Kloningan

Tuesday, April 22, 2014

Prabowo, Belajarlah dari Liu Bang dan Xiang Yu

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Kata orang bijak seseorang yang tidak belajar dari sejarah akan mengulangi kesalahan sejarah karena sejarah pasti berulang. Saya mau mengulangi sebuah kisah yang pernah terjadi hampir dua ribu tahun silam tapi masih relevan dengan pilpres mendatang, khususnya perebutan kekuasaan antara Liu Bang yang menjadi Kaisar pertama Dinasti Han sekaligus kaisar kedua China; dan Xiang Yu, pesaing terbesar Liu Bang.

Cerita Xiang Yu dan Liu Bang atau yang dikenal sebagai perseteruan Chu-Han dimulai dengan runtuhnya dinasti pertama China, Dinasti Qin seiring meninggalnya Qin Shih Huangdi, Kaisar Pertama China yang terkenal lalim dan menyengsarakan rakyat. Perangpun bergejolak karena daerah-daerah taklukan Dinasti Qin memberontak, di antaranya Kerajaan Chu di bawah Xiang Liang dan Xiang Yu; dan Kerajaan Han di bawah Liu Bang.

Di antara Xiang Yu dan Liu Bang sebenarnya memiliki perbedaan yang luar biasa mencolok, antara lain: Xiang Yu adalah keturunan bangsawan Kerajaan Chu sedangkan Liu Bang hanya keturunan rakyat kasta bawah; Xiang Yu memiliki keterampilan militer yang sangat hebat, jago strategi, berpengetahuan luas, jago mengatur pasukan, memiliki wibawa dan karisma tinggi sedangkan Liu Bang tidak memiliki kemampuan apapun selain mampu menarik hati orang. Dari sisi ini saya melihat kesamaan atau kemiripan secara analogis bahwa Xiang Yu adalah Prabowo dan Liu Bang adalah Jokowi.

Dengan perbedaan kemampuan sebesar ini mengapa Liu Bang mampu mengalahkan Xiang Yu? Penghianatan dan melanggar janji oleh Liu Bang adalah jawabannya, tapi kita akan membahas ini di bagian yang lain.

Karena Liu Bang tidak memiliki kemampuan apa-apa maka pada awal karirnya dia selalu kalah walaupun saat itu ditemani oleh beberapa jenderal cakap. Akhirnya Liu Bang dan para jenderalnya meminta pertolongan dan meminta perlindungan Xiang Yu dan Kerajaan Chu di ibukota mereka, Pengcheng. Akan tetapi kebaikan hati ini kelak dibayar dengan penghianatan ketika Xiang Yu sedang sibuk bertempur melawan Zhang Han, Jenderal terakhir Dinasti Qin yang masih melawan, Liu Bang malah memanfaatkan kesempatan untuk menyerbu Xiang Yang, ibukota Dinasti Qn dan menerima penyerahan diri Kaisar Qin yang terakhir, Ziying sehingga seolah Liu Bang yang berjasa meruntuhkan Dnasti Qin padahal dia nyaris tidak memiliki andil mengingat selalu kalah dalam semua pertempuran melawan Qin.

Di Xiang Yang lah pertama kali ambisi Liu Bang untuk menguasai China terlihat dengan jelas. Ketika dia masuk ke ruang penyimpanan harta tadinya dia mau menjarah tetapi dia diingatkan oleh salah satu penasehatnya bahwa bila dia mau memiliki kedudukan lebih maka Liu Bang harus membagikan harta itu kepada rakyat dan tidak menjarah sehingga menunjukan simpati kepada penderitaan rakyat. Akhirnya hal tersebut yang dilakukan Liu Bang, tapi bukan karena dia baik hati melainkan karena dia menyasarkan tujuan akhirnya pada harta yang jauh lebih besar lagi.
Sementara itu Xiang Yu yang marah mengusir Liu Bang untuk mengelola wilayah Shu dan Han Zhong yang terpencil sehingga dia akan sulit untuk bermanuver. Setelah sampai di Shu, Liu Bang membakar satu-satunya penghubung dari daratan pusat ke daerah Shu yang terpencil untuk menunjukan kepada Xiang Yu seolah dia tidak memiliki ambisi menguasai daratan China. Namun sebenarnya Liu Bang menyusun kekuatan dan diam-diam membangun jembatan penghubung baru di tempat lain dan beberapa tahun kemudian di bawah pimpinan Jenderal Han Xin pasukan Han menyerang pasukan Chu yang djaga Zhang Han, bekas jenderal Qin yang ditaklukan Xiang Yu.

