Kloningan

Friday, April 25, 2014

Warga: Jokowi Pencitraan Saat Kebakaran

Leave a Comment
Berric Dondarrion

"Ahh pencitraan itu. Sudah tahu bahaya dan banyak asap, ngapain dia ke situ. Mau cari perhatian," Demikian cibiran seorang warga korban kebakaran Pasar Senen dengan kesal dan marah melihat aksi Jokowi keliling keluar masuk pasar yang sedang kebakaran sehingga menganggu pemadam kebakaran mengerjakan pekerjaan mereka.

Tampaknya penduduk Jakarta sudah mulai terbuka mtanya sehingga menyadari bahwa blusukan Jokowi sebenarnya hanya sekedar pencitraan tanpa makna, dan bahkan tidak jarang mengganggu orang-orang yang sedang bekerja. Tentu saja pencitraan Jokowi ke lokasi bencana dan kemudian tanpa diminta melibatkan diri dalam upaya penanggulangan bencana dan menganggu pekerjaan bukan hanya kali ini terjadi, melainkan sudah sering terjadi, seperti ketika Tanggul Latuharhary jebol misalnya.

Ketika itu Jokowi bukannya melanjutkan memeriksa lokasi lain di Jakarta yang banjir atau butuh bantuan, malah bertahan di Latuharhary untuk membantu perbaikan bendungan padahal di sana sudah ada TNI. Singkatnya kehadiran Jokowi hanya untuk pencitraan dan yang membayar harganya adalah penduduk Jakarta Utara yang daerah tenggelam tanpa pertolongan karena Gubernurnya pencitraan di tempat lain sehingga melalaikan nasib mereka. Beberapa orang di Jakarta Utara akhirnya meninggal karena kelaparan dan kedinginan selama berhari-hari di rumah mereka tanpa pertolongan.

Berdasarkan hal di atas maka maaf saja bila saya menganggap "Revolusi Mental" yang mau dilakukan Jokowi sebagaimana disebar oleh para pendukung hanya sekedar jargon dan omong kosong belaka khas Jokowi. Apa itu revolusi mental? bagaimana cara melakukan revolusi mental? apa beda revolusi mental dengan revolusi fisik? Apakah mungkin merevolusi mental manusia dengan cepat? Jangan-jangan metode yang akan digunakan Jokowi adalah cuci otak?

Kata orang bijak sebelum kita mengubah dunia maka terlebih dahulu kita harus mengubah diri sendiri, dan berhubungan dengan "Revolusi Mental" ala Jokowi apapun itu, maka seharusnya Jokowi melakukan revolusi mental terhadap dirinya sendiri sebelum dia mencoba merevolusi mental orang lain. Benerin dulu mental Jokowi baru coba benerin mental orang lain, mental sendiri masih buruk malah mencoba ganggu mental orang lain.

Jadi pertanyaannya adalah apakah mental Jokowi sudah benar?

Bagaimana mental orang yang memanfaatkan bencana untuk kepentingan pribadi seperti yang dilakukan Jokowi?

Bagaimana mental orang yang melanggar janjinya kepada Tuhan dan rakyat seperti yang dilakukan Jokowi di Solo dan Jakarta?

Bagaimana mental orang yang menghambur-hamburkan uang dan pajak rakyat tanpa dosa seperti Jokowi?

Bagaimana mental pemimpin yang selalu mencari alasan untuk bolos kerja untuk kepentingan pribadi seperti Jokowi?

Bagaimana mental orang yang tidak mau mengambil tanggung jawab atas perbuatan sendiri dan malah dengan tidak malu menyalahkan orang lain untuk setiap kesalahan yang sebenarnya dia lakukan seperti Jokowi?

Bagaimana mental orang yang suka berbohong dan berkata dusta tanpa malu seperti Jokowi?

Bila pertanyaan-pertanyaan di atas dijawab dengan jujur maka seharusnya kita memperoleh kesimpulan bahwa mental Jokowi sangat buruk sehingga dia harus merevolusi mental buruknya itu, terutama sebelum mencoba merevolusi mental orang lain seperti yang coba dia lakukan.

0 comments:

Post a Comment