Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati: Tragedi Seorang Napoleon Bonaparte (49)

Leave a Comment
Kali ini Konspirasi memusatkan perhatian pada sosok Napoleon Bonaparte, jenderal perang yang bertubuh mungil namun memiliki ambisi seorang raksasa untuk menguasai seluruh Eropa.
Dukungan Konspirasi kepada Napoleon disebabkan Napoleon memiliki kesaman agenda dengan mereka yakni menghancurkan sistem monarki di seluruh Eropa. Dengan dukungan dana dari Konspirasi, Napoleon segera mengerahkan tentaranya secara besar-besaran ke berbagai negara Eropa.
Puncaknya terjadi pada tahun 1804 ketika Napoleon mengangkat dirinya sebagai Kaisar Perancis, dia juga mengangkat saudara-saudaranya menjadi raja di negara-negara Eropa yang telah ditaklukkannya. William G. Carr mencatat, Joseph ditempatkan sebagai Raja Napoli, Louis di Belanda, dan Jerome di Losvalia, salah satu wilayah di Bavaria.
Jika saudara-saudara Napoleon diangkat sebagai raja politik di wilayah-wilayah itu, maka Nathan Rothschild dengan diam-diam juga mengangkat keempat saudaranya menjadi ‘raja finansial’ di keempat kerajaan Eropa tersebut. Dengan demikian, saudara-saudara Napoleon yang telah menjadi raja berperan sebagai ‘raja di depan layar’ sedangkan raja sesungguhnya adalah Rothschild bersaudara yang mengendalikannya dengan emas dan uang.
Dalam masa inilah Konspirasi menjadikan Swiss sebagai ‘gudang uang yang aman’ di seluruh Eropa, bahkan dunia. Mereka memusatkan penimbunan harta kekayaannya di negara kecil di daerah pegunungan ini. Walau Eropa tengah dilanda gejolak perang dan kerusuhan, Konspirasi akan berusaha sekuat tenaga untuk mengamankan Swiss dan menghindarinya dari segala kekacauan Eropa.
Dan ini terbukti, Swiss sama sekali tidak tersentuh asap dan api kekacauan Eropa. Bahkan hingga kini Swiss merupakan sebuah negara yang paling damai, paling stabil, paling aman, dan selalu terhindar dari segala kekacauan.
Dari hasil bisnis kotornya, harta kekayaan yang dikuasai Konspirasi semakin menggunung. Mereka menyadari, jika harta itu dibiarkan menumpuk saja, maka harta itu malah menjadi beban. Maka harus ada sebuah jalan agar harta itu bisa berputar dan menghasilkan harta kekayaan yang jauh lebih besar lagi. Dari hasil evaluasi terhadap Revolusi Inggris dan Perancis, Konspirasi menganggap orang-orangGentiles sangat mudah dipengaruhi dan diadu-domba antar sesamanya.
Sebab itu, Konspirasi dengan cepat memutuskan bahwa mereka harus segera menceburkan diri lebih serius untuk menggarap ‘Bisnis Perang’, sesuatu yang telah dilakukan mereka sejak zaman Ksatria Templar, dan sekarang akan dilakukan dengan lebih serius, dana yang lebih besar, dan tentunya akan menghasilkan keuntungan yang juga sangat besar.
Yang dimaksudkan dengan bisnis perang adalah dengan mendirikan pabrik-pabrik persenjataan yang memproduksi aneka senjata dan amunisi, juga uniform tentara dengan segala atributnya. Di sisi lain, dengan mesin propaganda yang dikuasainya, juga para agen-agen diplomasi, penasehat raja, dan bahkan para jenderal yang tersebar di seantero Eropa, Konspirasi mengatur mereka agar menggiring negara-negara Gentiles ini ke dalam pertikaian, konflik, dan peperangan. Dengan semakin banyaknya konflik dan peperangan, maka dengan sendirinya perputaran bisnis perang yang mereka miliki pun semakin kencang. Uang yang masuk ke dalam kantong mereka pun semakin deras mengalir.
Terhadap Napoleon, Konspirasi terus mengalirkan dana dalam jumlah besar. Sebaliknya, Napoleon juga memanfaatkan hal ini sebaik-baiknya. Bahkan ketika ia merebut dan menduduki Mesir, untuk memperoleh bantuan keuangan dari pemodal Yahudi, Napoleon pada tanggal 20 April 1799 dalam salah satu pidatonya mengatakan, “Wahai kaum Yahudi saudaraku, mari kita membangun kembali kota Yerusalem lama!”
Napoleon tahu, saat itu kaum Yahudi tengah berada dalam euphoria ‘sosialisasi kembali ke Yerusalem’ setelah pada tahun 1776 Nathan Bernbaum dan tokoh-tokoh Yahudi lainnya mencetuskan ide-ide “ZIonis Internasional”, “Negara Israel” dan sebagainya lewat buku-buku mereka yang provokatif.
Napoleon pun bukanlah seorang jenderal yang bodoh. Di saat awal pergerakannya, Napoleon menerima segala kucuran dana dan bantuan dari Konspirasi dengan tangan terbuka, namun lama-kelamaan, Napoleon mulai curiga kepada pihak yang memberi bantuan tersebut. Napoleon sadar, di balik segala bantuan, tersimpan maksud-maksud tertentu yang adakalanya tidak menguntungkan di pihak yang diberi bantuan. Sebab itu, Napoleon mulai menjaga jarak dan menyelidiki siapa saja dan untuk apa Konspirasi memberi bantuan kepada pihaknya.
Namun niat Napoleon ternyata tercium juga oleh Konspirasi yang telah menanam agen-agennya di sekeliling Kaisar Perancis ini. Dan seperti biasanya, Konspirasi akan memberi pelajaran yang tidak akan terlupakan kepada siapa saja yang berani menentang kehendaknya, tidak terkecuali seorang Napoleon Bonaparte.

