dengan memberikan sumbangan sebanyak enam bus dan uang Rp. 10miliar.
3. Tahir adalah yang membawa Foxconn ke Jakarta, bila bukan karena Tahir kemungkinan besar Foxconn akan membangun pabrik di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Foxconn tentu saja salah satu bahan pencitraan Jokowi.
4. Menurut keterangan Andi Arief, staff khusus SBY, markas besar pasukan siluman dunia maya Jokowi adalah di Gedung Mayapada, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, gedung milik Tahir!!

Sebagaimana cukong Jokowi yang lain, hubungan Tahir dengan Amerika sangat kental, sebab dia adalah anggota Board of Trustee atau Wali Amanat Universitas California Berkeley. UC Berkeley adalah almamater Robert Oppenheimer ketua Tim Manhattan Project yang memproduksi Bom Atom. Robert Oppenheimer adalah orang yang mengusulkan supaya Bom Atom dijatuhkan di sebuah kota Jepang yang memiliki nilai historis dan budaya namun belum terkena bom sekutu sebagai uji coba kerusakan Bom Atom secara maksimal. Robert Oppenheimer tidak peduli ratusan rakyat sipil Jepang akan mati, toh bagi Amerika rakyat Asia hanya sub-manusia atau derajatnya di bawah manusia.

Alumni Berkeley yang lain adalah Todung Mulya Lubis agen Amerika yang juga teman akrab dan pengelola yayasan-yayasan George Soros di Indonesia. Soros sendiri dalah sang penghancur ekonomi Indonesia tahun 1997 demi mendorong cita-citanya membangun open society di seluruh dunia. Todung Mulya Lubis sendiri sekarang menjadi pengacara sekaligus pelindung Jokowi di sektor hukum.

Selain benang merah di atas, Tahir juga merupakan donatur berbagai NGO atau LSM di Indonesia, bahkan dia adalah donatur penghargaan tahunan di bidang HAM, yaitu Penghargaan Yap Thiam Hien. Para NGO seperti Elsam, Imparsial, YLBHI, Kontras dan lain-lain sebagaimana deklarasi mereka hari ini adalah pendukung Jokowi dan penolak Prabowo. Kebetulan? Anda yang menilai.
Read More...

Rahasia Gelap Kontras, Imparsial dan YLBHI

Leave a Comment
Berric Dondarrion

NGO-NGO Indonesia seperti Kontras, AJI, Imparsial, YLBHI, LBH, Walhi dan lain-lain selalu berusaha menampilkan diri mereka sebagai suara moralitas rakyat. Jadi pertanyaannya tentu saja apakah mereka layak dan mempunyai kapasitas maupun kapasitas penjaga gerbang moralitas bangsa ini? Baru-baru ini misalnya Kontras, Imparsial dan YLBHI mengeluarkan pernyataan bahwa mereka menolak Prabowo sebagai presiden. Pemikiran saya gampang saja, memang mereka siapa bisa menolak orang menjadi presiden? Toh sudah ada hukum yang menentukan kriteria seseorang menjadi presiden, sudah ada lembaga independen untuk menyelenggarakan pemilu dan pada akhirnya adalah rakyat yang memilih seorang capres menjadi presiden atau tidak.

Saya pribadi tidak peduli Prabowo terpilih menjadi presiden atau tidak selama bukan Jokowi yang terpilih maka saya sudah sangat senang, dan bila Prabowo menjadi presiden maka saya ucapkan selamat bekerja untuk Prabowo. Bila skenario Prabowo yang menjadi presiden maka Kontras, Imparsial dan YLBHI yang menyebut diri mereka sebagai pembela demokrasi dan HAM harus menghormati Prabowo sebagai presiden Indonesia selanjutnya, demikian juga saya akan menghormati Jokowi bila bangsa ini cukup sial mendapatkan Jokowi sebagai presiden.

Nah, terhadap jawaban apakah Imparsial, Kontras dan YLBHI layak menjadi suara moral, suara demokrasi dan hak asasi manusia di negara ini maka kita akan melihat rekam jejak mereka selama ini.

Yang paling mudah adalah Imparsial dan Kontras. Kedua lembaga ini adalah lembaga yang menerima dana asing untuk menjalankan agenda negara asing di Indonesia, Imparsial mendapat kucuran dana dari HIVOS sedangkan Kontras selama ini didanai oleh KAIROS. Kadang kala Imparsial dan Kontras seperti yang dilakukan Haris Azhar baru-baru ini di Uni Eropa akan membawa segepok dokumen pelanggaran HAM di Indonesia dan mengadu kepada Amerika, Inggris, Uni Eropa atau Australia demi menciptakan kesan bahwa kondisi pelanggaran HAM di Indonesia sudah begitu buruknya sehingga Kontras dan Imparsial sebagai lembaga sipil pengawas HAM membutuhkan dana segar supaya bisa melanjutkan aktivitas mereka.

Mengapa Imparsial dan Kontras sampai harus mengemis-ngemis ke Uni Eropa dan negara lain? karena dunia barat melihat perkembangan Indonesia untuk masalah HAM dan demokrasi sudah sangat baik sehingga mereka sudah mengurangi pengucuran dana, dan dana yang ada tidak sebesar dulu. Sekarang ini alokasi dana mengucur deras ke LSM yang mengawasi korupsi. Bisa dibilang sekarang lembaga anti korupsi seperti ICW atau Transparency International Indonesia lebih kaya raya dibandingkan lembaga HAM dan demokrasi seperti Imparsial, Kontras dan YLBHI.

Kondisi sekarang ini menyebabkan lembaga HAM dan demokrasi harus pintar mengemas suatu isu di Indonesia sehingga seolah negara ini adalah negara dengan penegakan HAM dan demokrasi paling buruk dan jelek dibanding negara lain. Tidak ada cara lain selain menjelek-jelekan Indonesia di dunia internasional untuk mendapatkan donasi. Apakah perbuatan Kontras, dan Imparsial ini keji dan masuk kategori penghianatan terhadap Indonesia? Apakah mereka pantas menjadi suara moral rakyat Indonesia? Anda yang menilai.

Uniknya, baik Imparsial dan Kontras hanya giat mengkritik Indonesia tapi mereka menolak mengkritik pelanggaran HAM dan demokrasi yang dilakukan oleh negara donatur mereka, misalnya mengapa keduanya diam terkait masalah Guantanamo; pembunuhan Osama Bin Laden tanpa pengadilan oleh Navy Seal Amerika Serikat, genosida terhadap aborigin di Australia dan diskriminasi terhadap Indian oleh Amerika? Jawabannya karena isu di atas tidak akan memberikan mereka donasi.

Adapun, di masa reformasi ini YLBHI juga bernasib sama seperti lembaga penegakan HAM dan demokrasi lain yaitu kehilangan pelanggan tetap yang mau memberikan donasi untuk HAM dan demokrasi di Indonesia, walaupun di masa puncaknya lembaga ini melalui Adnan Buyung Nasution pernah menerima US 26juta dari USAid untuk kurun waktu 1995 sampai 1998 demi menjatuhkan Soeharto. Namun bukan ini yang ingin saya bahas.

Yang mau saya bahas adalah walaupun YLBHI selalu konsisten mengkritik pelanggaran HAM dan demokrasi di Indonesia. Akan tetapi tahukah anda bahwa YLBHI adalah salah satu tempat di negara ini yang sangat otoriter, tidak demokratis dan kerap melanggar HAM?

Pertama, Adnan Buyung Nasution adalah diktator otoriter dengan kekuasaan absolut di YLBHI. Semua orang yang tidak setuju dengan Bang Buyung akan "dihilangkan" dari YLBHI alias dipecat. Orang-orang yang dipecat Buyung yang menolak regenerasi di dalam YLBHI sangat banyak dari masa Orde Baru seperti HJC Princen, Luhut Pangaribuan sampai terakhir masa reformasi seperti Patra M. Zen.

Kedua, pemecatan di atas sangat keterlaluan mengingat volunteer tidak menerima gaji sampai awal reformasi dan pekerja bantuan hukum mendapat gaji sangat minim jauh di bawah UMP dan mereka melakukannya karena idealisme (padahal YLBHI dari tahun 1970 selalu menerima donasi miliaran secara konsisten dari negara asing).

Ketiga, pemecatan bisa terjadi karena Bang Buyung menolak regenerasi dan memaksa untuk terus memimpin. Pemecatan karena hal ini berkali-kali terjadi dalam periode berbeda, HJC Princen, Luhut Pangaribuan, Bambang Widjojanto, Hendardi adalah orang-orang yang dipecat karena hal ini.

Keempat, pemecatan juga bisa terjadi karena Bang Buyung meminta anak buahnya melakukan perbuatan tidak etis, seperti yang terjadi pada Munarman. Ketika itu Buyung meminta Munarman sebagai panitia sebuah pelatihan khusus advokat untuk meluluskan semua peserta termasuk yang tidak memenuhi syarat jumlah absensi.

Kelima, Munir dipecat dari YLBHI dan akhirnya mendirikan Kontras karena Bang Buyung menolak perbedaan pandangan dari Munir yang mengkritik dirinya menjadi pengacara Wiranto dan militer lain.

Keenam, pelanggaran HAM sempat terjadi di mana tahun 2007 sebanyak 19 pekerja YLBHI mengundurkan diri karena perbedaan pendapat dengan Ketua YLBHI dan YLBHI sempat menolak memberikan pesangon. Setelah semua staff tadi membuka konflik ke publik barulah mereka diberikan pesangon.

Dan masih banyak lagi.

Melihat fakta di atas, menurut anda apakah YLBHI pantas menjadi suara moral bagi rakyat Indonesia? Kok sepertinya mereka tidak pantas yah? Sepertinya mereka munafik, karena selalu berbicara mengenai demokrasi dan penegakan HAM, namun secara internal mereka adalah lembaga bersifat otoriter dan anti demokrasi maupun anti hak asasi manusia.

Read More...

Jokowi Akan Bangkitkan Orde Lama

2 comments
Berric Dondarrion

Satu hal yang pasti sistem politik Indonesia sejak era reformasi berjalan menuju sistem yang digunakan pada saat orde lama, tepatnya pada masa parlementer, di mana parlemen atau DPR adalah penguasa Indonesia yang sebenarnya sedangkan MPRS dan presiden hanya simbol belaka. Sama seperti era parlementer, presiden pada era reformasi sangat lemah karena berbagai hak preogratifnya sudah dicabut dan diberikan kepada DPR dan berbagai komisi di luar pemerintahan.

Sekarang dengan berpeluangnya Jokowi naik menjadi presiden negara ini maka semakin dekatlah kita pada kembalinya Orde Lama sebab kepemimpinan Jokowi dan PDIP masih menggunakan paradigma Orde Lama. Apa paradigma tersebut? yaitu paradigma jargon, simbol dan agitasi serta propaganda namun tanpa visi dan misi yang jelas cara mencapai tujuan tersebut. Di bawah ini akan diberikan contoh dan komparasi antara Jokowi dan Soekarno sebagai pesiden saat Orde Lama:

Contoh pertama, Soekarno menjadikan dirinya sebagai simbol Indonesia dengan semua julukan demagoge yang berlebihan, yaitu Panglima Tertinggi ABRI; Pemimpin Besar Revolusi; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia; dan Presiden Seumur Hidup. Demikian pula Jokowi memberi dirinya sendiri berbagai julukan demagoge yang sangat narsis seperti Superman Banjir, atau manusia setengah dewa atau nabi besar revolusi.

