Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati: Konspirasi Dibalik Revolusi Perancis (48)

Leave a Comment
Pihak Konspirasi sudah lama mendekatkan Duke of Durlian, tokoh Masonik pemimpin The Grand Eastern Lodge di Perancis, dengan Mirabeau sehingga mereka menjadi kawan dekat. Diam-diam, Mirabeau juga terlibat utang pribadi yang amat besar disebabkan gaya hidupnya yang teramat mewah dan gemar berpetualang dengan perempuan-perempuan rupawan. Di saat kesulitan keuangan yang begitu hebat, seorang Yahudi bernama Moshe Mondelhen sengaja menemui Mirabeau dan langsung menawarkan pinjaman dalam jumlah sangat besar.
Dalam posisi sangat memerlukan uang kas, Mirabeau tidak berpikir panjang dan segera menerima bantuan itu. Bukan itu saja, Konspirasi juga telah menyiapkan seorang perempuan cantik Yahudi yang dipanggil Madame Horse karena sikapnya yang memang liar dan gemar berpetualang dalam kehidupan kaum jetset kota Paris, kepada Mirabeau. Kloplah mereka dan menjadi sepasang manusia yang jatuh ke dalam kehidupan iblis yang sebenar-benarnya, baik iblis yang berbentuk Yahudi maupun yang asli.
Mirabeau telah sepenuhnya jatuh ke dalam perangkap Konspirasi. Ketika direkrut untuk menjadi agen Konspirasi dengan nyawa sebagai taruhannya, Mirabeau tidak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya. Sejak direkrut, Mirabeau semakin jarang berkumpul dalam pertemuan elite Perancis. Akibatnya timbul desas-desus bahwa Mirabeau telah menjadi oposisi terhadap status-quo. Kabar ini membuat kalangan istana menjadi benci kepada Mirabeau.
Kepalang basah, akhirnya Mirabeau benar-benar bergabung dengan kaum revolusioner Perancis. Ia lalu menghubungi kawan dekatnya, Duke of Durlian, seorang tokoh Mason yang juga masih terhitung kerabat istana, agar memberi perlindungan terhadap kaum revolusioner. Baik Mirabeau maupun Duke of Durlian hanya tahu bahwa tugas mereka adalah menggulingkan King Louis XVI dan kemudian Durlian akan menjadi Raja Perancis. Itu yang dikatakan oleh Konspirasi.
Mereka berdua tidak mengetahui tujuan yang sebenarnya dari Konspirasi dalam meletuskan revolusi yakni menghabisi raja dan kaum bangsawan bagian dari The Ancient Regime, dan menggantinya dengan kaum bangsawan Perancis lain yang tunduk kepada keinginan Konspirasi.
Pada 14 Juli 1789, massa rakyat berbondong-bondong menuju penjara Bastille, perancis. Penjara yang bagaikan benteng itu dibakar. Para narapidana melarikan diri dan menimbulkan kerusuhan dan perampokan di mana-mana.
Penyerbuan ke penjara benteng Bastille ini menandai di mulainya Revolusi Perancis. Hari demi hari berjalan dengan perkmebangan yang tidak bisa diduga. King Louis XVI dan Marie Antoinette ditangkap dan dijebloskan kepadalm penjara. Tidak lama kemudian keduanya dihukum mati, di pancung di atas Guilotin. Namun tidak seperti yang dijanjikan, Duke or Durlian malah menjadi sasaran kampanye gelap dari Konspirasi dan akhirnya Duke of Durlian sendiripun menemui ajal di bawah pisau Guilotin, menyusul King Louis XVI dan Marie Antoinette.
Mirabeau
Mirabeau yang pada dasarnya seseorang yang cerdas menjadi curiga dan dengan cepat ia menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya. Sebuah bahaya dari bayangan yang tidak terlihat. Namun Mirabeau terlambat, mesin propaganda Konspirasi telah bekerja begitu cepat dan efektif melancarkan fitnah terhadapnya.
Gagal menyeret Mirabeau ke pengadilan, akhirnya pihak Konspirasi meracuni Mirabeau hingga tokoh ini menemui ajal. Jenazah Mirabeau diatur sedemikian rupa untuk mengesankan dia bunuh diri. Sejumlah selebaran dan berita-berita yang mendukung ‘bunuh diri’ Mirabeau ini dicetak dan disebarluaskan ke Eropa.
Kematian Mirabeau kemudian diikuti dengan berkuasanya pemerintahan teror di Perancis. Pada masa ini, tiap hari rakyat Perancis menyaksikan ribuan orang tiap hari digiring menuju pisau Guilotin. Roberspierre dan Danton ditugaskan Konspirasi untuk menjadi algojonya. Setelah dianggap menyelesaikan tugasnya, kedua orang ini, Roberspierre dan Danton pun dibunuh dengan keji. Pemerintahan teror mencapai puncaknya antara tanggal 27 April hingga 27 Juli 1794.
Satu hari sebelum Roberspierre diseret ke tempat hukuman mati, di depan Majelis Nasional, Roberspierre sempat menyampaikan orasi yang menyerang Konspirasi dan membuka tirai mereka dengan mengatakan ada sebuah organisasi rahasia yang bekerja dan menjadi dalang Revolusi Perancis.