Di saat Napoleon dan pasukannya berperang melawan tentara Rusia di medan salju yang sangat dingin, Konspirasi melihat bahwa inilah kesempatan untuk memukul balik Napoleon. ‘Pukulan’ Konspirasi menyebabkan Napoleon dan pasukannya mengalami kekalahan memalukan di medan pertempuran Rusia.
Umumnya orang mengetahui bahwa kekalahan pasukan Napoleon di Palagan Rusia disebabkan buruknya cuaca dan sulitnya medan bersalju. Beberapa penulis juga melukiskan betapa pasukan Napoleon kepayahan menembus medan salju Rusia yang amat dingin menghadapi pertempuran melawan pihak Rusia dari suku Cozack. Namun tak banyak yang mengetahui, bahwa kekalahan Napoleon ini sebenarnya akibat sabotase pihak Konspirasi yang memotong jalur logistik pasukan Napoleon lewat agen-agen mereka di Serbia, sehingga Napoleon bertempur sendirian.
Di saat pasukan Rusia terus mendapat bantuan logistik—pasokan senjata, amunisi, dan makanan—maka tidak demikian bagi Napoleon dan pasukannya. Mereka dengan sisa-sisa senjata dan tenaganya harus menghadapi dua musuh yang amat berat sekaligus: pasukan Rusia dengan senjata dan amunisi yang terus berdatangan, dan udara dingin yang amat menusuk tulang disertai dengan angin kencang.
Akibat kekalahan di Palagan Rusia, Napoleon akhirnya dipaksa turun tahta dan dibuang ke Pulau Elba. Ketika Napoleon berusaha melarikan diri dari penjara pulau itu untuk merebut kembali tahtanya, Konspirasi segera menangkapnya kembali. Tamatlah riwayat Napoleon, namun tidak bagi Dinasti Rothschild yang telah membangun imperium lembaga keuangannya di Eropa.
Di Perancis sendiri, Rothschild telah membangun sebuah istana pribadi yang letaknya berhadapan dengan istana Raja Louis XVIII, pewaris tahta kerajaan Perancis. Dari istana pribadi ini, Nathan bisa dengan leluasa memantau seluruh aktivitas yang ada di areal istana Kerajaan Perancis. Beberapa agen Konspirasi yang ditanam di kalangan istana Perancis pun bisa dengan mudah berkomunikasi dengan ‘Sang Pemimpin’ lewat kode atau isyarat tertentu, atau bertemu langsung di suatu tempat, dan biasanya malam hari.
ARTI PALAGAN WATERLOO BAGI ROTHSCHILD
Palagan Waterloo terjadi pada tanggal 18 Juni 1815 di sebuah wilayah yang kini berada di Belgia, antar pasukan Napoleon Bonaparte melawan pasukan Eropa yang dipimpin oleh Panglima Perang Kerajaan Inggris, Wellington. Hasil dari pertempuran besar ini akan sangat berpengaruh pada Eropa di masa depan. Jika Napoleon keluar sebagai pemenang, maka Perancis akan menjadi tuan atas seluruh daratan Eropa. Namun jika Napoleon bisa dikalahkan maka Inggris akan menjadi penguasa keuangan Eropa yang tak kan tergoyahkan. Ketika dua kekuatan saling berhadapan di medan perang, pasar bursa saham di London benar-benar seperti orang yang sedang demam, panas dingin dengan keringat yang terus keluar, menantikan hasil akhirnya.
Betapa tidak, jika Grande Armee de France Napoleon Bonaparte keluar sebagai pemenang, maka bisa dipastikan perekonomian Inggris akan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam yang tak terperikan. Namun jika Napoleon kalah, perekonomian negara itu akan melonjak drastis, meroket ke puncak kejayaan. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)

0 comments:

Post a Comment