Contoh kedua, Soekarno suka menggunakan berbagai jargon untuk membangkitkan nasionalisme rakyat tapi tidak bisa dia laksanakan, misalnya berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari, sebuah jargon yang sangat menggelorkaan nasionalisme tapi sampai akhir masa kepresidenannya Soekarno sangat bergantung kepada negara komunis seperti Uni Soviet dan RRC untuk persenjataan dan hutang luar negeri. Demikian pula Jokowi menciptakan jargon "Revolusi Mental", namun sebagaimana pernah saya sampaikan Revolusi Mental Jokowi hanya omong kosong dan tidak mempunyai arti apapun, dan bila ada yang perlu direvolusi mentalnya maka orang tersebut adalah Joko Widodo alias Jokowi.

Contoh ketiga, Soekarno sangat menyukai proyek-proyek mercusuar yang sangat mahal tapi tidak punya nilai tambah selain menjadi simbol yang bisa dibangga-banggakan Soekarno, pembangunan Monas dengan api emas misalnya. Jokowi dari Solo sampai Jakarta juga sangat menyukai proyek-proyek simbolis yang sangat mahal tapi tidak berguna untuk jangka panjang selain menjadi objek dibangga-banggakan Jokowi. Semua proyek mercusuar Jokowi di Solo sampai Jakarta mangkrak, misalnya Taman Waduk Pluit yang disimbolkan Jokowi sebagai bukti kesuksesan dirinya, tapi mengorbankan normalisasi Waduk Pluit yang sampai hari ini mangkrak.

Nah, Orde Lama karena Soekarno suka hal-hal simbolis; jargon-jargon nasionalisme; tapi tidak memiliki perencanaan untuk mewujudkan pemikiran tersebut mengakibatkan Indonesia masa Orde Lama sungguh semejana dan merana. Karena itu tidak heran juga bahwa Solo dan Jakarta di masa kepemimpinan Jokowi mengalami kemunduran di segala bidang, contoh paling jelas adalah Solo dan Jakarta bertambah miskin di tangan Jokowi. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa penyebab bangkrutnya Indonesia pada masa Orde Lama sehingga ketika Orde Baru dimulai kita tidak mempunyai uang sepeserpun di kas ngara sementara hutang luar negeri mulai jatuh tempo dan juga tidak mempunyai aset untuk dijual ditambah hiper inflasi.

Pertama, PNI sebagai partai bentukan Soekarno adalah partai paling korup sepanjang Orde Lama (sama seperti PDIP partai paling korup sepanjang reformasi). Korupsi mereka dilakukan melalui dua badan hukum yaitu Yayasan Marhaen dan Bank Umum Nasional/BUN (didirikan tahun 1952 oleh Soewirjo, Wakil Ketua PNI). Contoh korupsi PNI adalah menggunakan orang-orang PNI di Kabinet Ali Sastroamidjojo seperti Dr. Ong Eng Kie yang menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Iskaq sebagai Menteri Perekonomian (petinggi BUN) untuk memerintahkan berbagai yayasan negara dan bank negara seperti Yayasan Persediaan Perindustrian, Yayasan Administrasi dan Organisasi; dan BNI untuk membuka deposito di BUN.

Kedua, Orde Lama adalah yang menyebabkan pihak militer menguasai berbagai perusahaan dengan Soekarno memberikan perkebunan dan perusahaan agang milik Belanda kepada kontrol pihak militer salah satunya adalah Permina yang kelak menjadi Pertamina. Koruptor terbesar Pertamina, yaitu Ibnu Sutowo dan Achmad Tahir adalah direktur yang ditunjuk oleh Soekarno sejak zaman Permina.

Ketiga, karena kebobrokan sistem perekonomian Soekarno maka pada Agustus 1959 pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter yang begitu fatalnya hingga seluruh deposito di atas Rp. 25.500,00 kehilangan 90% dari nilai sebenarnya. Yang lebih parah lagi karena inflasi tinggi dan kebijakan moneter Orde Lama sehingga pada tahun 1966 nilai aset semua perusahaan di Indonesia merosot tinggal 5% dari nilai investasi semula.

Keempat, pada tahun 1966 Indonesia mengalami kelangkaan paku, sekrup dan berbagai suku cadang lain karena orientasi pemerintah lebih memfokuskan diri kepada politik (Politik Sebagai Panglima demikian jargon PKI) dan melupakan dunia industri.

Kelima, Sepanjang tahun 1945 sampai tahun 1967, Soekarno hanya menghabiskan tenaga, pikiran dan sumber daya untuk kegiatan politik dan pembangunan ekonomi tidak memperoleh prioritas utama. Semua ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi mandek, 51,5% dari total pendapatan nasional berasal dari sektor pertanian dan sisanya dari hutang luar negeri; sektor lain seperti pertambangan, industri, bangunan dan perdagangan sama sekali tidak bergerak; inflasi pada saat Soekarno turun mencapai 660% (sebagai perbandingan titik tertinggi inflasi 1997-1998 hanya 70%) dan titik tertinggi menyentuh 1.130% (dua kali lipat inflasi Zimbabwe).

Kita baru berbicara tentang buruknya perekonomian Orde Lama dan belum berbicara tentang politik Orde Lama yang sangat mengerikan, seperti keberadaan komunis yang tentu saja PDIP adalah satu-satunya partai yang kental nuansa komunisnya karena banyak keturunan PKI dan petinggi PRD bergabung dalam PDIP.

Semua kehancuran Indonesia akan terulang kembali bila Jokowi menjadi presiden sebab pada dasarnya dia memang membawa dua elemen terburuk yang tersisa dari masa Orde Lama, yaitu PNI dan PKI yang tergabung dalam satu wadah, yaitu PDIP. Selain itu Jokowi juga tidak memiliki rencana mengubah bangsa ini selain melempar jargon, janji, pencitraan dan hal-hal simbolis lain tapi tidak berdampak apapun untuk membangun perekonomian Indonesia.

Read More...

Jokowi, Ini Wujud Asli Amerika

Leave a Comment
Berric Dondarrion

"Western governments were ready to exploit and popularise the hatred of the Japanese. The Germans were a bit 'like us' - if deceived by an evil doctrine - but 'there was no such thing as a good Japanese; Washington legislated to intern Japanese Americans, though not German or Italian ones, 'giving official imprimatur to the designation of the Japanese as a racial enemy'.

Nor did Allied leaders attempt to distinguish the Japanese armed forces from the Japanese people, and easily conflated the loathing of the military regime with a general contempt for the race. Roosevelt himself was not above making crude racist jokes about the Japanese, and commissioned a study of the 'scientific' evidence of the inferiority of the 'Asiatic' races and the effects of racial crossing, in which Smithsonian Professor Hrdlicka remarked that the Japenese were 'utterly egotistic, tricky and ruthless'. Churchill, a grand old white supremacist, wanted those 'yellow dwarf slaves' dead in great numbers, as soon as possible; he never forgave them for humiliating Britain at Singapore. Australia's Labor government outdid them all, introducing a formal policy of racial hatred as an instrument of war, which broadcast advertisements that ended, 'We always did despise them anyhow'..."- Paul Ham, Hiroshima Nagasaki, The Real Story of the Atomic Bombings and Their Aftermath, Transworld Publisher halaman 14 - 15.

Tidak ada situasi yang lebih menggambarkan karakter rasis bangsa Eropa/kulit putih dalam menilai bangsa lain selain Perang Dunia Kedua yaitu perang antara Amerika dan sekutunya ("Sekutu") yang bersatu dengan Uni Soviet untuk melawan German dan Italia, kedua sesama bangsa Eropa di European Theater; dan perang di Pacific Theater antara Amerika dan Inggris melawan Kekaisaran Jepang ("Dai Nippon").

Seperti digambarkan dengan tepat oleh Paul Ham sebagaimana dikutip di atas bahwa Pemerintah dan tentara negara-negara Sekutu masih melihat tentara Jerman sebagai manusia, hanya saja manusia yang menjadi korban propaganda [Nazi], akan tetapi mereka melihat Jepang dengan kebencian rasial sebagai bangsa Asia yang sub-manusia atau lebih rendah daripada manusia; dan inferior dari bangsa Eropa/kulit putih sebab hanya bangsa Eropa yang manusia, di luar itu seperti bangsa India, bangsa Indian, bangsa Negro, bangsa Asia hanya sub-manusia yang statusnya berada di bawah bangsa Eropa. Berdasarkan prasangka rasial ini menyebabkan Amerika bahkan bertindak lebih jauh dengan menahan seluruh penduduk Amerika keturunan Jepang tapi tidak melakukan hal yang sama kepada penduduk Amerika keturunan Italia atau keturunan Jerman.

Alasan lain negara Sekutu membenci Jepang sampai sebesar itu melebihi bangsa Jerman yang sebenarnya menjajah hampir seluruh Eropa Barat adalah karena Jepang, bangsa inferior, bangsa rendahan yang sub-manusia ini berhasil mengalahkan bangsa-bangsa Eropa seperti kekalahan Rusia pada perang tahun 1904-1905; kehancuran Angkatan Laut Baltik milik Kekaisaran Rusia; kekalahan Inggris di Singapura; kekalahan Amerika di Pearl Harbor dan Filipina; kekalahan Belanda di Indonesia dan lain sebagainya. Alasan rasial inilah yang menyebabkan Jepang menjadi sasaran uji coba dua bom Atom yang dijatuhkan di dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki dan bukan di Jerman.

Keputusan menjatuhkan bom di Jepang diambil dalam pertemuan di Yalta, Crimea antara tiga negara superpower waktu itu yaitu Amerika, Inggris dan Uni Soviet yang diwakili oleh Roosevelt; Churchill dan Stalin. Dalam hal keputusan menjatuhkan bom atom tersebut diambil hanya oleh Roosevelt dan Churchill sebab waktu itu mereka merahasiakan dari Stalin tentang keberadaan bom Atom dan membuat keputusan bahwa teknologi bom Atom hanya boleh dimiliki oleh Anglo-Amerika dan bukan bangsa lain.

Kebencian rasial Amerika dan sekutunya kepada Jepang membuat mereka sebenarnya mau meluluhlantakan Jepang bersama rakyatnya, dan bila saja mereka tidak berhasil menyadap berbagai telegram dari Jepang kepada Uni Soviet yang meminta bantuan dan intervensi maka dapat dipastikan Jenderal McArthur, penguasa Jepang yang telah menyerah pasca dibom, maka Kaisar Hirohito akan digantung. Ketakutan Jepang menjadi komunis bila mereka mendesak rakyat Jepang lebih jauh inilah yang menyebabkan Amerika jadi merangkul Jepang ketimbang menghancurkan masyarakat Jepang seperti rencana semula.

