Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati (13)

Leave a Comment
Sejak awal, Sauniére curiga, naskah yang berisi tulisan yang kacau itu sebenarnya merupakan sebuah sandi atau kode, yang harus dipecahkan dengan mempergunakan kunci atau teknik tertentu, sebelum arti sesungguhnya diketahui. Jelas, batin Sauniére, ada sesuatu yang sangat berharga di balik kode-kode yang begitu rumit ini.
Setelah meneliti naskah tersebut, pastur muda itu berhasil merangkaikan kalimat demi kalimat dalam naskah perkamen yang pertama. Kalimat itu awalnya adalah:
BERGERE PAS DE TENTATION QUE POUSSIN TENIERS GARDENT
LA CLEF PAX DCLXXXI PAR LA CROIX ET
CE CHEVAL DE DIEU J’ACHEVE CE DAEMON DE GARDIEN
A MIDI POMMES BLEUES

Kalimat yang tidak beraturan itu oleh Sauniére berhasil diurutkan menjadi kalimat di bawah ini, namun ini pun ternyata masih membuatnya bingung:

(GEMBALA-GEMBALA, TIDAK TERGODA, KARENA
POUSSIN, TENNIERS, MEMEGANG KUNCI;
PERDAMAIAN 681. DENGAN SALIB DAN KUDA TUHAN,
AKU SEMPURNAKAN—ATAU HANCURKAN—IBLIS
PENJAGA PADA SIANG HARI-APEL BIRU)

Di perkamen lainnya, juga terdapat kalimat bersandi yang berbunyi:

E DAGOBERT II ROI ET A SION EST CE TERSOR ET IL
EST LA MORT
(HARTA KARUN INI MILIK DAGOBERT II, RAJA, DAN MILIK SION DAN DIA MATI DI SANA)

Walau telah berhasil ‘membaca’ sandi-sandi tersebut, Sauniére tetap tidak mampu memahami apa yang sesungguhnya dimaksud oleh naskah-naskah itu. Apakah ini terkait dengan misteri harta karun? Apakah tentang organisasi rahasia? Atau tentang yang lainnya yang bersifat rahasia? Tidak mampu memecahkan persoalan yang begitu rumit, akhirnya pastur itu mengunjungi beberapa kenalannya, salah satunya Uskup Carcassonne, Felix-Arsène Billard, untuk dimintai pendapatnya. Oleh Billard, Sauniére dinasehati agar menemui seorang ahli pemecah kode bernama Émile Hoffet, yang ketika itu merupakan seorang pemuda yang tengah belajar untuk menjadi imam, namun memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai okultisme dan dunia kelompok-kelompok rahasia.
Sekembalinya dari perjalanan mengunjungi beberapa kenalannya, kehidupan Sauniére yang semula pas-pasan berubah total. Dalam waktu yang tidak lama pendeta itu diketahui sering bertindak aneh dan tidak ada manfaatnya. Terkadang menyusuri jalanan desa bersama pembantunya, terkadang mengurung diri di rumahnya, atau berjalan kesana-kemari tiada arah tujuan. Selain merenovasi gereja, dia juga mampu membangun menara Magdala (Magdalena) yang mewah dan bahkan sebuah bangunan vila yang dinamakannya Vila Bethania lengkap dengan taman yang indah serta rumah kaca.
Entah terinspirasi oleh apa, gereja yang direnovasinya ternyata diubah dengan gaya bangunan dan arsitektur yang amat tidak lazim dan bahkan kelihatannya mengerikan. Sebuah patung menyeramkan, Raja Iblis Asmodeus—sang penjaga rahasia, penjaga harta karun Kuil Sulaiman yang tersembunyi dalam kepercayaan pagan Yahudi—didirikan di jalan masuk ke dalam gereja. Di bagian pintu masuk gereja ditulis sebuah kalimat:
TERRIBILIS EST LOCUS ISTE
(TEMPAT INI MENGERIKAN)
Adakah penempatan patung Asmodeus ini oleh Sauniére dimaksudkan bahwa di dalam gereja tersebut terdapat sesuatu rahasia yang sungguh-sungguh penting dan berharga? Selain itu, Sauniére juga sering mengadakan perjamuan mewah kepada penduduk desa. Seluruh warga desa tersebut, besar kecil, seluruhnya sering dijamu oleh sang pendeta dalam acara jamuan yang mewah. Bahkan sejumlah tamu penting dari berbagai desa dan negeri juga sering berdatangan mengunjungi pendeta itu. Sauniére telah hidup dalam gaya para raja.
Pernah dalam beberapa malam, penduduk memergoki pastur muda itu bersama pelayannya tengah membongkar makam Marquise d’Hautpoul de Blanchefort. Dan ketika ditanya, maka jawaban yang diperoleh pun terkesan menutupi sesuatu.
Anehnya, terhadap perubahan yang sangat menyolok tersebut, walau Gereja dipastikan mengetahuinya—antara lain lewat laporan Uskup Carcassonne, atasan langsung Sauniére—namun Vatikan tidak mau ambil pusing dan sama sekali tidak ingin turut-campur. Entah mengapa Gereja seolah menutup mata bahkan terkesan enggan untuk sekadar bertanya tentang penyebab perubahan itu. Takutkah Gereja pada Sauniére? Gerangan apa yang diketemukan Sauniére di dalam rongga salah satu pilar Gereja Magdalena? Apa yang sebenarnya dikatakan oleh perkamen-perkamen tersebut, sehingga mengubah seratus delapan puluh derajat seorang pendeta muda bernama Sauniére?
Yang jelas, sesuatu itu telah menjadikannya kaya raya dan berkuasa. Pertanyaan-pertanyaan ini terus terkunci dan menjadi salah satu rahasia sejarah Gereja Vatikan yang paling gelap hingga kini.
Ketika Sauniére terus hidup dalam segala kekayaan dan pengaruhnya, tiba-tiba Uskup Carcassonne meninggal dunia. Dengan cepat Gereja kemudian mengangkat seorang uskup yang baru untuk menggantikan yang lama. Tidak berapa lama menjabat, uskup baru ini merasa ada sesuatu yang janggal dengan kehidupan Sauniére. Dari mana pendeta bawahannya itu bisa bergaya hidup mewah dan mendapatkan harta kekayaan serta uang yang berlimpah, padahal wilayah gembalaannya hanya di sebuah kampung kecil bernama Rennes-le-Château yang terletak di atas perbukitan yang sepi? Uskup baru itu rupanya tidak mendapat pengarahan terlebih dahulu dari Gereja, sehingga ia dengan sangat biasa dan tanpa perasaan apa pun menulis surat kepada Sauniére agar bisa secepatnya menghadap dirinya untuk menjelaskan segala asal-muasal harta kekayaan yang diperolehnya.
Tindakan Uskup Carcassonne yang baru itu amat menyinggung perasaan Sauniére. Dengan berani, Sauniére menolak untuk datang dan secara tegas menentangnya. Uskup Carcassonne sungguh terkejut dengan keberanian bawahannya itu. Sesuatu yang sama sekali di luar perkiraannya. Sang uskup pun tidak mau kehilangan kewibawaannya. Ia dengan kasar menuduh Sauniére telah melakukan jual-beli hal-hal yang bersifat rohani, mengkomersialkan misa, sesuatu yang dilarang oleh Gereja. Uskup pun mengadukannya ke pengadilan daerah untuk mengusut bawahannya itu. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)

0 comments:

Post a Comment