Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati: Militer Swasta Warisan Templar (70)

Leave a Comment
Keberhasilan Halliburton mendapatkan proyek-proyek besar dari Pentagon tidak terlepas dari sosok CEO-nya yang juga orang-orang berkuasa di Gedung Putih dan Pentagon. Sebut saja Dick Cheney yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan AS di era 1989-1993 dan sekarang menjadi wakil dari Presiden George W Bush. Lalu David Gribbin, deputi Cheney di Pentagon, juga pimpinan Halliburton. Sekarang ini, jumlah personil mereka berjumlah 100 ribuan orang dan tersebar di berbagai proyek di 120 negara. Keberadaan mereka bisa diakses di dalam halliburton.com.
BLACKWATER SECURITY CONSULTING. Biasa disingkat Blackwater saja. Blackwater merupakan model PMC yang paling modern. Blackwater memiliki fasilitas paling luas, lengkap, dan modern. Fasilitas seluas 2.400 hektar are itu berada di California Utara, berdekatan dengan lokasi pelatihan tentara AS, Fort Bragg. Blackwater memiliki sendiri sejumlah areal latihan tembak modern, dan bahkan miniatur kota sebagai tempat latihan perang kota. Tak heran jika tentara AS sendiri sering berlatih di fasilitas milik Blackwater ini.
Blackwater didirikan oleh seorang mantan pasukan elit AL-AS di tahun 1996 dan kini telah memiliki tak kurang dari 50.000 personil tempur yang siap diterjunkan kemana saja. Di antara PMC lainnya, Blackwater dikenal sebagai sarangnya para tentra bayaran. Anggota mereka tidak saja terdiri dari orang Amerika, tetapi juga dari para mantan pasukan elit dunia seperti SAS Inggris, dan sebagainya.
Nama Blackwater sempat jadi perbincangan dunia tatkala empat personilnya yang tengah bertugas di Irak diserang oleh gerilyawan Irak pada tanggal 31 Maret 1994, dan mati secara mengenaskan: dibunuh, dibakar, dipotong-potong, lalu mayatnya digantung di atas besi jembatan Sungai Euphrat. Mereka tengah mengawal konvoi kendaraan. Kematian keempat personil Blackwater ini beberapa hari kemudian dibalas oleh pasukan reaksi cepat Blackwater, tanpa meminta bantuan dari tentara regular AS.
Tewasnya empat personil Blackwater: Wesley Batalona, Michael Teague, Jerry Zovko, dan Scott Hendelson, dengan cara yang sadistis oleh sejumlah analis dianggap sebagai puncak kekesalan warga Irak terhadap keberadaan mereka. Bagaimana tidak, dibanding tentara regular AS yang tingkahnya saja sudah bikin muak, tingkah polah tentara PMC ini lebih dari itu. Dengan memakai kacamata hitam Oakley, mereka sering petantang-petenteng seperti koboi di mana pun mereka berada. Bahkan tak jarang, sembari mengemudikan jeep atau Humvee dengan kecepatan tinggi, mereka mengarahkan moncong senjata apinya ke kerumunan tentara regular AS seraya tertawa-tawa. Banyak tentara AS yang tidak suka keberadaan tentara swasta ini yang dinilainya urakan dan sok jago. Perilaku mereka mungkin mirip dengan perangai Reynald de Cathillon, Ksatria Templar yang dipenggal lehernya oleh Salahuddin al-Ayyubi.
Military Professional Resources Incorporation atau yang lazim disingkat MPRI ini didirikan oleh seorang Jenderal purnawirawan AD-AS, Vernon Lewis, untuk menampung mantan tentara AS yang kena pangkas usai era perang dingin. Tahun 2000, MPRI dibeli oleh perusahaan Lehman and Brothers, L-3 Communication, sebuah perusahaan multinasional yang memiliki jaringan kuat ke Konspirasi Yahudi Internasional. MPRI juga didaftarkan ke pasar bursa New York Stock Exchange dengan sandi Triple L atau LLL.
Seperti PMC lainnya, MPRI juga mengadakan kendaraan tempur, pesawat, helicopter, dan aneka peralatan perang. Tahun 2005, bersama Brown dan Root, Wackenhut, dan AGS, MPRI meneken kontrak senilai 1,6 miliar dollar untuk melatih polisi sipil PBB.
Selain PMC di atas, masih banyak lagi PMC-PMC yang serupa seperti Sandline Internasional (London),Vinnel Corporation (Los Angeles AS), DynCorp (Reston AS), Executive Outcome, dan sebagainya. Mereka merupakan bagian utama dari mesin industri perang, yang mereguk keuntungan bermiliar dollar dari darah, tragedi, perang, dan kehilangan masa depan bagi banyak bangsa di dunia.
Keberadaan mereka memang telah dibatasi oleh berbagai undang-undang dan peraturan baik yang bersifat nasional maupun internasional seperti halnya Konvensi Jenewa. Namun siapa bisa menjamin bahwa mereka tidak melanggarnya atau kalua pun melanggarnya siapa yang berani menindak kesatuan-kesatuan yang kuat ini. Seperti kata Machiavelli, “Tidak ada alasan seseorang yang bersenjata takut pada mereka yang tidak bersenjata.” Inilah kenyataannya.
