Kloningan

Tuesday, April 22, 2014

Maria Citinjaks, Jokowi Bukan Pemimpin Sejati

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Kami mencari gubernur terdahulu untuk meminta maaf karena kami melalaikan pesannya untuk tidak memilih pemimpin yang tidak mengenal Jakarta. Wahai Gubernur DKI sebelumnya, engkau dimana? Gubernur kami sekarang memang masuk got dan masuk gorong-gorong serta tempat pembuangan sampah, tapi semua ini dilakukan bukan karena ihklas dan rela, melainkan karena Gubernur kami tahu dia akan mendapat sorotan koran, televisi dan masyarakat lain. Engkau tentu tahu Gubernur kami mengejar target menjadi Presiden tahun 2014.

Kami tidak iri dengan semua sorotan media massa dan masyarakat kepada Gubernur kami karena kami tahu semua itu hanya lah kosmetik tebal yang ditaruh oleh dayang-dayang Jasmev yang dibayar para cukong-cukong terkaya negeri ini. Kami yakin semahal apapun kosmetik tersebut lambat laun akan luntur dan menampakan wajahnya yang asli.

Untuk apa kami menanyakan bagaimana-kah dia? sudah makan-kah dia? sehat-kah dia? istirahat-kah dia? Karena Gubernur kami juga tidak memikirkan bagaimana nasib kami bila KJS dibuat asal cepat; Gubernur kami tidak peduli uang dalam APBD adalah hasil keringat kami dan dia menghambur-hamburkan uang tersebut untuk memperkaya teman baiknya Michael Bimo Putranto dan kami hanya disisakan bus impor berkarat yang tidak akan bisa dipakai. Ini bukan basa basi melainkan perasaan kami yang sesungguhnya.Kami memang berdoa agar Sang Maha Esa mengirim pemimpin yang amanah, pemimpin yang berintegritas, pemimpin yang membawa kebanggaan kepada semua rakyat negara ini dan mampu menjadikan negara kita setara negara maju. Tapi jangan kau mengira bahwa orang itu Gubernur kami, sesekali dia bukan pemimpin yang dikirim Yang Maha Pemurah bagi negara ini karena itu kami menjadi waspada ketika bangsa penjajah dan imperialis menyebut-nyebut namanya sejajar dengan pemimpin terbaik negara lain. Ada udang di balik batu apa di balik para penjajah memasukannya dalam jajaran pemimpin dunia?

Gubernur kami itu memang bagaikan budak; karena dia adalah budak para duta besar asing dan lembaga intelijen asing yang sudah lama menjarah negeri ini menggunakan tangan-tangan orang negeri ini yang bisa dibeli dengan nilai tertentu.Kami tidak menjadikan dia objek hinaan, karena apa yang kami katakan tentang dirinya adalah kebenaran, fakta, dan membongkar semua rekayasa, manipulasi, ilusi, kosmetik dan topeng yang mencoba menyembunyikan jati diri Gubernur kami itu. Bila anda mengatakan kebenaran adalah sebuah penghinaan maka anda telah menghina kebenaran.

Gubernur kami mudah tersulut bila kami membuka topengnya tapi dia tahu bila kemarahannya meledak maka dia akan rugi, karena itu Gubernur kami suka nabok pinjam tangan atau menyatakan kemarahan melalui mulut dan tangan orang lain. Anda tentu ingat Gubernur kami diusir oleh anak-anak sebuah universitas di Bandung karena mau mempolitisasi universitas tersebut. Atas kejadian ini dia marah sampai ke ubun-ubun dan dia meminta bawahannya membully anak-anak mahasiswa itu di media massa dan media sosial yang sangat dia kuasai melalui pasukan silumannya.

Bila dia dihina dan diludahi dengan kata-kata kami seperti kata anda, maka tubuh kerempengnya tidak akan tinggal diam, setidaknya sepuluh anak buahnya akan mendapat perintah menghina dan meludahi balik sampai kami memohon ampun sang Gubernur yang menjuluki dirinya sebagai Superman Banjir itu. 

Anda tentu ingat ada seorang kompasianer berprofesi guru yang dibully habis-habisan oleh pasukan Gubernur kami karena dia berani-beraninya membuka cerita bahwa Gubernur tersebut melanggar hukum karena mengadakan lelang jabatan kepala sekolah.

Tidak ada yang tragis, dia tidak layak disandingkan dengan Habibie apalagi Sri Mulyani. Kami tidak bermaksud menginjak Gubernur kami namun kami juga tidak rela bila Gubernur kami itu menginjak badan kami sebagai anak tangga menuju jabatan yang lebih tinggi padahal di tangannya Solo makin miskin, Jakarta makin miskin, apa masih kurang dan dia mau memiskinkan Indonesia? Tidak, sesekali tidak, dia tidak membangun negeri ini melainkan sekedar membangun karirnya sendiri untuk memuaskan nafsu liarnya akan jabatan prestisius dan puja puji yang datang bersamanya.