Perlu dicatat bahwa pada saat perang dunia kedua Jepang memang melakukan berbagai kekejaman perang, namun kekejaman itu bukan berdasarkan kebencian rasial, melainkan dipandang sebagai kebijakan untuk memenangkan perang. Hal ini berbeda dengan sudut pandang Amerika dan sekutunya yang melihat dirinya sebagai superior melawan bangsa Asia yang inferior dan sub-manusia dan karena itu Jepang harus dihancurkan. Bahkan setelah Amerika menang perang sekalipun mereka membiarkan para korban bom Atom yang masih hidup untuk menderita akibat terpapar radiasi bom padahal Amerika memiliki cara mengurangi dan menghilangkan gejala radiasi pada rakyat sipil Jepang.

Amerika membenci militerisme Jepang, namun mereka lupa bahwa penyebab Jepang menjadi negara militer adalah karena tahun 1853 Commodore Perry atas perintah presiden Amerika menembak Jepang untuk memaksa mereka berdagang dengan Amerika. Sebuah tindakan yang mempermalukan Jepang sehingga untuk mencegah hal tersebut keshogunan yang berkuasa saat itu, Shogun Tokugawa mulai mempelajari teknologi barat dan membangun militer yang kuat dengan prinsip "fukoku kyohei atau memperkaya negara, memperkuat militer".

Dengan mengerti pemikiran Amerika dan bangsa Eropa lain bahwa bangsa selain mereka adalah inferior dan sub-manusia yang bisa dimanfaatkan oleh mereka sebagai bangsa superior inilah kita bisa membaca semua kebijakan Amerika dan Uni Eropa termasuk Australia terhadap Asia dan khususnya Indonesia.

Tahu mengapa Amerika dan sekutunya tega menginvasi Irak dan Afganistan? Kenapa tidak? Keduanya hanya negara yang diisi bangsa inferior sub-manusia.

Tahu mengapa Amerika bisa dengan bebas mendukung kenaikan Mursi yang sipil dan kemudian sekarang mendukung kekuasaan Jenderal Al-Sisi yang militer padahal Amerika dan sekutunya sering berkaok-kaok tentang "supremasi sipil"? kenapa tidak? Mesir hanya negara bangsa inferior dan Mursi si sub-manusia berani menganggu Israel, sekutu Amerika.

Tahu mengapa Australia tidak peduli dengan kedaulatan Indonesia sehingga Kapal Perang mereka melenggang masuk ke perairan Indonesia tanpa permisi hingga mencapai 28 kilometer dari Pangandaran? Mengapa tidak? memang bangsa Indonesia yang inferior itu bisa apa? Memang bangsa Indonesia dengan presiden boneka Amerika seperti SBY berani konfrontasi dengan bangsa superior seperti Australia?

Tahu mengapa Australia tidak malu menanam alat penyadap di gedung yang dibangun oleh NGO Australia untuk menyadap kegiatan Pemerintah Pusat Timor Leste? Mengapa tidak, rakyat Timor Leste hanya bangsa inferior sub-manusia, memang bisa apa melawan Australia yang terdiri dari bangsa Eropa yang superior?

Tahu mengapa Uni Eropa menerima delegasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Kontras dengan Haris Azhar dan lain-lain untuk mendengar keluhan keduanya tentang Indonesia? Mengapa tidak? Kelompok bangsa inferior memang harus melayani tuan imperialis mereka dengan sebaik-baiknya termasuk melaporkan kegiatan sesama bangsa inferior mereka yang dapat menguntungkan bangsa Eropa yang superior dalam menjajah Indonesia.

Tahu mengapa Amerika dan sekutunya berani menyatakan secara terbuka dukungan kepada Jokowi seraya menyatakan penolakan mereka terhadap Prabowo seandaipun Prabowo nantinya terpilih secara demokratis? Mengapa tidak? Suara rakyat Indonesia yang sub-manusia dan inferior wajib hukumnya mengikuti perintah bangsa yang superior yang mengenalkan bangsa sub-manusia seperti Indonesia kepada berbagai paham-paham seperti demokrasi dan HAM.

Tahu mengapa Freeport dan Newmont berani menolak negosiasi dengan Pemerintah Indonesia sehubungan dengan smelter? Kenapa tidak? Keduanya adalah perusahaan milik bangsa yang superior, bangsa inferior tidak pantas bernegosiasi dengan mereka dalam posisi sejajar. Bangsa inferior sub-manusia kok berani bertingkah macam-macam.

Tahu mengapa Eropa Barat, Australia dan Inggris berani mendukung kemerdekaan Papua Barat? Kenapa tidak? Bangsa Papua dan Bangsa Indonesia adalah bangsa inferior sub-manusia, bila bangsa superior seperti Eropa mau Papua merdeka, memang apa yang bisa dilakukan Indonesia yang masuk G-20 karena menjilat Amerika?

Tahu mengapa Bangsa Eropa menggenosida Indian, Aborigin, India, China, Indonesia dan menjajah tanah mereka selama ratusan tahun? Mengapa tidak, tanah bangsa inferior memang harus diduduki oleh bangsa superior untuk kepentingan bangsa superior ini karena bangsa inferior tidak akan bisa mengoptimalisasi keunggulan mereka.

Bila anda semua memiliki rasa cinta tanah air dan masih menganggap diri anda patriot, maka tolak Jokowi, boneka imperialis itu. Kedaulatan bangsa ini di tangan anda, jangan biarkan kuku kaum penjajah terus menancap di Indonesia. Oh iya, apakah anda tahu bahwa piagam deklarasi hak asasi manusia disusun oleh Eleanor Rosevelt, yang suaminya sering membuat lelucon rasial tentang bangsa asia?

Read More...

Sepuluh Bukti Jokowi Boneka Amerika

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Detik demi detik berjalan semakin mendekati pilpres, oleh karena itu kita akan melakukan napak tilas yang membuktikan bahwa sesungguhnya Jokowi adalah capres pilihan Amerika untuk menjajah Indonesia.

  1. Pertemuan Jokowi dengan duta-duta besar negara imperialis seperti Amerika dan Inggris di rumah pengusaha Jacob Soetoyo yang juga adalah petinggi CSIS, yang diakui Jokowi adalah untuk meminta dukungan mereka atas pencapresan dirinya.
  2. Pertemuan di atas membuktikan CSIS mendukung pencapresan Jokowi. CSIS adalah lembaga yang didirikan agen CIA, Pater Beek untuk membuat arah kebijakan Indonesia mengikuti Amerika.
  3. Laporan The Jakarta Post tentang Puan mengusir Jokowi membuktikan koran ini mendukung Jokowi. The Jakarta Post adalah milik CSIS yang dipimpin anak-anak didik Pater Beek seperti Wanandi bersaudara dan Harry Tjan Silalahi dkk.
  4. Jokowi didukung oleh Tempo. Tempo didirikan oleh Goenawan Mohamad, anak didik agen CIA, Ivan Katz. GM juga sering mendapat dana dari CIA melalui USAid dalam menjalankan program-program Amerika di Indonesia. GM adalah teman baik George Soros yang menghancurkan ekonomi Indonesia tahun 1997 demi mendorong reformasi.
  5. Jokowi didukung oleh Todung Mulya Lubis, agen Amerika Serikat tapi non-CIA. Todung Mulya Lubis adalah teman baik George Soros dan petinggi beberapa organisasi milik Soros di Indonesia sehingga mengelola uang Soros di sini. George Soros tentu saja manusia bajingan yang merusak ekonomi Indonesia tahun 1997 untuk mendorong reformasi.
  6. Jokowi didukung Bill Clinton yang tahun 1997-1998 menghancurkan Indonesia demi mendorong reformasi; dan hari ini istri Bill Clinton, Hillary Clinton adalah pihak di belakang berbagai kerusuhan di Ukraina untuk membuat Ukraina mendekat ke Barat. Bukti dukungan Clinton adalah Arkansas Connection ada di belakang Jokowi, seperti James Riady, donatur Bill Clinton dan Majalah Fortune yang menempatkan Jokowi sebagai 50 besar pemimpin dunia adalah berafiliasi dengan Bill Clinton.
  7. Partai pendukung Jokowi, PDIP pernah bekerja sama dengan CSIS dan Amerika Serikat untuk menjatuhkan Presiden Soeharto.
  8. Megawati adalah sekutu Benny Moerdani untuk meletuskan Peristiwa 27 Juli 1996 yang membunuh banyak pendukungnya sehingga nama dia naik menjadi capres alternatif bagi Soeharto.
  9. Amerika Serikat dan sekutunya secara eksplisit maupun implisit sudah menyatakan dukungannya kepada Jokowi ketimbang Prabowo, bahkan menyatakan mereka tidak suka Prabowo naik menjadi presiden.
  10. Setelah Uni Soviet runtuh dan RRC menjadi lebih mementingkan politik dalam negeri, hanya Amerika yang memiliki kemampuan membangkitkan presiden boneka seperti Jokowi dengan cepat.
Read More...

Sri Mulyani, Bukti Jokowi Boneka Amerika

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Bukti bahwa Jokowi adalah capres boneka pilihan Amerika sebenarnya sudah terbukti dari fakta bahwa dia bertemu Duta Besar Amerika Serikat di rumah Jacob Soetoyo, petinggi lembaga CSIS yang didirikan oleh agen CIA bernama Pater Beek; dan dukungan Tempo yang didirikan oleh Goenawan Mohamad, didikan agen CIA, Ivan Katz dan Fikri Jufri yang sangat dekat dengan Benny Moerdani, petinggi CSIS. Namun sekarang kita akan membahas bukti lain yang bernilai petunjuk yang menunjukan pihak yang mendukung Jokowi memang kerap menjalankan agenda Amerika Serikat, lalu apa hubungan dengan Sri Mulyani? Akan dibahas di bawah ini.

Kita akan memulai artikel ini dari tahun 2009 pasca pilpres di mana saat itu dari kurun 2003 sampai 2009 Tempo baru selesai merusak citra Megawati karena menolak Amerika dalam mendukung perang Irak dan Afganistan dan menaikan citra SBY selama dua pemilu sekaligus. Pada Pemilu tahun 2009 Tempo juga menggosok-gosok citra Boediono yang akhirnya menjadi wakil presiden mendampingi SBY. Boediono sebagaimana diketahui adalah neo-liberalis sejati yang pro Amerika. Tempo tentu saja adalah pendukung Jokowi hari ini.

Kesamaan pendukung Jokowi dan SBY tidak cuma Tempo, malah semua pendukung Jokowi selain PDIP Projo dan Seknas adalah orang-orang yang sama dengan yang sekarang mendukung SBY seperti CSIS, Kompas, "kelompok masyarakat sipil", Wimar Witoelar, Todung Mulya Lubis, Rachman Tolleng dan sebagainya.  SBY tentu saja berakhir sebagai satu-satunya presiden di dunia manapun yang mengatakan di depan umum bahwa dia mencintai Amerika seperti negara kedua.