Setelah kemenangan awal itu, pasukan utama Chu di bawah Xiang Yu mengalahkan pasukan Han yang dipimpin oleh Liu Bang langsung. Selanjutnya terjadi beberapa pertempuran yang diakhiri dengan penandatanganan perdamaian dan Xiang Yu yang posisinya lebih kuat rela membagi China menjadi dua antara dirinya dan Liu Bang karena rindu kedamaian. Cerita seharusnya selesai sampai di sana bila saja Liu Bang tidak menghianati Xiang Yu untuk terakhir kalinya dengan mengerahkan semua pasukannya menyerang Xiang Yu yang sedang dalam perjalanan kembali ke wilayahnya dan mengendurkan kesiagaan pasca penandatanganan perjanjian damai (jadi ingat Perjanjian Batu Tulis).

Banyak komentator di masa kini mengatakan bahwa antara Liu Bang dan Xiang Yu maka Liu Bang adalah manusia yang lebih baik sementara Xiang Yu sangat kejam. Namun ada juga komentator yang justru mengatakan bahwa Xiang Yu memenuhi semua persyaratan ajaran confusius untuk menjadi pemimpin yang baik, yaitu Ren atau karakter manusia, sementara Liu Bang sebenarnya sempit, pendendam, penuh curiga, rakus dan luar biasa tamak.

Terbukti dari fakta bahwa setelah Xiang Yu terbunuh, dan Kerajaan Chu dalam keadaan kacau, mereka tetap tidak mau menyerah sampai Liu Bang mengembalikan kepala Xiang Yu kepada Chu, dan setelah itu baru mereka bersedia menyerah, hal ini karena Xiang Yu memperlakukan orang dengan baik dan sebagaimana manusia memperlakukan manusia. Adapun "kekejaman" yang sering dilekatkan kepada Xiang Yu adalah karena dia mengubur hidup-hidup 300ribu pasukan Qin di bawah Zhang Han yang menyerah dengan alasan pasukan sebanyak itu akan berbahaya karena sulit memastikan kesetiaan mereka dan bisa saja suatu hari mereka memberontak. Ingat, salah satu penyebab Hitler kalah adalah dia membiarkan 900ribu pasukan Inggris yang terjebak dan tinggal menunggu dibantai untuk kabur ke Inggris karena berharap bisa berdamai dengan Inggris, pasukan ini kelak adalah tulang punggung pasukan sekutu dalam merebut Eropa kembali.
Liu Bang di sisi lain setelah berhasil menjadi Kaisar Pertama Dinasti Han menunjukan karakter aslinya dan semua jenderal seperti Han Xin sampai Ying Bu yang telah membantunya naik tahta dibunuh dengan berbagai tuduhan palsu karena kuatir mereka aan merebut tahtanya, sebab tentu saja setiap dari mereka memiliki kemampuan yang lebih baik dari dirinya dalam segala hal sehingga perasaan inferior itu selalu membuatnya was-was.

Sebenarnya sifat curiga Liu Bang sudah muncul sejak sebelum dia menjadi kaisar. Ketika itu dia sedang memimpin pasukan di garis depan sehingga pemerintahan diserahkan kepada temannya, Xiao He. Namun Liu Bang yang curiga Xiao He akan merebut kursinya, maka secara berkala dia mengirim utusan untuk menyampaikan salam kepada Xiao He. Kecurigaan Liu Bang baru berhenti setelah Xiao He mengirim saudara-saudara kandungnya ke medan perang bergabung dengan Liu Bang.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah ini? Yang paling penting adalah seorang penghianat pasti akan berhianat kembali sehingga bila Prabowo mau menang melawan Jokowi maka yang harus dilakukan pertama kali adalah jangan ulangi kesalahan mempercayai Jokowi dengan berkoalisi dengannya sebab dia pasti kembali berhianat. Megawati saja demi mencegah pembelotan Jokowi sudah mengambil alih tim pemenangan pilpres mendatang.

Ini adalah fakta yang jelas, Jokowi bisa naik ke pentas nasional karena bantuan Prabowo an Djan Faridz, sama seperti Liu Bang yang selalu kalah perang memperoleh wilayah Shu yang memiliki kekayaan alam melimpah itu adalah karena Xiang Yu. Selanjutnya sama juga seperti Liu Bang yang mencuri jasa Xiang Yu dalam menerima penyerahan kaisar Dinasti Qin, demikian pula Jokowi bermaksud mencuri kesempatan Prabowo menjadi presiden dengan mencapreskan diri padahal ketika didukung Prabowo untuk menjadi Gubernur DKI, dia sudah berjanji akan berkomitmen di Jakarta selama lima tahun, dan tentu saja ada juga isu Perjanjian Batu Tulis. Apakah masih perlu dihianati untuk kedua kalinya oleh Jokowi?

0 comments:

Post a Comment