Kloningan

Sunday, April 27, 2014

Tegasnya Prabowo Vs Klemar-Klemernya Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Baru-baru ini Ketua Umum Nahdatul Ulama, K.H. Said Aqil Siroj membuat pernyataan menarik, yaitu: "Masak Indonesia negara besar berpenduduk 250 juta kok pemimpinnya 'klemar-klemer'?", kemudian melanjutkan bahwa pemimpin menurut Islam adalah tegas, berani, adil dan pintar. Walaupun dia menolak menyebut nama tapi sulit membantah bahwa Said Aqil membuat perbandingan antara Prabowo yang terkenal tegas, berani, adil dan pintar dengan Jokowi yang terkenal klemar-klemer.

Pendukung Jokowi boleh protes namun tidak ada satupun dari kalian yang bisa membantah bahwa sosok Jokowi jauh dari tegas, dia pengecut yang selalu menikam anak buah dan orang yang membantunya dari belakang, tidak bersikap adil dan tentu saja Jokowi juga jauh dari pinter terbukti setiap ditanya persoalan Jakarta pasti jawabannya "ndak tahu, ndak mikir, saya pusing" dan berbagai keluhan lainnya. Dengan demikian Jokowi adalah sosok pemimpin klemar-klemer yang dimaksud Ketum PBNU tersebut.

Sehubungan dengan itu, pernyataan Said Aqil sama sekali tidak salah, sebab dalam teori psikologi terdapat empat karakter manusia yaitu kolerik, sanguinis, plegmatis dan melankolis, dan di antara keempatnya karakter kolerik adalah yang memenuhi semua persyaratan sebagai pemimpin yang mampu membawa anak buahnya mencapai tujuan. Mengapa demikian?

Sebab semua sifat baik maupun buruk kolerik adalah karakter yang biasanya dimiliki seorang pemimpin yaitu: pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain, mandiri, berpendirian keras, keras kepala dan sulit berkompromi kecuali ada manfaatnya, suka mengambil alih persoalan, suka memerintah orang lain dll. Ini adalah karakter Prabowo dan memang karakter kolerik cenderung otoriter.

Bagaimana dengan Jokowi? Karakter Jokowi adalah plegmatis yang merupakan karakter paling buruk dan paling tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin. Ciri-ciri tipe plegmatis adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi namun cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling gampang dan mudah. Bila anda menilai secara objektif maka dapat dipastikan anda juga akan sampai pada kesimpulan yang sama dengan saya bahwa corak kepemimpinan Jokowi adalah suka mengambil jalan pintas yang mudah karena Jokowi tidak mau susah.

Sebagaimana saya sebut di atas secara sekilas, semua orang kolerik umumnya otoriter, dan sifat otoriter tidak ada hubungan dengan latar belakang sipil atau militer sebab otoriter hanya gaya kepemimpinan dan bukan hasil dari seseorang menjadi sipil atau militer. Singkatnya semua orang berlatar belakang militer pasti otoriter tapi tidak semua yang otoriter berlatar belakang militer.

Lagi-lagi Said Aqil sangat benar, sebab bila melihat secara statistik, di dunia ini pemimpin berkarakter otoriter jauh lebih mampu membawa timnya menuju kesuksesan. Tetapi tentu saja otoriter saja tidak cukup karena perlu ada visi misi yang jelas timnya mau dibawa ke arah mana, dan pemimpin yang otoriter biasanya mampu mewujudkan visi misi tadi. Dalam hal ini sayangnya antara Prabowo dan Jokowi, hanya Prabowo yang memiliki visi dan misi yang sangat terarah untuk membawa bangsa ini, sedangkan Jokowi tidak memiliki visi misi kecuali "Revolusi Mental" yang omong kosong dan tidak ada makna itu.

Sekarang kita akan mengambil perbandingan dari dua pendiri Apple Inc yang memiliki sifat sangat berbeda, yaitu Steve Jobs yang kolerik dan Steve Wozniak yang plegmatis. Bila anda melihat prestasi keduanya maka terlihat perbedaan yang sangat jomplang, sebab Steve Wozniak yang memang dianggap lebih ahli di bidang komputer daripada Steve Jobs hanya membuat komputer Apple generasi pertama dan generasi kedua lebih dari empat puluh tahun lalu! Sedangkan Steve Jobs mampu membawa timnya untuk melahirkan berbagai gadget yang merevolusi dunia, mulai dari komputer Macintosh dengan mouse; Mac OS yang kemudian diplagiat Bill Gates menjadi Windows, iPod yang diplagiat sebagai Zune dengan gagal oleh Microsoft, iTunes, Newton MessagePad yang melahirkan industri PDA dan Palm, desain all-in-one dalam iMac tahun 1998 yang menyebabkan perubahan besar dalam industri PC, Iphone dan Ipad yang diplagiat Google menjadi OS Android sampai Macbook Air yang melahirkan generasi laptop baru, Ultra Book yang secara umum memplagiat desain Macbook Air.

Keberhasilan Steve Jobs yang terkenal luar biasa otoriter dan diktator di atas bukan kebetulan, silakan anda melihat sejarah pemimpin-pemimpin lain yang sukses mewujudkan visi dan misinya hingga merevolusi atau mengubah dunia, dan anda akan menemukan kesamaan, yaitu mayoritas adalah otoriter, sebut saja Sir Alex Ferguson; Jose Mourinho; Margareth Tatcher; Soeharto; Soekarno; Stalin; Nobunaga Oda; Qin Shih Huangdi; Winston Churchill; Hitler; Roosevelt; Ratu Elizabeth I, Henry Tudor VIII; Ieyasu Tokugawa; Putin; Mao Tzedong; Deng Xiaoping dan ribuan pemimpin lain lintas generasi, lintas budaya, lintas, lintas lini pekerjaan, intinya hanya pemimpin otoriter yang sukses mewujudkan visi dan misinya. Tentu saja apakah visi dan misi dia baik atau buruk adalah lain cerita.

Sebaliknya bila anda telisik dengan teliti, maka semua pemimpin gagal di dunia ini umumnya berasal dari golongan plegmatis, yang peragu dan mau enaknya saja seperti Neville Chamberlain yang gagal menghentikan Hitler menyerbu negara tetangganya; atau Megawati yang setiap sidang kabinet hanya bisa berdiskusi masalah belanja sepatu dan urusan arisan ibu-ibu; atau Jokowi yang menyebabkan Solo dan Jakarta miskin tanpa satupun programnya yang berjalan.

Jadi anda mau pilih pemimpin seperti Prabowo yang tegas, berani, adil dan pintar dengan visi misi jelas dan baik bagi bangsa; atau anda mau pilih pemimpin klemar-klemer tanpa visi misi dan seperti orang bingung macam Jokowi? Masa depan Indonesia di tangan anda, jangan main-main dengan masa depan negara ini.

0 comments:

Post a Comment