Kloningan

Monday, April 28, 2014

Jokowi Adalah Hitler Baru, Bukan Prabowo

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Ini adalah yang saya pelajari setelah memperhatikan karakter pembelaan tim sukses Jokowi yaitu mereka akan melancarkan serangan ad hominem saat tidak berhasil membuktikan Jokowi adalah pemimpin yang lebih baik dengan program yang lebih unggul daripada capres lain. Serangan ad hominem adalah serangan bersifat pribadi tanpa menyentuh substansi dari apa yang diperdebatkan.

Dalam hal Prabowo serangan bersifat hominem paling favorit tentu saja selalu berputar pada "penculikan" yang sebenarnya penangkapan dan usaha menciptakan persepsi bahwa bila dia memerintah maka Indonesia akan menuju zaman kediktatoran seperti zaman Lenin atau Stalin tapi lebih rasis karena Prabowo anti China dan anti Kristen. Serangan hominem yang sebenarnya sudah gugur dari sejak lahir sebab dengan lemahnya presiden dalam sistem tata negara Indonesia maka tidak dimungkinkan siapapun menjadi diktator sekalipun Stalin atau Soekarno adalah presidennya; Prabowo tidak mungkin anti China mengingat kader Gerindra sangat multiras; apalagi anti Kristen mengingat adiknya Hashim Djojohadikusumo pemeluk agama Kristen.

Nah, sekarang muncul "serangan hominem" baru, yaitu menyebut Prabowo akan menjadi Hitler Indonesia, alasan konyol, tapi mari kita layani. Dewasa ini "Hitler" adalah personifikasi kuat dari segala sesuatu yang jahat dan kejam, tapi masalahnya bahkan ketika pertama kali berkuasa sebagai Kanselir Jerman seorang Adolf Hitler juga tidak diketahui dia akan menjadi "Hitler", "Hitler" baru menjadi Hitler ketika dia memperlihatkan bagaimana dia menjalankan kekuasaannya. Beberapa karakteristik Adolf Hitler yang menjadikan dia "Hitler" adalah sebagai berikut:

Pertama, Adolf Hitler memang mantan tentara Prussia-Jerman, tapi berpangkat rendah, tidak memiliki prestasi, terluka di perang dunia pertama dan kemudian dirawat di rumah sakit sampai Jerman kalah perang, kemudian pensiun. Sifat Adolf Hitler sendiri sangat lembut, dia memiliki bakat artistik di bidang melukis yang sangat tinggi, semua lukisannya sangat indah; dan dia bukan playboy sebab sampai saat-saat terakhir dia sangat setia kepada Eva Braun.

Dengan latar belakang seniman berperangai lembut yang romantis seperti inilah menyebabkan semua orang dilanda kebingungan mengapa Adolf Hitler bisa berbuat kekejaman seperti melakukan genosida terhadap 6juta Yahudi. Terlepas dari perdebatan mengenai jumlah korban yang sebenarnya tapi genosida memang benar dan ada.

Jadi karakter "Hitler" sama sekali tidak berhubungan dengan karakter kasar; atau pemarah atau otoriter, sebab kediktatoran dan keotoriteran Hitler lahir justru setelah dia dielu-elukan seolah dewa oleh pengikutnya dengan karakter Hitler can do no wrong atau Hitler tidak bisa melakukan kesalahan, dan semua rakyat Nazi Jerman ketika itu menutup mata terhadap semua kesalahan Hitler. Dari sisi ini saja terbukti bahwa di antara Jokowi dan Prabowo adalah Jokowi yang tutur katanya lembut dan sopan namun didewa-dewakan dan dinabi-nabikan oleh pengikutnya di mana semua kesalahan Jokowi ditutup-tutupi.