Roberspierre dengan tegas mengatakan, “Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini dan disaat ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini sejak awal terjadinya peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan anda sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak revolusi ini ada kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan amoral dan penyuapan besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang paling efektif untuk menghancurkan negeri kita yang kita cintai ini…”
Roberspierre, seorang Mason yang diberi kesempatan lebih untuk mengetahui lebih banyak dari yang seharusnya, ternyata telah dinilai 13 petinggi Konspirasi Yahudi Internasional sebagai bertindak melampaui batas. Tak bisa ditawar, orang itu harus dilenyapkan. Maka satu hari kemudian, Roberspierre pun diseret ke tempat hukuman mati dengan tuduhan yang dibuat-buat.
Episode Pemerintahan Teror dengan pembunuhan ribuan warganya di bawah pisau Guilotin juga menimpa Gereja Katolik Perancis. Salah satu kisah yang terkenal di dalam sejarah Gereja adalah apa yang dialami oleh tigapuluh dua biarawati Perancis yang disebut sebagai ‘Para Martir dari Oranye’.
Selama Revolusi Perancis berkecamuk, para biarawati yang berasal dari beberapa ordo religius yang berbeda ini dipenjarakan di Orange, Perancis. Mereka adalah enam belas biarawati Ursulin, tiga belas biarawati Adorasi Sakramen Mahakudus, dua biarawati Bernardin, dan seorang biarawati Benediktin.
Syahdan, ketika pecah Revolusi Perancis, para biarawati ini diperintahkan untuk menyatakan sumpah setia kepada kaum Revolusioner. Para biarawati menolak karena percaya bahwa sumpah itu menentang Tuhan dan Gereja. Mereka semua menolak menandatangani sumpah dan akibatnya digiring ke penjara Orange. Beberapa dari para biarawati tinggal dalam biara yang sama sebelum mereka dijebloskan ke dalam penjara. Sedangkan sebagian lainnya tidak saling mengenal hingga mereka bertemu di penjara.
Di dalam penjara, para biarawati ini membentuk suatu komunitas dalam ruang penjara yang gelap serta pengap. Mereka berdoa bersama pada waktu-waktu tertentu setiap hari, saling menghibur dan menguatkan.
Tanggal 6 Juli 1794, ketika tiap hari pisau Guilotin bekerja keras memisahkan badan dan kepala para kelompok penentang kaum Revolusioner, biarawati pertama diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati dengan Guilotin. Tiap hari ada saja biarawati yang dieksekusi di bawah Guilotin. Tak seorang pun tahu giliran siapa berikutnya. Komunitas biarawati semakin berkurang dalam jumlah, tetapi biarawati yang tinggal terus-menerus berdoa, terutama bagi mereka yang akan dihukum mati pada hari itu.
Akhir bulan Juli 1794, ketigapuluhdua orang biarawati semuanya telah dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan rakyat Orange, Perancis. Mereka dianggap sebagai martir. Ketika Revolusi Perancis berakhir, para hakim Orange dinyatakan bersalah atas apa yang telah mereka lakukan dan dijatuhi hukuman. Para biarawati itu mendapat penghormatan “beata” oleh Paus Pius XI pada tahun 1925.
Sejarah mencatat bahwa di tengah kondisi Perancis yang porak-poranda dan berkecamuknya kerusuhan serta situasi yang tidak menentu, muncullah Napoleon Bonaparte yang penuh kharismatik lewat sebuah kudeta. Sebagai seorang pemimpin militer, Napoleon meyakini kerusuhan di dalam negeri harus diakhiri. Caranya adalah dengan menciptakan satu musuh dari luar yang mampu menjadi musuh bersama bagi rakyat Perancis (The Common Enemy). Ide besar Napoleon ini didukung oleh Konspirasi.
DI BALIK KEKALAHAN NAPOLEON
Memang sudah merupakan kelaziman bagi Konspirasi untuk melenyapkan orang-orang, kaki tangannya yang bukan anggota inti atau orang Yahudi murni, setelah mereka bekerja dengan baik untuk Konspirasi. Ketika masih diperlukan, orang-orang atau agen-agen Konspirasi ini disuplai dengan dana yang besar dan kehidupan yang mewah, namun ketika tugas sudah diselesaikan dan mereka tidak lagi dibutuhkan, maka Konspirasi akan segera ‘menghapus’ agen tersebut dengan berbagai cara, kebanyakan adalah dengan membunuhnya.
Setelah itu Konspirasi melanjutkan dengan program yang lebih baru, meindaklanjuti hasil-hasil awal yang telah dicapainya. Agen-agen mereka, Duke of Durlian, Mirabeau, Roberspierre, Danton, dan sebagainya telah dilenyapkan. Konspirasi terus bergerak dalam kegelapan dan segala kerahasiaannya.(Bersambung/Rizki Ridyasmara)

0 comments:

Post a Comment