Kejadian penting tahun 2009 antara lain 2009 sampai 2014 adalah termin terakhir SBY sehingga saat itu mulai disuarakan bahwa Prabowo adalah kandidat paling kuat akan menjadi presiden tahun 2014 dan; dimulainya pertempuran di DPR antara Pansus Century yang didorong oleh Golkar melawan Kabinet SBY. Pansus Century ini sendiri bukan khusus mengejar SBY saja, tetapi juga usaha Aburizal Bakrie/ARB memberi pelajaran kepada Sri Mulyani karena periode sebelumnya mencoba menyelidiki perusahaan-perusahaan Bakrie yang terkena kasus pajak; terkena masalah di pasar modal dan kena kasus Lapindo.

Sama seperti SBY dan; Boediono, Sri Mulyani juga adalah agen Amerika di Indonesia, terbukti saat Pansus Century berhasil membeberkan bukti bahwa Sri Mulyani memang melakukan korupsi di bail out Century, dan SBY sudah tidak mampu melindungi Sri Mulyani, akhirnya tuan mereka berdua turun tangan menyelamatkan Sri Mulyani dengan memberinya kedudukan tinggi sebagai Direktur Bank Dunia. Siapa yang sanggup memberikan posisi seprestisius itu kepada Sri Mulyani? Di dunia ini hanya Amerika Serikat tentu saja.

Selain kejadian di atas, ada satu lagi yang sekarang tampaknya sudah kita lupakan yaitu usaha Tempo dan mantan pendukung. Presiden SBY di atas untuk menaikan citra Sri Mulyani sebagai calon presiden untuk 2014, antara lain dengan tahun 2011 membentuk Partai Serikat Rakyat Independen (Partai Sri). Sayangnya figur Sri Mulyani sudah cacat karena kasus Century, terbukanya fakta Amerika adalah tuan Sri Mulyani, dan kaburnya Sri Mulyani keluar negeri sehingga nama dia tidak bisa menjual dan terakhir Partai Sri juga gagal total dan bahkan tidak bisa terdaftar mengikuti Pemilu. Pendukung Sri Mulyani tentu saja sama seperti pendukung SBY, Tempo, Wimar Witoelar, Rahman Tolleng, Todung Mulya Lubis, Goenawan Mohamad dan lain-lain.

Selanjutnya tahun 2012 munculah sosok pemimpin tidak terkenal bernama Jokowi. Karena Jokowi sebelumnya hanya pemimpin daerah yang tidak punya nama sehingga menaikan citranya menjadi jauh lebih gampang yaitu melalui cara "menciptakan" citra baik untuk dilekatkan pada diri Jokowi. Memang saat itu yang membawa Jokowi ke Jakarta adalah Prabowo, dan Djan Faridz, tapi sayang mereka lalai sebab dengan memperkenalkan Jokowi, malah membuat Tempo dan kawan-kawan memiliki pemikiran menarik Jokowi ke sisi mereka sebagai calon pengganti Sri Mulyani yang hampir pasti gagal (sisi mereka harus dibaca sebagai sisi Amerika Serikat).

Jokowi yang oportunis tentu saja menerima proposal Amerika. Jangankan Amerika, Jokowi menjadi boneka FX Hadi dan Ahok saja mau asal dia menjadi Walikota dan Gubernur, apalagi jadi boneka Amerika dengan posisi Presiden RI? Jokowi yang ambisius dan haus jabatan pasti tidak akan menolak apalagi mengedipkan mata. Keuntungan lain bagi Tempo dkk mendorong pencapresan Jokowi adalah karena menaikan citra Jokowi di dalam partainya, PDIP jauh lebih mudah daripada menaikan citra pemimpin seperti Sri Mulyani yang teknokrat; selain itu karena PDIP adalah partai matang dengan basis massa mengakar kuat maka ini juga jadi nilai tambah bagi Jokowi daripada membuat partai baru seperti Partai Sri.

Siapa pendukung Jokowi? Tentu saja orang-orang yang sama seperti pendukung SBY dan Sri Mulyani, yaitu Tempo, Goenawan Mohamad, CSIS, Todung Mulya Lubis, Wimar Witoelar, Rahman Tolleng, Amerika Serikat dan lain-lain.

Bagi yang mau terus dijajah dan diperbudak Amerika dan sekutunya silakan pilih Jokowi. Tetapi bila anda punya harga diri sebagai Bangsa Indonesia maka tolak Jokowi. Ingat, penjajahan bukan berarti penguasaan fisik, sebab tujuan penjajahan dan imperialisme adalah menguasai sumber daya dan perekonomian suatu negara, sehingga bila pihak imperialis dapat melakukannya dengan menempatkan presiden boneka maka mereka akan melakukan hal tersebut ketimbang menjajah secara fisik.

Read More...

Friday, April 25, 2014

Dua Puluh Satu Alasan Tidak Memilih Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Seiring semakin dekatnya pemilihan presiden mendatang maka ada baiknya kita meninjau ulang beberapa alasan bahwa Jokowi adalah capres terburuk dan seharusnya tidak kita pilih bila mau melihat Indonesia sejahtera. Adapun alasan-alasan bagi rakyat Indonesia yang berpikiran maju untuk tidak memilih Jokowi adalah:

  1. PDIP sebagai partai pendukung Jokowi adalah partai paling korup dari tahun 2009 sampai tahun 2014.
  2. PDIP sebagai partai pendukung Jokowi adalah kelanjutan partai komunis.
  3. Jokowi patut diduga melakukan korupsi di Solo, mulai dari kasus pengalihan lahan sampai kasus Videotron.
  4. Jokowi patut diduga melakukan korupsi di Jakarta, mulai dari KJS sampai pengadaan bus transjakarta.
  5. Jokowi menghianati janjinya kepada Tuhan dan rakyat Solo untuk mengurus Solo selama lima tahun.
  6. Jokowi menghianati janjinya kepada Tuhan dan rakyat Jakarta untuk mengurus Jakarta selama lima tahun.
  7. Jokowi membuat rakyat Solo semakin miskin.
  8. Jokowi membuat rakyat Jakarta semakin miskin.
  9. Jokowi adalah boneka wakil walikota di Solo, FX Hadi.
  10. Jokowi adalah boneka wakil gubernur di Jakarta, Ahok.
  11. Jokowi adalah boneka CSIS, lembaga yang didirikan oleh CIA di Indonesia. CSIS dalang Malari sampai Kerusuhan Mei.
  12. Jokowi adalah boneka 70 cukong yang mendukungnya, antara lain: Moeryati Soedibyo, Edward Soerjadjaja; Anthony Salim; James Riady dan lain sebagainya.
  13. Jokowi adalah boneka Megawati untuk mengendalikan Indonesia bila berhasil jadi presiden. Megawati bekerja sama dengan CSIS meletuskan Peristiwa 27 Juli 1996 menyebabkan banyak kader dan rakyat menderita kerugian.
  14. Jokowi dibela Tempo, majalah komunis yang didirikan Goenawan Mohamad, binaan Ivan Katz agen CIA yang sering menjalankan agenda Amerika di Indonesia.
  15. Jokowi dilindungi oleh Hendropriyono, mantan Kepala BIN kesayangan Megawati yang terlibat peristiwa Talangsari dan pembunuhan Munir.
  16. Semua program Jokowi di Solo kacau dan tidak ada yang berjalan, mangkrak.
  17. Semua program Jokowi di Jakarta kacau dan tidak dda yang berjalan, mangkrak.
  18. Selama 1,5 tahun di Jakarta Jokowi selalu bolos kerja, kecuali blusukan untuk melakukan pencitraan.
  19. Pengacara Jokowi adalah Todung Mulya Lubis, binaan Amerika untuk merusak Indonesia sekaligus orang yang sering menerima uang dari George Soros untuk mendanai yayasan milik George Soros cabang  Indonesia seperti Yayasan Tifa dan masih banyak lagi. George Soros adalah orang yang menghancurkan perekonomian Indonesia tahun 1997 dan menyebabkan penderitaan tidak terkira pada rakyat.
  20.  Jokowi memiliki karakter menghianati orang yang memberinya kepercayaan, contoh sekarang dia sedang merencanakan suatu kudeta terhadap Trah Soekarno di PDIP yang menolongnya.
  21. Naiknya Jokowi berarti kebangkitan Orde Lama di mana Politik Adalah Panglima dan rakyat lapar diminta makan tikus.

Berdasarkan fakta di atas apakah masih ada yang mau Jokowi jadi presiden? Kalau demikian maka binasalah Indonesia.

Read More...

Warga: Jokowi Pencitraan Saat Kebakaran

Leave a Comment
Berric Dondarrion

"Ahh pencitraan itu. Sudah tahu bahaya dan banyak asap, ngapain dia ke situ. Mau cari perhatian," Demikian cibiran seorang warga korban kebakaran Pasar Senen dengan kesal dan marah melihat aksi Jokowi keliling keluar masuk pasar yang sedang kebakaran sehingga menganggu pemadam kebakaran mengerjakan pekerjaan mereka.

Tampaknya penduduk Jakarta sudah mulai terbuka mtanya sehingga menyadari bahwa blusukan Jokowi sebenarnya hanya sekedar pencitraan tanpa makna, dan bahkan tidak jarang mengganggu orang-orang yang sedang bekerja. Tentu saja pencitraan Jokowi ke lokasi bencana dan kemudian tanpa diminta melibatkan diri dalam upaya penanggulangan bencana dan menganggu pekerjaan bukan hanya kali ini terjadi, melainkan sudah sering terjadi, seperti ketika Tanggul Latuharhary jebol misalnya.

Ketika itu Jokowi bukannya melanjutkan memeriksa lokasi lain di Jakarta yang banjir atau butuh bantuan, malah bertahan di Latuharhary untuk membantu perbaikan bendungan padahal di sana sudah ada TNI. Singkatnya kehadiran Jokowi hanya untuk pencitraan dan yang membayar harganya adalah penduduk Jakarta Utara yang daerah tenggelam tanpa pertolongan karena Gubernurnya pencitraan di tempat lain sehingga melalaikan nasib mereka. Beberapa orang di Jakarta Utara akhirnya meninggal karena kelaparan dan kedinginan selama berhari-hari di rumah mereka tanpa pertolongan.

Berdasarkan hal di atas maka maaf saja bila saya menganggap "Revolusi Mental" yang mau dilakukan Jokowi sebagaimana disebar oleh para pendukung hanya sekedar jargon dan omong kosong belaka khas Jokowi. Apa itu revolusi mental? bagaimana cara melakukan revolusi mental? apa beda revolusi mental dengan revolusi fisik? Apakah mungkin merevolusi mental manusia dengan cepat? Jangan-jangan metode yang akan digunakan Jokowi adalah cuci otak?

Kata orang bijak sebelum kita mengubah dunia maka terlebih dahulu kita harus mengubah diri sendiri, dan berhubungan dengan "Revolusi Mental" ala Jokowi apapun itu, maka seharusnya Jokowi melakukan revolusi mental terhadap dirinya sendiri sebelum dia mencoba merevolusi mental orang lain. Benerin dulu mental Jokowi baru coba benerin mental orang lain, mental sendiri masih buruk malah mencoba ganggu mental orang lain.