Kedua, karakter Adolf Hitler yang membuatnya menggiring dunia ke jurang Perang Dunia Kedua adalah pembohong dan suka ingkar janji. misalnya dia berjanji Sudetenland adalah tanah milik tetangga terakhir yang akan dia klaim sebagai milik Jerman, ternyata beberapa tahun kemudian dia melakukan klaim dan mengakuisisi Kota Danzig milik Polandia. Klaim terakhir inilah yang menyebabkan Perang Dunia Kedua.

Contoh kedua Adolf Hitler membuat perjanjian non-agresi dengan Uni Soviet, namun dalam semua tindakan penghianatan dia malah menyerang Uni Soviet saat tidak siap. Akibat blundernya itu sangat fatal bagi Jerman sebab 80% kekuatan tentara Jerman musnah di tanah Rusia sehingga mereka tidak mampu membendung pasukan Sekutu dari arah Barat dan kemudian laju Uni Soviet dari arah Timur.

Di antara Prabowo dan Jokowi tidak perlu dikatakan siapa yang suka berbohong dan menjilat janjinya sendiri, yaitu Jokowi. Salah satu pelanggaran janji Jokowi adalah dia mengatakan tidak akan terpengaruh isu pencapresan dirinya dan mau konsentrasi mengurus Jakarta selama lima tahun bersama Ahok, tapi faktanya sekarang? PDIP sebagai partai pendukung Jokowi juga tanpa berkedip melanggar Perjanjian Batu Tulis dengan Gerindra, jadi bila Jokowi adalah "Hitler" maka PDIP tidak lain adalah Partai Nazi.

Ketiga, karakteristik Adolf Hitler yang menjadikannya sebagai "Hitler" adalah keberadaan pasukan rahasia Gestapo. Gestapo bukan sayap militer, melainkan bagian dari kepolisian sipil dan fungsi utama Gestapo adalah menyelidiki dan menangkap siapapun yang mengkritik sehingga dianggap menyerang Adolf Hitler; Partai Nazi dan Jerman. Walaupun Gestapo adalah bagian dari kepolisian namun lembaga ini bertindak di luar struktur hukum dan mereka memiliki keleluasaan bertindak tanpa takut dikenai hukuman apapun.

Antara Prabowo dan Jokowi, sudah sangat jelas siapa yang memiliki "polisi rahasia" di luar struktur resmi partai untuk menghajar tanpa ampun siapapun yang menyerang Jokowi dan PDIP. Tentu saja hanya Jokowi yang memiliki Jasmev, "polisi rahasia" yang fungsi, tujuan pendirian dan strukturnya sangat mirip dengan Gestaponya Hitler yaitu menggiring opini publik melalui teror dan ketakutan dengan tujuan agar Jokowi dan PDIP tidak pernah salah di mata publik. Dalam hal ini Emrus Sihombing, Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan menyatakan bahwa keberadaan pasukan teror dunia maya Jokowi sama saja dengan mobilisasi Gestapo yang dilakukan oleh Adolf Hitler.

Keempat, karena terlalu lama didewa-dewakan maka Adolf Hitler menjadi tidak mau disalahkan atas kekalahan demi kekalahan yang menimpa pasukannya, walaupun pasukannya tersebut menjalankan perintahnya. Sampai saat terakhir Adolf Hitler menolak bertanggung jawab atas kehancuran Jerman dengan melakukan bunuh diri di bunkernya bersama Eva Braun.

Lagi-lagi, karakter tidak mau disalahkan atas kesalahan sendiri dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan sendiri adalah karakteristik sempurna seorang Joko Widodo alias Jokowi dan bukan Prabowo.

Dari penjelasan singkat di atas sebenarnya sudah sangat jelas bahwa adalah Jokowi yang memenuhi karakteristik sebagai Hitler baru pengganti Adolf Hitler dan bukan Prabowo. Oleh karena itu kenaikan Jokowi menjadi presiden Indonesia dengan kekuasaan absolut dan pasukan teror dunia mayanya sungguh sangat berbahaya bagi penegakan demokrasi di negara ini.

0 comments:

Post a Comment