Bangsa yang mengasihi kami memang tidak habis menangisi kami, demikian pula bangsa yang membenci kami akan tertawa bila Gubernur kami yang tidak becus bekerja dan menjadi bawahan imperialis itu menjadi pemimpin tertinggi negara ini.Gubernur kami memang tidak duduk di balik kursi yang dibeli dengan uang kami sebab dia mengincar kursi emas yang menguasai negara ini. Kami memang bukan yang paling suci tapi kami mengerti janji di hadapan Tuhan tidak boleh dilanggar; kami memahami kesucian janji; kami mengerti menghargai komitmen dengan orang lain berarti kami menghargai diri kami sendiri dan tidak membiarkan kami menjadi penghianat busuk dan tidak tahu malu. Kami bukan orang kudus, kami bukan malaikat tapi kami sudah cukup melihat di balik topeng yang penuh dengan kosmetiknya dia memang tidak memiliki satupun kelebihan, dia hanya orang yang melanggar janji kepada Tuhannya, melanggar komitmen kepada kami dan menghianati amanah dan kepercayaan kami tanpa mengedipkan mata. Sekarang kami berdoa supaya Dia yang Maha Tahu itu menarik Gubernur kami ini dari kehidupan kami sebab dia sudah cukup menyengsarakan kami.

Hidup kami tidak aman selama dia masih jadi Gubernur kami. Hidup kami tidak aman selama dia masih memegang hak menghamburkan uang hasil kami membanting tulang. Hidup kami tidak aman selama dia bisa seenaknya menaikan pajak hingga ratusan kali lipat seperti raja-raja lalim zaman dulu seperti Firaun atau Kaisar Pertama China, Qin Shih Huangdi.

Wahai Maria, lihatlah mukanya, dia marah ketika kami membongkar topengnya, matanya memerah, hidungnya berdengus saat kebusukan demi kebusukan yang dia sembunyikan tercium dan diungkap orang-orang yang kuatir dengan nasib bangsa dan negara ini. Kami memang tidak menghormatinya, karena orang yang tidak menghargai janji sendiri tidak pantas dihormati.

Wahai Maria, mengapa engkau tidak berdiam, berhenti menangisi kritikan kami kepadanya, dan dengarkan hati nuranimu, adakah satu saja pekerjaan Gubernur itu di Jakarta yang berjalan mulus? Mengapa semuanya bermasalah, berpikirlah, sebab kita ada karena kita berpikir, bila anda tidak berpikir dan hanya menggunakan perasaan maka kami meragukan keberadaan anda di dunia.

Kami memang tidak suka padanya dan dia tidak pantas mendapat sambutan ramah. Kami pernah menyambutnya dengan ramah dan dia meludahi keramahan kami dengan menghianati amanah yang kami percayakan kepadanya. Dia tidak baik dan begitu juga orang di belakangnya, seharusnya anda sadar.

Jika anda tidak sadar juga identitas dirinya yang sebenarnya maka anda hanya akan melukai diri anda sendiri dan melukai orang lain. Anda hanya berhalusinasi bahwa dia adalah pemimpin yang baik padahal dia tidak lebih dari Yudas dan Brutus masa kini.Saya setuju, pohon yang baik disokong akar yang kuat; dan saya setuju, apa yang keluar adalah tampilan isi hati kami; begitu juga apa yang kita makan akan menjadi diri kita di masa depan. Karena itu pernahkah anda berpikir bagaimana isi hati Gubernur kami itu bila yang dia tampilkan hanya topeng, kosmetik dan penghianatan serta tidak takut akan Tuhannya? 

Apakah anda bisa memberikan analisa anda tentang dirinya yang tidak bisa dipegang kata-katanya, selalu berbohong dan menyalahkan orang lain saat melakukan kesalahan?Kami berdoa pada Gubernur kami supaya besok dia menyingkir dari wajah kami; kami berdoa supaya dia kembali ke Solo dan meninggalkan Jakarta; dan kami berdoa supaya negara ini dilepaskan dari mara bahaya dan kesusahan besar dari dipimpin oleh pemimpin boneka yang dikendalikan negara imperialis.

Lets Check Our Heart, You And Me, Your Governor Is Not My Governor, If He Will Be Our Next President, Then It Would Be A Disaster Because His Utter Incompetence Is Literally Incomprehensible.

0 comments:

Post a Comment