Kloningan

Monday, June 16, 2014

Jokowi Tidak Paham TPID, di Solo dan Jakarta Ngapain Saja?

Leave a Comment
Berric Dondarrion
16 Jun 2014 | 11:17

Sudah lama saya perhatikan bahwa modal satu-satunya yang dimiliki oleh Jokowi untuk menjadi Walikota; Gubernur dan Capres adalah rasa percaya diri yang tinggi dan tebal muka. Kita ambil contoh ketika debat pilgub misalnya, Jokowi dengan lantang menyatakan "yang penting adalah eksekusi, eksekusi, dan eksekusi, supaya jangan banyak perencanaan tapi tidak ada yang dihasilkan," Mantap sekali bukan? Salah satu alasan warga Jakarta memilih Jokowi adalah karena pernyataan ini. Masalahnya ketika sampai pada level implementasi ternyata terlihat Jokowi asal eksekusi.

Alasan untuk kekacauan yang dilakukan oleh Jokowi tersebut sebagaimana dikatakan mantan timsesnya, Nanik S. Deyang dan Prijanto adalah karena sejak awal dia sengaja menggunakan proyek di Jakarta untuk pencitraan semata, atau dalam bahasa Jokowi: "Yang penting saya dukir-dukir tanahnya dan kelihatan pembangunan jalan; dan yang penting kalau proyek gagal salah wagub tapi kalau proyek berhasil yang dikenang gubernur," Hanya orang dengan kulit luar biasa tebal dan urat malu putus yang bisa mengucapkan kalimat seperti ini.

Dalam debat capres pertama dan kedua Jokowi juga mengandalkan kepercayaan diri yang berlebihan tersebut, pada debat pertama misalnya sudah jelas Jokowi mendapat contekan dari komisioner KPU Hadar Gumay yang tertangkap basah bertemu Trimedya Pandjaitan dan Komjend Budi Gunawan di restoran Sate Khas Senayan tapi dia tidak malu membantah padahal pertemuan sehari sebelum debat capres itu ada bukti berupa foto.

Kepedean Jokowi yang terlalu tinggi terlihat ketika dia mencoba menguji pemahaman Prabowo tentang TPID tapi ternyata bukan saja dia salah tentang TPID tapi selama di Solo dan Jakarta Jokowi juga gagal total dalam menjaga inflasi di Solo dan Jakarta sehingga dia sendiri tidak tahu apa-apa tentang TPID. Begini ceritanya.

Dalam debat capres di Hotel Gren Melia tadi malam Jokowi mengajukan pertanyaan mengenai pendapat Prabowo tentang cara meningkatkan peran TPID. Prabowo menjawab tidak tahu singkatan TPID dan menanyakan singkatan TPID kepada Jokowi yang disambut dengan gelak tawa dari kubu Jokowi; Jokowi menjawab singkatan TPID adalah "Tim Pengendali Inflasi Daerah."

Seperti dapat diduga, timses Jokowi maupun fanboinya di media sosial segera mengejek Prabowo, "Masa tidak tahu singkatan TPID mau jadi presiden," atau ejekan lain yang memiliki arti serupa. Jokowi tentu saja tidak ketinggalan ketika setelah debat dia dengan jumawa mengatakan "Kita ini kan mau pegang pemerintahan jadi harus tahu singkatan. Pemerintah harus ngerti dong. DAU, DAK, TPID harus tahu,"

Widih, serem yah?

Masalahnya singkatan TPID bukan "Tim Pengendali Inflasi Daerah," melainkan Tim Pemantauan dan Pengendailan Inflasi Daerah. Beda sedikit? Salah tetap salah, dan mengutip Jokowi saya harus mengatakan dia kan mau pegang pemerintahan, jadi harus tahu singkatan TPID, harus ngerti kepanjangan TPID. Mengingat Prabowo bukan pejabat pemerintah maka ketidaktahuan mengenai hal teknis sangat wajar, tapi menjadi keterlaluan ketika Jokowi yang pernah tujuh tahun jadi Walikota Solo dan satu setengah tahun jadi Gubernur Jakarta masih tidak tahu kepanjangan TPID yang benar. Makanya jangan keasikan main jadi superman banjir doang Pak Jokowi, jadi anda ngapain saja selama ini Pak Jokowi?

Selanjutnya Jokowi berbicara mengenai peran TPID tapi dia gagal menjaga inflasi di Jakarta dan hal ini dikatakan oleh Menko Perekonomian Chaerul Tanjung menanggapi alasan Jokowi gagal meraih penghargaan dari TPID, yaitu karena dia gagal menjaga inflasi dan stabilitas harga kebutuhan pokok di Jakarta.

Ok, jadi kesimpulannya: Jokowi bertanya tentang TPID tapi dia salah memberikan kepanjangan yang benar; dan di Jakarta dia juga gagal menjaga stabilitas harga sembako dan gagal menjaga inflasi? Terus ngapain dia tanya masalah TPID? Namanya juga percaya diri tanpa bisa menilai kemampuan.

0 comments:

Post a Comment