Jadi pertanyaannya adalah apakah mental Jokowi sudah benar?

Bagaimana mental orang yang memanfaatkan bencana untuk kepentingan pribadi seperti yang dilakukan Jokowi?

Bagaimana mental orang yang melanggar janjinya kepada Tuhan dan rakyat seperti yang dilakukan Jokowi di Solo dan Jakarta?

Bagaimana mental orang yang menghambur-hamburkan uang dan pajak rakyat tanpa dosa seperti Jokowi?

Bagaimana mental pemimpin yang selalu mencari alasan untuk bolos kerja untuk kepentingan pribadi seperti Jokowi?

Bagaimana mental orang yang tidak mau mengambil tanggung jawab atas perbuatan sendiri dan malah dengan tidak malu menyalahkan orang lain untuk setiap kesalahan yang sebenarnya dia lakukan seperti Jokowi?

Bagaimana mental orang yang suka berbohong dan berkata dusta tanpa malu seperti Jokowi?

Bila pertanyaan-pertanyaan di atas dijawab dengan jujur maka seharusnya kita memperoleh kesimpulan bahwa mental Jokowi sangat buruk sehingga dia harus merevolusi mental buruknya itu, terutama sebelum mencoba merevolusi mental orang lain seperti yang coba dia lakukan.

Read More...

Jokowi, Bahaya Laten Kebangkitan Orde Lama

Leave a Comment
Berric Dondarrion

"Dalam setiap peristiwa itu, aku selalu turut serta, bahkan turut membayar dengan pengorbanan jiwa beratus-ratus anak buahku yang gugur dalam menjalankan perintahku. Lalu, apa artinya lagi bagi mereka itu kita sebut dan disanjut sebagai Pahlawan Kusuma Negara? Kalau hakikatnya mereka hanya mati konyol belaka akibat permainan dalang-dalang politikus pembawa bencana, yang disertai ancaman maut pada rakyat bangsaku sendiri."

Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodro, halaman 204, terbitan Gramedia.

Demikian curahan hati Jenderal Pranoto, salah satu jenderal angkatan darat yang karirnya berantakan karena peristiwa G30S/PKI. Kalimat di atas menggemakan perasaan ribuan prajurit dan rakyat yang telah mati konyol akibat permainan politikus-politikus yang bertindak sebagai dalang dan menimbulkan bencana di Indonesia melalui permainan wayang yang mereka mainkan. Jenderal Pranoto benar sebab semua bencana di Indonesia dari G30S/PKI sampai berbagai kerusuhan pada era reformasi ada dalangnya.

Di antara semua bencana yang pernah terjadi di Indonesia maka G30S/PKI adalah yang masih sering dibicarakan, begitu banyak teori, dan begitu banyak tertuduh yang menjadi dalang, Siapakah yang menjadi dalang atau pemicu utama penculikan jenderal-jenderal angkatan darat dan tragedi nasional terbesar sepanjang sejarah kemerdekaan negara ini. Jawabannya sebagaimana judul artikel ini adalah Soekarno, Presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Motivasi Soekarno menculik dan membunuh enam Jenderal yang masuk klik Ahmad Yani dan AH Nasution adalah karena mengira mereka adalah Dewan Jenderal yang bermaksud mendongkel dirinya dari kursi kepresidenan. Langkah drastis ini karena Soekarno percaya kebenaran Dokumen Gilchrist yang menyebut ada "local army friend" bekerja sama dengan Amerika dan Inggris mendongkel Soekarno sedangkan sebenarnya dokumen ini palsu dan buatan dinas intelijen Cekoslovakia; dan isu Dewan Jenderal yang dilempar oleh BPI dan Soebandrio.

Kita sudah membahas motif, sekarang kita akan membahas bukti. Karena banyaknya bukti maka kita hanya akan membahas beberapa bukti sekedar membuktikan keterlibatan Soekarno yang sangat kental dalam G30S/PKI.

Bukti pertama, Pidato Soekarno pada Musyawarah Nasional Teknik di Istana Olahraga Senayan, Jakarta, 30 September 1965 yang juga dihadiri Letkol Untung dan DN Aidit. Jam 11 malam, menjelang akhir pidatonya, Soekarno mengutip Mahabarata untuk menyampaikan pesan yang pada intinya meneguhkan perasaan ragu dari orang yang harus membunuh saudaranya sendiri, membunuh kawan lamanya sendiri, membunuh gurunya sendiri dan membunuh saudaranya sendiri, yaitu karena perbuatan tersebut adalah tugas ksatria dan kewajiban ksatria yaitu berjuang, menyelamatkan dan mempertahankan tanah air tanpa hitung-hitung untung atau rugi apa yang nanti terjadi pada kita.

Tiga jam kemudian Letkol Untung dan DN Aidit melaksanakan operasi penculikan dan pembunuhan jenderal-jenderal yang dituduh Dewan Jenderal. Dengan kata lain pidato Soekarno beberapa jam sebelumnya adalah untuk meneguhkan perasaan Letkol Untung dan pasukannya untuk tega membunuh teman-teman seperjuangan sendiri karena hal tersebut adalah tugas dan kewajiban yang diberikan oleh Panglima Tertinggi.

Bukti Kedua, Kesaksian Panglima Angkatan Udara Omar Dhani bulan Desember 1966 di depan Mahmilub, bahwa dia melaporkan gerakan anak muda angkatan darat kepada Soekarno pada tanggal 28 September 1965 dan Soekarno mengatakan bahwa dia sudah mengetahui hal tersebut.

Kesaksian Omar Dhani ini menghancurkan seluruh kekuatan yang dibangun oleh Soekarno sekaligus mematahkan semangat pendukung Soekarno dan menjadi bahan propaganda utama dari para anti Soekarno untuk mendongkel Soekarno. Tiga bulan setelah kesaksian Omar Dhani tersebut, MPRS memecat Soekarno.

Bukti ketiga, Kesaksian ajudan pribadi Soekarno, Letkol (KKO) Bambang Widjanarko bahwa Soekarno pernah bertanya kepada Untung tentang kesiapan dirinya mengganyang Dewan Jenderal, dan setelah itu memberi perintah untuk memulai persiapan. Ini adalah awal mula G30S/PKI.

Selain itu Widjanarko juga pernah menyaksikan bahwa Sudirgo pada akhir September menyerahkan laporan kepada Soekarno tentang jenderal-jendral yang tidak loyal (dewan jenderal).

Bukti keempat, DI Panjaitan menangkap basah penyelundupan senjata Chung (yang digunakan pasukan G30S/PKI) oleh Suswondo Budiardjo, anggota CC PKI dan disembunyikan sebagai bahan bangunan untuk pembangunan Conefo Center (alternatif PBB, salah satu proyek mercusuar Soekarno.

Bukti kelima, dokumen Otokritik kegagalan operasi G30S yang ditulis Brigjend Soepardjo, pemimpin G30S/PKI bahwa sebelum berita bergabungnya Nasution-Harto sampai ke telinga mereka, Soekarno mendukung penuh gerakan G30S.

Berdasarkan bukti-bukti di atas sudah cukup membuktikan bahwa Soekarno adalah dalang G30S/PKI. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa anak Soekarno, Megawati dan PDIP, partai penerus ajaran Soekarno adalah dalang dari hampir semua bencana di Indonesia sejak akhir masa Orde Baru sampai reformasi, contoh: Peristiwa 27 Juli 1996 didalangi Megawati dan Benny Moerdani untuk menaikan nama Mega sebagai penantang Soeharto; berbagai kerusuhan rasial di masa Gus Dur didalangi Megawati dan Hendropriyono untuk menggoyang kursi Gus Dur, dan lain-lain.

Sekarang, pertanyaannya apakah kita masih mau dipimpin dalang segala bencana Indonesia ini? Kebangkitan PDIP berarti kita kembali ke era Orde Lama yaitu masa-masa dipenuhi berbagai retorika politik dan inkompetensi di bidang pembangunan maupun ekonomi. Soekarno dan Megawati sudah membuktikan bahwa bintang sial Indonesia adalah Trah Soekarno; dan PKI, di mana PDIP adalah perwujudan dari kebangkitan kembali Trah Soekarno dan komunisme.

Apakah anda mau kembali makan tikus karena harga sembako membumbung tinggi tidak terjangkau pendapatan anda? Pilih Jokowi yang membawa barisan Orde Lama.

Apakah anda mau ekonomi dan sawah Indonesia hancur karena tidak diurus oleh negara sehingga kita tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri? Pilih Jokowi dengan barisan Orde Lama.

Apakah anda mau komunisme bangkit kembali di Indonesia dan membawa kehancuran sebagaimana komunisme menghancurkan rakyat Uni Soviet dan RRC pada masa Mao Tzedong? Pilih Jokowi yang membawa barisan komunis di belakangnya.

Apakah anda mau Indonesia menjadi negara terbelakang dalam segala bidang karena menjadikan politik sebagai panglima? Pilih Jokowi yang membawa barisan Orde Lama.

Read More...

Thursday, April 24, 2014

Jakarta, Solo, Lampung dan Talangsari

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Dalam pencitraannya menggunakan atribut Gubernur DKI Jakarta di Lampung beberapa hari lalu, Jokowi membuat pernyataan bernada super populis, yaitu dia mau membagi kesejahteraan Jakarta ke daerah lain di Indonesia. Hebat kan? Mantap kan? Keren kan? Tapi masalahnya ada dua, pertama, belum tentu Jokowi akan meneruskan jabatan sebagai Gubernur DKI; dan kedua, kalaupun setelah lewat pilpres dia tetap di Balai Kota namun kapasitas dan kapabilitas Jokowi sangat meragukan.

Untuk masalah pertama jelas Jokowi ada kemungkinan terpilih menjadi presiden Indonesia, sedangkan masalah kedua Jokowi terbukti membuat Solo dan Jakarta semakin miskin, lantas bagaimana dia bisa berharap mensejahterahkan daerah lain? Berhayal dan mimpi indah boleh tapi harus ada batasnya, kalau tidak jatuhnya memalukan nusa bangsa.

Sangat luar biasa bukan prestasi 1,5 tahun Jokowi di Jakarta? Dalam periode itu bukan saja dia sukses menghamburkan Rp. 1,7trilyun untuk bus transjakarta berkarat tapi juga meningkatkan jumlah orang miskin di Jakarta secara signifikan. Tentu saja seperti biasa Jokowi beralasan hal tersebut terjadi karena kesalahan pemerintah pusat. Alasan yang tidak baru apalagi orisinil, semua hal baik seperti meningkatnya pendapatan daerah di Jakarta dari pajak adalah jasa Jokowi sedangkan sunset policy pemerintah pusat tidak berdampak apapun, sedangkan meningkatnya kemiskinan di Jakarta adalah salah pemerintah pusat sedangkan kenaikan NJOP dan PBB sebesar 300% dari Jokowi sama sekali tidak berdampak apapun.

