Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati: Menciptakan The Great Israel di Tanah Palestina (84)

Leave a Comment
Washington Post, edisi April 1984, memuat satu artikel tentang pertemuan Presiden AS Ronald Reagan dengan seorang pelobi senior Yahudi dari American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) bernama Tom Dine. Pertemuan itu berlangsung secara pribadi.
Kepada Tom Dine, mantan Gubernur Negara Bagian California ini dengan serius berkata, “Anda tahu, saya berpaling kepada nabi-nabi kuno Perjanjian Lama dan kepada tanda-tanda yang meramalkan Perang Armageddon. Saya sendiri jadi bertanya-tanya, apakah kita ini akan melihat semuanya itu terpenuhi. Saya tidak tahu. Apakah Anda belakangan ini juga telah memperhatikan nubuat-nubuat para nabi itu… akan tetapi, percayalah kepada saya, bahwa nubuat-nubuat itu menggambarkan masa-masa yang sekarang ini sedang kita jalani.”
Tom Dine tersenyum sembari mengangguk pelan.
Reagan, adalah presiden Amerika pertama yang memulai suatu tradisi baru dalam protokoler Gedung Putih di mana kebaktian, seminar keagamaan, dan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah tokoh gereja evangelikal Amerika sering diadakan. Di masa Reagan-lah paham Zionis-Kristen masuk dalam lingkaran elit pemerintahan Amerika. Seluruh kebijakan, terutama kebijakan Amerika di luar negeri khususnya untuk wilayah Timur Tengah, sangat kental bernuansa Zionis.
Penerus Reagan, George H.W. Bush, William J. Clinton, dan George W. Bush, merupakan orang-orang yang sangat yakin tentang nubuat-nubuat (janji-janji atau ramalan-ramalan) Tuhan seperti yang tercantum di dalam Injil Darby atau Scofield, Injil resmi Amerika. Menurut keyakinan mereka, abad millennium merupakan zaman akhir di mana suatu ketika akan terjadi Peperangan Besar Terakhir (Armageddon) yang melibatkan seluruh dunia, antara Tuhan melawan Iblis. Kristus akan mengalahkan Anti-Christ. Dan setelah itu dunia akan menjadi damai dan sejahtera hingga datangnya hari penghabisan.
Sebab itu, dilandasi kepercayaan akan hari akhir seperti yang dinubuatkan dalam Injil Darby, para presiden Amerika bekerja dengan sekuat tenaga untuk melapangkan jalan bagi suatu hari di mana akan datang Kristus yang kedua kalinya. Karena menurut kepercayaan mereka Kristus akan turun di tanah Palestina, maka mereka berupaya untuk menguasai Tanah Palestina sepenuhnya dan memberikannya kepada orang-orang Yahudi.
MENCIPTAKAN ISRAEL RAYA
Kitab Talmud yang begitu diyakini oleh kaum Zionis-Israel sebagai ‘lisan Nabi Musa yang tidak tercatat di dalam Taurat’, padahal Talmud merupakan buku bikinan para petinggi Rabbi Zionis-Yahudi yang menganut ajaran Kabbalah dari Mesir, sejak lama telah menanamkan keyakinan bahwa Tanah Palestina merupakan Tanah Perjanjian (The Promise Land) dari Tuhan.
Sejak Theodore Hertzl mengalami kegagalan membujuk Sultan Abdul Hamid dari Turki Utsmani untuk memberikan Tanah Palestina kepada kaum Yahudi, maka Hertzl segera menghimpun para pemuka Yahudi dunia untuk menyelenggarakan Kongres Zionisme Internasional I di Swiss (1897) yang hasil akhirnya menyerukan kaum Yahudi Diaspora—kaum Yahudi yang masih cerai-berai tinggal di berbagai wilayah di dunia—untuk melakukan imigrasi ke Palestina, sejak itu pula puluhan bahkan ratusan ribu orang Yahudi Diaspora berbondong-bondong melakukan perjalanan untuk pindah dan menetap di Tanah Palestina, dengan segala daya upaya termasuk penipuan, intimidasi, dan teror terhadap penduduk asli bangsa Palestina.
Gelombang imigrasi memenuhi Tanah Palestina ini semakin menjadi-jadi ketika Rothschild menerima surat dari Menteri Luar Negeri Inggris, Sir Arthur Balfour yang menyetujui didirikannya negara Israel di Palestina.
Tidak semua orang Yahudi Diaspora mengamini seruan Hertzl. Banyak yang menentang gerakan Zionisme yang dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap agama Yahudi itu sendiri. Sebab itu, antara tahun 1920 hingga 1929, jumlah imigran Yahudi yang pindah ke Tanah Palestina ‘hanya’ berjumlah 100.000-an.