DEFINISI MERCENARY
Di dalam Protokol Tambahan Konvensi Geneva tertanggal 12 Agustus 1949 yang diterbitkan berkaitan dengan pasal 47 Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional (Protokol I), 8 Juni 1977, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tentara bayaran (Mercenary) adalah orang yang:
  • Direkrut dan dilatih khusus, local maupun asing, untuk dilibatkan dalam konflik bersenjata,
  • Ambil bagian langsung dalam peperangan yang terjadi,
  • Mengikuti dan aktif karena ajakan, perjanjian khusus, atas nama pihak yang terlibat suatu konflik dengan sistem pembayaran sebagai kompensasi atas keikutsertaannya sebagai kombatan atau bagian khusus dari angkatan perangnya,
  • Yang bersangkutan bukanlah warganegara dari negara atau pihak yang membayarnya,
  • Dia juga bukan anggota dari angkatan perang dari pihak yang terlibat konflik,
  • Dan dia juga tidak dikirim oleh negara di mana pihak yang menyewanya terlibat konflik.
CHAPLAIN DAN OIKUMENE TENTARA SALIB DUNIA
Chaplain merupakan salah satu dari empat divisi ordo militer Ksatria Templar. Tugasnya sangat khusus, yakni menjaga ruh pasukan did alam setuap aktivitasnya. Yang dimaksudkan di sini adalah menjadi pendeta dan pembenar secara moral dan ideologis bagi para tentara atau ksatria yang tengah berperang. Kemana pun Templar melakukan serangan, para Chaplain ini ikut serta. Bahkan suatu serangan selalu didahului oleh kebaktian khusus yang mendoakan agar para Templar diberi keselamatan dan tujuan dari peperangan bisa diraih dengan sempurna.
Dalam perkembangannya, Chaplain diadopsi di dalam organisasi ketentaraan modern tanpa pengubahan istilah dan fungsi. Jika mereka dulu menjadi pengawal ideologi Ksatria Templar, maka sekarang mereka menjadi pengawal ideologi tentara-tentara negeri-negeri Kristen di Eropa dan Amerika. Walau demikian, fungsi Chaplain sebenarnya juga ada di hampir semua organisasi ketentaraan dunia dan tentu saja tidak dengan istilah Chaplain.
Di Indonesia, fungsi ini berada di bawah Dinas Pembinaan Mental Markas Besar TNI. Di Amerika dan negara-negara Kristen di Eropa, istilah Chaplain yang semula berasal dari khazanah Kristen kemudian diambil menjadi istilah umum, sebab itu ada pembagian seperti Jewish Chaplain bagi tentara-tentara Yahudi dan Moslem Chaplain bagi tentara-tentara mereka yang beragama Islam.
Chaplain tidak dimasukkan ke dalam kelompok kombatan, walau ke manapun tentara pergi pastilah ada Chaplain yang mengikutinya. Posisinya nyaris sama dengan tim medis dalam pasukan. Hanya saja jika Tim Medis dalam pasukan bertugas mengobati luka-luka fisik yang diderita tentara, maka seorang Chaplain bertugas ‘mengobati atau menyembuhkan’ luka-luka psikis mereka dan juga memberi semangat kepada tentara kombatan bahwa tugas yang mereka terima dan harus dilakukan adalah sesuai dengan perintah Tuhan.
Dengan kata lain, pembunuhan banyak warga sipil seperti yang terjadi di Afghanistan dan Irak misalnya, yang dilakukan tentara Amerika, ini pun menurut Chaplain mereka sesuai dengan perintah Tuhan.
Secara berkala, para Chaplain negara-negara Kristen Eropa dan juga AS menggelar pertemuan bersama (Oikumene) di satu tempat untuk membahas agenda bersama ke depan. Di dalam European Chaplaincy Yearbook 1998  yang memotret sebuah Oikumene Chaplain Eropa yang dihadiri tak kurang dari utusan 15 negara (Austria, Belgia, Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Inggris, Hungaria, Norwegia, Polandia, Republik Slovakia, Swedia, dan Swiss), para Chaplain muda menggelar ‘International Seminary for Young Chaplain Held” di Wina pada tanggal 9-13 Juni 1997 dengan bahasan utama Rekonsiliasi di antara mereka dan dunia. Di Luxemburg, pada tanggal 2-6 Februari 1998 juga diselenggarakan ‘European-North American Chiefs of Chaplain Conference’, sebuah Oikumene (Persekutuan Doa) dari para pimpinan Chaplain di Eropa dan Amerika Utara.
Oikumene pimpinan Chaplain Eropa dan Amerika Utara ini dibuka dengan pidato dari Jenderal Wesley K. Clark, Komandan Chaplain AS dan Eropa. Pertemuan Luxemburg ini membahas tentang “Peran Aktif Chaplain Dalam Menghadapi Perubahan Dunia”.(Bersambung/Rizki Ridyasmara)

0 comments:

Post a Comment