Sudah lah, omong kosong Jokowi dapat mensejahterakan rakyat Indonesia dan mendorong pemerataan pendapatan bila dia dua kali membuat kota yang dipimpinnya semakin miskin. Jadi ketika di Lampung ketimbang berbicara mengenai hal-hal yang tidak akan terjadi seperti Jokowi memberantas monopoli ayam potong sampai memeratakan pendapatan, sehingga lebih baik Jokowi bercerita hal yang pasti-pasti saja, misalnya pembantaian talangsari Lampung oleh pelindung Jokowi Hendropriyono dan intelijen kesayangan Megawati misalnya.

Kita tahu bahwa Peristiwa Talangsari adalah salah satu pelanggaran HAM berat yang dipimpin oleh AM Hendropriyono, intelijen kesayangan Megawati. Tahun 2000 sebenarnya Hendropriyono sudah menawarkan islah kepada penduduk Talangsari tapi ditolak. Penduduk Talangsari dan didukung oleh Komnas HAM menuntut Hendropriyono dibawa ke Pengadilan HAM namun tidak digubris Megawati dan Mega malah mengangkatnya menjadi kepala BIN. Menjelang lengsernya Mega terjadilah pembunuhan terhadap Munir yang berkaitan dengan Hendropriyono dan Mega.

Ini adalah topik yang seharusnya disampaikan oleh Jokowi di Lampung sesuai agenda PDIP Pro Jokowi untuk menuntaskan pelanggaran HAM di masa lalu. Tentu saja tidak boleh berhenti di Talangsari, tapi juga harus diselidiki keterlibatan pendukung Jokowi dan intelijen Mega tersebut pada Peristiwa 27 Juli 1996, Kerusuhan Mei 1998 dan berbagai kerusuhan pada era Gus Dur. Pertanyaannya tentu saja, apakah Jokowi dan PDIP Projo berani membawa Hendropriyono dan Megawati ke meja Pengadilan HAM?

Dari dulu saya sudah mengatakan tim kampanye Jokowi memang kurang cerdas sehingga sering mau menyerang orang tapi tidak sadar serangan tersebut bisa berbalik ke diri Jokowi. Misalnya menyerang Prabowo dengan isu kuda, ternyata Jokowi juga suka naik Kuda; atau menyerang Prabowo dengan isu HAM, tapi pendukung terkuat Jokowi ternyata adalah salah satu pelaku pelanggaran HAM paling berdarah di masa lalu.

Sekarang kita lihat saja apakah PDIP Projo dan Seknas Jokowi benar menempatkan perkataan mereka tentang penyelidikan pelanggaran HAM masa lalu secara konsisten dan konsekuen.

Read More...

Wednesday, April 23, 2014

Kritik Kepada Penerbit Kompas dan Imelda Bachtiar

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Hari ini saya membeli buku terbitan Kompas berjudul Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodra yang dia tulis dengan tangan semasa hidup dan kemudian disunting oleh Imelda Bachtiar lengkap dengan beberapa anotasi dan komentar sehingga menjadi buku yang lengkap. Terus terang saya senang dengan keberadaan buku ini sebab selain melengkapi literatur sejarah milik saya, juga memberikan suara kepada Pranoto, sebab rasanya buku ini adalah satu-satunya biografi mengenai Jenderal Pranoto Reksosamodra di Indonesia. Sisanya nama Pranoto hanya disebut sekilas dalam biografi jenderal lain.

Saya berharap buku ini dapat melengkapi kepingan puzzle sejarah Indonesia, khususnya pada periode tergelap bangsa ini, yaitu tahun 1965 dengan kejadian G30S/PKI. Benar saja, ada beberapa kesaksian dari Pranoto yang membuka tabir penting dan membersihkan nama Pak Harto dan menghancurkan beberapa teori mengenai alasan Pak Harto "dendam" kepada jenderal korban G30S/PKI, AH Nasution misalnya.

Beberapa komentator sejarah mengatakan bahwa AH Nasution ingin memecat Pak Harto karena peristiwa barter gula di Semarang, dan mau memecat Pak Harto bila saja tidak dihalangi oleh Gatot Subroto. Hal ini menurut orang yang anti Pak Harto adalah yang melatar belakangi kebencian Soeharto kepada AH Nasution. Namun Pranoto justru bersaksi bahwa AH Nasution melindungi Pak Harto dan berjanji bahwa dia akan memulihkan nama baiknya, antara lain dengan memproyeksikannya sebagai Kasad. Nasution bahkan bertindak jauh dengan menolak pengunduran diri Pak Harto yang merasa wajahnya dicoreng moreng oleh fitnahan Pranoto.

Ini hanya contoh kecil bagaimana kepingan berupa informasi dari para pelaku sejarah dapat membentuk suatu gambaran besar, sehingga tentu saja seharusnya yang membaca otobiografi Pranoto ini melakukan komparasi dengan pelaku sejarah lain pada zaman yang sama sehingga memperoleh gambaran yang lebih besar lagi.

Sayangnya saya merasa ada agenda politik Kompas dalam menerbitkan buku Pranoto ini beragenda sama dengan alasan menerbitkan buku Budiman Soejatmiko, Peter Kasenda, Ishadi SK dan lain-lain, yaitu mendiskriditkan dan merendahkan Soeharto dengan Orde Barunya serta "memulihkan" nama baik PKI dan komunis.

Indikasi hal ini jelas dari halaman belakang buku yang berisi kutipan dari dua orang mengenai Jenderal Pranoto Reksosamodro, yaitu Dr. Nani Nurrachman Sutojo dan Stanley Adi Prasetyo. Dr. Nani adalah anak korban PKI, Jenderal Sutojo, sedangkan Stanley anggota Komnas HAM tahun 2007 sampai 2012.

Komentar dari Dr. Nani sebagai anak korban G30S/PKI mungkin masih relevan, tapi bisa juga tidak relevan karena ketika peristiwa terjadi dia masih kecil. Kemudian setelah dewasa ternyata Dr. Nani terpengaruh oleh apologetika PKI dan propaganda pembersihan nama PKI yang diluncurkan Carmel Boediardjo sehingga dia menjadi terpengaruh dan melihat angkatan darat yang menangkap pembunuh ayahnya justru sebagai penjahat. Ini tampak sekali dari komentar pedas Dr. Nani di belakang buku terhadap Soeharto.

Adapun komentar mantan Komnas HAM yang sama sekali tidak ada hubungan dengan G30S/PKI selain mereka berhasil ditekan PKI sehingga mengeluarkan rekomendasi bahwa melarang komunisme di Indonesia adalah melanggar HAM. Membaca komentar dia, sudah sangat jelas sekali orang ini tidak memahami apapun tentang sejarah Indonesia dan pengetahuannya tentang G30S/PKI pasti rendah, misalnya dia menulis Soeharto melakukan insubordinasi dan melawan semua perintah Pranoto. Pertanyaannya apakah Stanley tidak tahu bahwa sehari setelah Pranoto diangkat sebagai caretaker Menpangad diadakan pertemuan antara dirinya dengan Soeharto dan Soekarno di Bogor dan Soeharto sudah bermaksud menyerahkan komando sepenuhnya kepada Pranoto namun ditolak Soekarno dan malahan Soekarno memberikan semua kewenangan sebagai Menpangad kepada Soeharto sementara Pranoto hanya kewenangan administrasi.

Kok bisa Kompas memilih orang yang tidak paham sejarah dan buta sejarah seperti Stanley Adi Prasetyo? Kenapa tidak mengutip pernyataan dari anak pahlawan revolusi yang lain, Amelia Yani misalnya, atau Donald Panjaitan. Sekali lagi walaupun Dr. Nani mungkin bias dalam pandangannya karena sudah terpengaruh pembelaan diri anasir PKI namun setidaknya dia masih relevan, tapi Stanley Adi Prasetyo? Ayolah Kompas, kalian lebih baik dari ini.

Selanjutnya membaca kata pengantar dari penyunting, Imelda Bachtiar saya mendapati bias kembali. Oh iya, saya sengaja tidak membaca kata pengantar Asvi Warman Adam karena sudah hafal fitnah sesuka perutnya terhadap Soeharto dan pengidolaan berlebihan tanpa reservenya kepada Soekarno.

Nah, bias dari Imelda Bachtiar kepada peristiwa G30S/PKI versi Orde Baru tampak jelas sekali dalam kalimat-kalimat berikut:

1. Imelda Bachtiar menyatakan bahwa tidak ada seorangpun tahu atau tahu, tetapi tidak pernah berani bersuara, bahwa film itu kebohongan belaka (halaman xix).
Lho, atas dasar apa mengatakan bahwa film itu bohong? Jadi tidak ada satu halpun dalam film itu yang benar? Apakah enam jenderal dan Piere Tendean tidak mati dibunuh Cakrabirawa? Apakah mereka tidak dibuang ke dalam lubang buaya seperti sampah dan kemudian ditemukan dalam kondisi mengenaskan? Apakah Aidit tidak merencanakan untuk menyusupi angkatan darat dengan Biro Chususnya?
Jadi bagian mana yang bohong? Bila masalah penyiksaan Gerwani tidak benar, maka apakah hal tersebut menjadikan seluruh film tidak benar? Saya sendiri sudah membaca ratusan literatur tentang G30S/PKI dan mendapati bahwa Film Penghianatan G30S/PKI adalah 99%, sisa 1%nya karena ada kejadian yang harus disesuaikan seiring penemuan yang diperoleh setelah film tersebut dibuat dan hal ini wajar sebab sejarah adalah working progress dan bukan proyek sekali selesai.

2. Imelda Bachtiar menyatakan bahwa buku ini dibuat untuk menceritakan kejadian sesungguhnya Peristiwa 30 September 1965 sehingga masyarakat tahu bahwa tuduhan dia terlibat G30S/PKI hanya fitnah. Lho, pertanyaannya darimana Imelda tahu bahwa apa yang dikatakan Pranoto 100% benar sedangkan yang ditulis pihak lain tentang Pranoto 100% salah? Seperti yang saya tulis di atas, sejarah adalah working progress, sehingga tidak ada versi pihak manapun yang 100% benar atau 100% salah, tapi Imelda Bachtiar berani menulis bahwa versi Pranoto adalah 100% benar, luar biasa! Apalagi Imelda mengakui baru membaca koleksi buku Harsutejo tentang peristiwa 1965 demi penyuntingan buku, sehingga sejauh mana Imelda Bachtiar benar-benar memahami peristiwa 1965 patut dipertanyakan.