Tanah Palestina itu sendiri kala itu sudah didiami oleh orang Palestina dengan jumlah populasi sekitar 750.000 jiwa. Jadi, jumlah 100.000 imigran Yahudi bukanlah jumlah yang sedikit.
Hertzl dan para petinggi Zionis sangat geram atas pembangkangan yang dilakukan sejumlah pemuka Yahudi Diaspora yang memilih tetap tinggal di Rusia, Amerika, dan Eropa, ketimbang harus berimigrasi ke Palestina. Maka dengan diam-diam, kaum Zionis ini memprovokasi dan bekerjasama dengan gerakan anti-Semit untuk melakukan teror terhadap kehidupan orang-orang Yahudi di berbagai negara tersebut sehingga mereka merasa terancam dan mengubah pikirannya.
Salah satu peritiwa yang paling terkenal dalam sejarah dunia adalah teror yang dilakukan Nazi-Jerman terhadap kaum Yahudi yang menyebabkan terjadinya arus imigrasi besar-besaran kaum Yahudi meninggalkan Jerman dan sekitarnya dan oleh para petinggi Zionis, mereka diarahkan untuk pindah ke Palestina. Sikap anti-Semit Adolf Hitler dan Nazi Jerman terhadap Yahudi Diaspora dipercaya banyak kalangan diprovokasi oleh kaum Zionis sendiri agar misi mereka di Palestina bisa berhasil.
Upaya memprovokasi Adolf Hitler agar menindas kaum Yahudi-Diaspora dilakukan oleh kelompok Zionis-Yahudi lewat seorang ahli geopolitik Yahudi-Jerman dari Universitas Munich bernama Karl Ernst Haushofer (1896-1946), yang beristerikan seorang perempuan Yahudi. Haushofer sendiri juga berdarah Yahudi.
Pada tahun 1920, Haushofer mengemukakan sebuah teori penguasaan dunia bernama The Heartland Theory. Teori ini secara singkatnya berbunyi, “Siapa pun yang menguasai Heartland maka ia akan menguasai World Island.”
Heartland (Jantung Bumi) merupakan sebutan bagi kawasan Asia Tengah, sedangkan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan ini merupakan kawasan vital minyak bumi dan gas dunia.
Sebenarnya teori ini berasal dari Sir Alfrod Mackinder (1861-1947), seorang geopolitik asal Inggris terkemuka di abad ke-19. Nicholas Spykman, sarjana Amerika, bahkan menambahkan, “Siapa pun yang menguasai World Island, maka ia akan menguasai dunia.”
Kepada Adolf Hitler, Haushofer meyakinkan pemimpin Nazi itu bahwa Jerman bisa menjadi penguasa dunia berdasarkan teori itu. Adolf Hitler sangat tergoda dengan pandangan Haushofer. Sangat mungkin, buku Hitler Mein Kampf (Perjuanganku) yang dirilis tahun 1926 berasal dari teori yang dikemukakan Haushofer. Buku ini menjadi kitab suci Nazi Jerman. Maka akibatnya, Hitler pun menggelar invasi militernya secara besar-besaran dari negeri-negeri tetangganya hingga ke seluruh Eropa, bahkan Asia Tenggara.
Perang Dunia II pun meletus. Bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima dan Nagasaki, mengakhiri Perang Dunia II dengan kemenangan di pihak Sekutu. Dalam penyidikan terhadap para penjahat perang, Haushofer dan isterinya dikabarkan melakukan bunuh diri di tahun 1946.
Ketika Hitler mulai menindas orang Yahudi-Jerman dan juga orang-orang Yahudi di wilayah-wilayah yang didudukinya, maka timbulllah gelombang eksodus besar-besaran kaum Yahudi meninggalkan Eropa. Ada yang ke Amerika, ke Australia, ke Asia tenggara, namun yang terbesar dan ini memang diarahkan oleh kelompok Zionis adalah menuju Palestina.
Sebab itu, jumlah orang Yahudi di Palestina mengalami peningkatan amat pesat. Jika di tahun 1929 saja sudah ada sekitar 100.000 jiwa, maka di tahun 1947, tercatat ada 630.000 orang Yahudi di Palestina yang mendesak kehidupan damai 1,3 juta orang Palestina. Antara 29 November 1947, ketika Palestina diberi dinding pembatas oleh PBB, dengan 15 Mei 1948, organisasi teroris Zionis mencaplok tiga perempat Palestina. Selama masa itu, jumlah orang-orang Palestina yang tinggal di 500 kota besar, kota kecil, dan desa turun drastis dari 950.000 menjadi 138.000.
Penurunan populasi orang Palestina ini diakibatkan oleh pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan organisasi teroris Yahudi seperti Haganah, Stern, dan Irgun yang direstui bahkan diberi mandat oleh pemimpin Zionis. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)

0 comments:

Post a Comment