Tentu saja pernyataan Pranoto Reksosamodro dalam memoirnya tidak sepenuhnya benar, sekedar contoh dengan membaca sekilas saya menemukan beberapa hal yang terbukti salah bila dikonstantir dengan fakta sebagai berikut:
1. Pranoto mengatakan bukan dia yang melaporkan kegiatan barter yang dilakukan Diponegoro di Semarang, namun pernyataan ini berseberangan dengan pernyataan Yoga Soegama, dan Ali Moertopo, salah satu perwira bidang intelijen di Diponegoro. Kita harus percaya siapa? Orang yang akhirnya menduduki kursi Panglima Diponegoro atau perwira intelijen?
2. Pranoto adalah komunis sejati, dan hal inilah yang menyebabkan dia menolak Liga Demokrasi. Sebagaimana kesaksian Yoga Soegama dalam buku Memoir Jenderal Yoga, setelah Pranoto naik menjadi Panglima Jawa Tengah, aktivitas PKI justru naik signifikan dan merajarela karena didukung oleh Pranoto. Bukan itu saja, Diponegoro juga semakin menjadi komunis. Bila diingat Letkol Untung, Kol. Latief dan Raiders yang tidak mau menyerah kepada Kostrad adalah dari rumpun Diponegoro, binaan Pranoto!
3. Yang mengusulkan nama Pranoto untuk menjadi caretaker Menpangad di Halim adalah DN Aidit!

Dan masih banyak lagi termasuk komentar Pranoto yang salah mengenai keterlibatan CIA dan supersemar.
Membuka keping informasi sejarah tentu harus didukung tapi bila tujuannya adalah melakukan propaganda disinformasi maka hal tersebut sangat disayangkan apalagi bila dilakukan oleh Penerbit Kompas yang selama ini terkenal dengan netralitasnya.

Read More...

PDIP Pro Jokowi vs. Geng Tancho Puan Maharani

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Orang-orang yang menyatakan secara terbuka bahwa The Jakarta Post telah memuat berita bohong dan tanpa dasar mengenai pengusiran Jokowi oleh Puan dan kemudian mengkambinghitamkan beberapa pihak karena menyebar informasi bahwa PDIP pecah menjadi kubu Megawati dan kubu Jokowi tampaknya harus meminta maaf kepada pihak-pihak yang terlanjur mereka bully dan hina.

Setelah mencoba menyembunyikan fakta bahwa PDIP pecah menjadi kubu Puan dan kubu Jokowi, akhirnya hari ini Eva Sundari mengakui bahwa pengkubuan itu ada, dan kubu Puan Maharani memiliki nama tidak resmi sebagai geng Tancho.

Di internal PDIP, kabarnya ada geng Tancho, para pembisik di sekeliling Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Puan Maharani yang selalu mengusik pencapresan Jokowi. Geng ini diminta ikut keputusan partai mendukung pencapresan Jokowi. Secara gamblang Eva Sundari mengakui bahwa dia bukan bagian dari geng Tancho, melainkan bagian dari kubu Jokowi atau Pro Jokowi. Mengapa namanya gang Tancho? sebab orang-orang yang mendukung Puan Maharani adalah orang yang klimis sehingga mendapat julukan sebagai Tancho, mengikuti merek parfum.

Perbedaan antara PDIP Pro Jokowi dan gang Tancho adalah bahwa PDIP Projo ingin Jokowi menguasai PDIP dan karena itu orang-orang yang bergabung dalam Projo menguasai PDIP. Sedangkan geng Tancho berjuang mempertahankan Trah Soekarno dari para penghianat yang mencoba menggerogoti kekuasaan mereka di PDIP, sebuah partai yang memang didirikan khusus untuk Trah Soekarno. Usaha terakhir geng Tancho menahan laju PDIP Projo adalah dengan menjadikan Megawati, sang Ketua Umum yang sudah sepuh menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, sebuah posisi yang sempat akan direbut oleh PDIP Projo.

Dengan fakta bahwa memang benar ada kubu Jokowi dan kubu Puan yang saling berlawanan ini maka kita dapat meyakini bahwa pengusiran Jokowi oleh Puan; debat sengit Puan dan Prananda; dan menangisnya Megawati karena kedua anaknya, Puan dan Prananda berantem sebagaimana dilaporkan The Jakarta Post adalah benar adanya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang bukan apakah benar ada pengkubuan yang saling berseberangan di dalam PDIP, melainkan siapa yang membocorkan rahasia yang sebelumnya tersembunyi rapat-rapat itu? Sebelum The Jakarta Post membuka rahasia itu karena mengutip seorang narasumber yang ikut dalam rapat pengusiran, ribut internal dalam PDIP hanya dibicarakan secara bisik-bisik. Jadi siapa yang membocorkan rahasia besar PDIP ini?

Untuk menjawabnya kita akan menggunakan metode yang sangat mudah, yaitu siapa diuntungkan dengan kebocoran informasi bahwa di PDIP ada pengkubuan termasuk nama kubu Puan, yaitu geng Tancho. Kubu Puan atau kubu Jokowi lebih diuntungkan?

Dari semua sisi kita harus mengatakan bahwa Kubu Jokowi lebih diuntungkan dengan kebocoran informasi tersebut. Coba kita ingat lagi, sejak saat hasil quick count diketahui sebenarnya posisi Jokowi sebagai capres sudah di ujung tanduk, sebab terbukti "Jokowi Effect" hanya hoax dan palsu sehingga sudah ada cukup alasan membatalkan pencapresan Jokowi. Namun dengan bocornya informasi Jokowi diusir Puan, otomatis bila pencapresan Jokowi dibatalkan maka orang dengan mudah menyimpulkan pasti perbuatan Puan Maharani, belum lagi kubu Jokowi akan mudah memanasi suasana dengan menimpakan semua kesalahan kepada Puan Maharani. Mereka memang ahli dalam melakukan hal tersebut.

Jadi apa yang harus dilakukan PDIP; Megawati dan Puan Maharani? Batalkan pencapresan Jokowi dan pecat dia bersama-sama PDIP Projo. Resiko memelihara Brutus junior lebih berbahaya dan merugikan ketimbang memotong kerugian sekarang. PDIP tidak rugi dan bahkan untuk dengan menyingkirkan Jokowi, tapi mereka pasti kehilangan segalanya bila Jokowi menjadi presiden. Tidak percaya? tunggu saja tanggal mainnya.
Read More...

Jokowi, Monopoli dan Sampah

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Jokowi sudah mulai kampanye dni dengan membicarakan sebuah isu yang sebenarnya bukan proporsi atau tidak masuk tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, yaitu memberantas monopoli ayam potong di Jakarta. Isu monopoli bahan pokok memang seksi untuk dibicarakan seorang capres, tapi sayangnya sekarang bukan masa kampanye dan saya tidak yakin seorang Jokowi memahami isu monopoli.

Sebelum Jasmev dan pendukung Jokowi menuduh saya meremehkan Jokowi si Superman Banjir dan manusia setengah dewa itu, namun persoalan anti monopoli luar biasa rumit karena melibatkan ilmu hukum dan ilmu ekonomi yang sangat spesifik dan saling terkait. Jokowi yang membaca neraca APBD saja pusing bagaimana bisa diharapkan untuk membaca katakanlah statistik penguasaan suatu perusahaan terhadap pasar di Jakarta dan pasar Indonesia.

Karena rumitnya masalah anti monopoli dan persaungan usaha tidak sehat sehingga pemerintah membentuk badan tersendiri yang terpisah dari kementerian perdagangan untuk mengawasi dan menegakan hukum anti monopoli di Indonesia, yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). KPPU ini dipimpin oleh komisioner-komisioner berlatar belakang hukum dan ekonomi dan sudah bertugas hampir lima belas tahun.

Jadi isu Jokowi mengangkat masalah monopoli ada dua, yaitu pertama bukan kewenangan dia sebagai gubernur; dan kedua Jokowi tidak memiliki ekspertise atau keahlian apapun di bidang anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan saya menjamin hal ini pasti benar.

Untuk isu pertama, bila Jokowi menemukan indikasi ada persaingan usaha tidak sehat maka yang harus dia lakukan adalah membuat laporan kepada KPPU dengan melampirkan buktinya. Bila Jokowi hanya membuka ke ruang publik, itu namanya cuma wacana seperti ribuan wacana untuk pencitraan yang selama ini dia lakukan. Nanti KPPU akan melakukan penyelidikan mereka dan memanggil para pihak setelah itu mengeluarkan putusan untuk menentukan apakah ada monopoli atau tidak. Dengan demikian yang menentukan dan memutuskan ada monopoli adalah KPPU bukan Jokowi.

Kedua, bukan meremehkan Jokowi, tapi melihat kinerjanya di Jakarta selama ini maka kita sangat pantas meragukan bahwa Jokowi memiliki kapasitas atau kapabilitas dalam bidang monopoli. Apakah dia mengerti apa itu per se ilegal, apa itu rule of reason? apa itu pasar dominan, apa itu pasar bersangkutan dan lain-lain, sebab mengurus sampah saja Jokowi tidak becus. Tidak perlu ngomong terlalu tinggi soal monopoli pengadaan ayam bila urus manajemen sampah di Jakarta saja masih blepotan.

Entah Jokowi mengetahui atau tidak, namun saat ini terjadi penumpukan sampah di saluran penghubung di Jalan Kesemek, Cilinding, Jakarta Utara. Saluran penuh sampah dan juga lumpur sehingga bila hujan maka dapat dipastikan airnya akan membanjiri permukiman penduduk. Mengapa tidak dikeruk? Bukankah total APBD Jakarta yang diminta Jokowi selama dia di Jakarta mencapai Rp. 150trilyun lebih? Kemana saja uang itu? Jokowi mau pencitraan boleh saja, tapi jangan seperti gajah di seberang lautan tampak, semut di pelupuk mata tidak terlihat.
Model kayak gini mimpi jadi presiden.
Read More...

Hari Ini Jokowi Kampanye Dini ke Lampung

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Yang membaca judul artikel ini pasti bingung, bagaimana bisa Jokowi kampanye di Lampung bila masa kampanye pilpres belum dimulai? Pasti bohong, pasti tidak benar dan pasti salah. Sayangnya jawaban terhadap keraguan tersebut adalah bisa saja, yaitu dengan mengulangi strateginya sebelum deklarasi capres yaitu menunggangi jabatan Gubernur DKI Jakarta untuk melakukan kampanye atau pencitraan di  seluruh Indonesia.

Kita tentu ingat bahwa strategi ini juga pernah digunakan saat Jokowi menggunakan jabatan walikota dan atas biaya APBD Solo datang pencitraan ke Jakarta karena mengincar jabatan gubernur DKI Jakarta. Demikian pula saat dia keliling Indonesia menunggangi peresmian pembukaan cabang Bank DKI di beberapa propinsi di Indonesia tapi memanfaatkan kesempatan untuk kampanye di beberapa universitas seperti USU, yang dilakukan karena dia mengincar jabatan Presiden RI. Begitu juga setelah dia mencapreskan diri, Jokowi bolos kerja bertemu Ridwan Kamil dan sekalian mau kampanye di ITB, untung diusir oleh Mahasiswa ITB.

Sekarang modus operandi yang dilakukan Jokowi ke Lampung juga sama, yaitu mengatasnamakan Gubernur DKI sehingga seperti yang sudah-sudah kampanye Jokowi ini dibiayai APBD. Alasan kepergian Jokowi kali ini adalah meninjau kerja sama di bidang pangan dengan Lampung. Tentu saja ini hanya dalih karena pangan bukan urusan gubernur melainkan tugas pemerintah pusat, dan sebagaimana kata Jokowi, dia tidak mau mengurus kewajiban pemerintah pusat, lantas kenapa sekarang dia mengurus apa yang seharusnya dikerjakan pemerintah pusat? Lagipula dengan semua pekerjaan rumah di Jakarta, untuk apa dia menambah pekerjaan lagi?

Jawabannya tentu saja hanya satu,yaitu "pangan" memang hanya alasan supaya Jokowi bisa pergi ke Lampung padahal sebenarnya sudah lebih dari setahun dia tidak melakukan pekerjaan sebagai Gubernur. Semua ini dengan mudah terbukti melalui daftar kegiatan Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekda DKI Jakarta yang hanya memuat jadwal kegiatan Wakil Gubernur, tetapi pada bagian Gubernur dan Sekda? Kosong melompong. Artinya sudah jelas bahwa dugaan bahwa selama ini hanya Wakil Gubernur Ahok yang bekerja kenyataannya sangat benar.

Lantas apa yang dikerjakan Jokowi? Apalagi kalau bukan pencitraan dan kampanye demi memuluskan jalannya ke kursi kepresidenan Republik Indonesia. Urusan Jakarta? Hanya ucrit-ucrit. Urusan Monorel dan MRT? Hanya ucrit-ucrit. Urusan Waduk Pluit? Hanya ucrit-ucrit. Urusan duplikasi anggaran pendidikan? Hanya ucrit-ucrit. Urusan impor Bus Transjakarta rusak senilai Rp. 1,7trilyun oleh mantan timsesnya, Michael Bimo Putranto? Hanya ucrit-ucrit. Urusan penyerapan APBD yang luar biasa rendah? Hanya ucrit-ucrit. Banjir dan kemacetan? Hanya ucrit-ucrit. Kampanye menjadi presiden, nah ini baru urusan besar bagi Joko Widodo alias Jokowi.

Read More...

Tuesday, April 22, 2014

Prabowo, Belajarlah dari Liu Bang dan Xiang Yu

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Kata orang bijak seseorang yang tidak belajar dari sejarah akan mengulangi kesalahan sejarah karena sejarah pasti berulang. Saya mau mengulangi sebuah kisah yang pernah terjadi hampir dua ribu tahun silam tapi masih relevan dengan pilpres mendatang, khususnya perebutan kekuasaan antara Liu Bang yang menjadi Kaisar pertama Dinasti Han sekaligus kaisar kedua China; dan Xiang Yu, pesaing terbesar Liu Bang.

Cerita Xiang Yu dan Liu Bang atau yang dikenal sebagai perseteruan Chu-Han dimulai dengan runtuhnya dinasti pertama China, Dinasti Qin seiring meninggalnya Qin Shih Huangdi, Kaisar Pertama China yang terkenal lalim dan menyengsarakan rakyat. Perangpun bergejolak karena daerah-daerah taklukan Dinasti Qin memberontak, di antaranya Kerajaan Chu di bawah Xiang Liang dan Xiang Yu; dan Kerajaan Han di bawah Liu Bang.

Di antara Xiang Yu dan Liu Bang sebenarnya memiliki perbedaan yang luar biasa mencolok, antara lain: Xiang Yu adalah keturunan bangsawan Kerajaan Chu sedangkan Liu Bang hanya keturunan rakyat kasta bawah; Xiang Yu memiliki keterampilan militer yang sangat hebat, jago strategi, berpengetahuan luas, jago mengatur pasukan, memiliki wibawa dan karisma tinggi sedangkan Liu Bang tidak memiliki kemampuan apapun selain mampu menarik hati orang. Dari sisi ini saya melihat kesamaan atau kemiripan secara analogis bahwa Xiang Yu adalah Prabowo dan Liu Bang adalah Jokowi.

Dengan perbedaan kemampuan sebesar ini mengapa Liu Bang mampu mengalahkan Xiang Yu? Penghianatan dan melanggar janji oleh Liu Bang adalah jawabannya, tapi kita akan membahas ini di bagian yang lain.

Karena Liu Bang tidak memiliki kemampuan apa-apa maka pada awal karirnya dia selalu kalah walaupun saat itu ditemani oleh beberapa jenderal cakap. Akhirnya Liu Bang dan para jenderalnya meminta pertolongan dan meminta perlindungan Xiang Yu dan Kerajaan Chu di ibukota mereka, Pengcheng. Akan tetapi kebaikan hati ini kelak dibayar dengan penghianatan ketika Xiang Yu sedang sibuk bertempur melawan Zhang Han, Jenderal terakhir Dinasti Qin yang masih melawan, Liu Bang malah memanfaatkan kesempatan untuk menyerbu Xiang Yang, ibukota Dinasti Qn dan menerima penyerahan diri Kaisar Qin yang terakhir, Ziying sehingga seolah Liu Bang yang berjasa meruntuhkan Dnasti Qin padahal dia nyaris tidak memiliki andil mengingat selalu kalah dalam semua pertempuran melawan Qin.

Di Xiang Yang lah pertama kali ambisi Liu Bang untuk menguasai China terlihat dengan jelas. Ketika dia masuk ke ruang penyimpanan harta tadinya dia mau menjarah tetapi dia diingatkan oleh salah satu penasehatnya bahwa bila dia mau memiliki kedudukan lebih maka Liu Bang harus membagikan harta itu kepada rakyat dan tidak menjarah sehingga menunjukan simpati kepada penderitaan rakyat. Akhirnya hal tersebut yang dilakukan Liu Bang, tapi bukan karena dia baik hati melainkan karena dia menyasarkan tujuan akhirnya pada harta yang jauh lebih besar lagi.
Sementara itu Xiang Yu yang marah mengusir Liu Bang untuk mengelola wilayah Shu dan Han Zhong yang terpencil sehingga dia akan sulit untuk bermanuver. Setelah sampai di Shu, Liu Bang membakar satu-satunya penghubung dari daratan pusat ke daerah Shu yang terpencil untuk menunjukan kepada Xiang Yu seolah dia tidak memiliki ambisi menguasai daratan China. Namun sebenarnya Liu Bang menyusun kekuatan dan diam-diam membangun jembatan penghubung baru di tempat lain dan beberapa tahun kemudian di bawah pimpinan Jenderal Han Xin pasukan Han menyerang pasukan Chu yang djaga Zhang Han, bekas jenderal Qin yang ditaklukan Xiang Yu.

Setelah kemenangan awal itu, pasukan utama Chu di bawah Xiang Yu mengalahkan pasukan Han yang dipimpin oleh Liu Bang langsung. Selanjutnya terjadi beberapa pertempuran yang diakhiri dengan penandatanganan perdamaian dan Xiang Yu yang posisinya lebih kuat rela membagi China menjadi dua antara dirinya dan Liu Bang karena rindu kedamaian. Cerita seharusnya selesai sampai di sana bila saja Liu Bang tidak menghianati Xiang Yu untuk terakhir kalinya dengan mengerahkan semua pasukannya menyerang Xiang Yu yang sedang dalam perjalanan kembali ke wilayahnya dan mengendurkan kesiagaan pasca penandatanganan perjanjian damai (jadi ingat Perjanjian Batu Tulis).

Banyak komentator di masa kini mengatakan bahwa antara Liu Bang dan Xiang Yu maka Liu Bang adalah manusia yang lebih baik sementara Xiang Yu sangat kejam. Namun ada juga komentator yang justru mengatakan bahwa Xiang Yu memenuhi semua persyaratan ajaran confusius untuk menjadi pemimpin yang baik, yaitu Ren atau karakter manusia, sementara Liu Bang sebenarnya sempit, pendendam, penuh curiga, rakus dan luar biasa tamak.

Terbukti dari fakta bahwa setelah Xiang Yu terbunuh, dan Kerajaan Chu dalam keadaan kacau, mereka tetap tidak mau menyerah sampai Liu Bang mengembalikan kepala Xiang Yu kepada Chu, dan setelah itu baru mereka bersedia menyerah, hal ini karena Xiang Yu memperlakukan orang dengan baik dan sebagaimana manusia memperlakukan manusia. Adapun "kekejaman" yang sering dilekatkan kepada Xiang Yu adalah karena dia mengubur hidup-hidup 300ribu pasukan Qin di bawah Zhang Han yang menyerah dengan alasan pasukan sebanyak itu akan berbahaya karena sulit memastikan kesetiaan mereka dan bisa saja suatu hari mereka memberontak. Ingat, salah satu penyebab Hitler kalah adalah dia membiarkan 900ribu pasukan Inggris yang terjebak dan tinggal menunggu dibantai untuk kabur ke Inggris karena berharap bisa berdamai dengan Inggris, pasukan ini kelak adalah tulang punggung pasukan sekutu dalam merebut Eropa kembali.
Liu Bang di sisi lain setelah berhasil menjadi Kaisar Pertama Dinasti Han menunjukan karakter aslinya dan semua jenderal seperti Han Xin sampai Ying Bu yang telah membantunya naik tahta dibunuh dengan berbagai tuduhan palsu karena kuatir mereka aan merebut tahtanya, sebab tentu saja setiap dari mereka memiliki kemampuan yang lebih baik dari dirinya dalam segala hal sehingga perasaan inferior itu selalu membuatnya was-was.

Sebenarnya sifat curiga Liu Bang sudah muncul sejak sebelum dia menjadi kaisar. Ketika itu dia sedang memimpin pasukan di garis depan sehingga pemerintahan diserahkan kepada temannya, Xiao He. Namun Liu Bang yang curiga Xiao He akan merebut kursinya, maka secara berkala dia mengirim utusan untuk menyampaikan salam kepada Xiao He. Kecurigaan Liu Bang baru berhenti setelah Xiao He mengirim saudara-saudara kandungnya ke medan perang bergabung dengan Liu Bang.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah ini? Yang paling penting adalah seorang penghianat pasti akan berhianat kembali sehingga bila Prabowo mau menang melawan Jokowi maka yang harus dilakukan pertama kali adalah jangan ulangi kesalahan mempercayai Jokowi dengan berkoalisi dengannya sebab dia pasti kembali berhianat. Megawati saja demi mencegah pembelotan Jokowi sudah mengambil alih tim pemenangan pilpres mendatang.

Ini adalah fakta yang jelas, Jokowi bisa naik ke pentas nasional karena bantuan Prabowo an Djan Faridz, sama seperti Liu Bang yang selalu kalah perang memperoleh wilayah Shu yang memiliki kekayaan alam melimpah itu adalah karena Xiang Yu. Selanjutnya sama juga seperti Liu Bang yang mencuri jasa Xiang Yu dalam menerima penyerahan kaisar Dinasti Qin, demikian pula Jokowi bermaksud mencuri kesempatan Prabowo menjadi presiden dengan mencapreskan diri padahal ketika didukung Prabowo untuk menjadi Gubernur DKI, dia sudah berjanji akan berkomitmen di Jakarta selama lima tahun, dan tentu saja ada juga isu Perjanjian Batu Tulis. Apakah masih perlu dihianati untuk kedua kalinya oleh Jokowi?

Read More...