Kloningan

Saturday, December 12, 2015

Sejarah Rahasia Iluminati (18)

Leave a Comment
Film National Treasure menyatakan bahwa harta jarahan dari Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya telah dibawa lari ke Amerika dan disimpan rapat di bawah sebuah gereja kuno di daerah Wallstreet, AS, dan berada dalam lindungan para Freemason. Walau ada beberapa petunjuk, namun kepastian di mana harta itu disembunyikan hingga kini masih menjadi salah satu misteri yang paling banyak diminati peneliti.
Walau demikian, Bani Israil yang lazim disebut kaum Yahudi sekarang ini telah lama meyakini masih adanya harta karun Sulaiman dalam jumlah yang teramat besar yang masih tersimpan dengan rapi di suatu tempat di dalam lokasi bekas kuil tersebut. Mereka terus melakukan pencarian sepanjang masa dari generasi ke generasi. Terlebih setelah ‘sejarah yang gelap’ seputar peristiwa penyaliban ‘Yesus’ yang penuh dengan teka-teki dan kekontroversialannya seperti yang telah diungkap dalam berbagai catatan sejarah dan buku-buku termasuk Holy Blood, Holy Grail dan The Da Vinci Code.
Amat mungkin kekeras-kepalaan kaum Yahudi itu ada pembenarannya, karena berdasar temuan Gulungan Laut Mati (The Dead Sea Scroll) di gua Qumran, Yordania, terdapat ‘Copper Scroll’ (Gulungan Copper) yang terkenal. Gulungan Copper itu telah dipecahkan sandinya di Universitas Manchester pada tahun 1955-1956 dan ternyata berisi petunjuk-petunjuk yang jelas bahwa sejumlah emas-perak, bejana-bejana keramat, barang-barang yang tidak jelas kegunaannya, dan harta karun lainnya yang juga misterius, yang berjumlah tidak kurang dari duapuluh empat timbunan, terkubur di bawah Kuil Sulaiman.[1]
Al-Qur’an menyebutkan bahwa Nabi Isa a.s. tidak pernah disalib, dan yang disalib oleh tentara Romawi saat itu adalah seseorang yang wajahnya diserupai dengan Nabi Isa. Nabi Isa a.s. sendiri diangkat oleh Allah SWT dan akan turun kembali ke bumi pada akhir zaman untuk membela ketauhidan dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Yang digambarkan oleh Al-Qur’an ini sebenarnya juga diyakini oleh orang-orang Kristen awal yang kini disebut sebagai Kristen Unitarian, dengan tokohnya yang termashyur bernama Arius. Sebab itu, mereka juga sering disebut sebagai kaum Arian. Selain kaum Arian, sejumlah sekte dan kelompok Kristen maupun Yahudi juga membenarkan apa yang telah dideskripsikan Al-Qur’an. Mereka inilah yang terus memelihara keyakinan tersebut dengan penuh kerahasiaan dan diam-diam hingga kini.
Namun yang tengah menjadi sorotan adalah adanya kelompok sempalan Yahudi yang tidak mengakui Yesus disalib namun mereka percaya bahwa Yesus ini diselamatkan oleh Yusuf Arimatea, dan hidup puluhan tahun setelah peristiwa penyaliban di suatu tempat. Menurut mereka pula, sebelum peristiwa itu terjadi, isteri Yesus yang bernama Maria Magdalena dengan membawa The Holy Grail (cawan suci yang berisi ‘darah’ Yesus) telah dilarikan ke suatu tempat yang jauh.
Mereka ini yakin bahwa dalam pelariannya itu Maria Magdalena tengah membawa The Holy Blood yang berasal dari darah daging Yesus sendiri di dalam kandungannya (The Holy Grail).  Maria Magdalena tengah hamil ketika melarikan diri dari Yerusalem menuju Selatan Perancis. Grail di sini menurut mereka bukanlah sebentuk bejana anggur atau piala, tetapi rahim dari Maria Magdalena itu sendiri.
Sebab itulah, banyak berdiri kuil-kuil pemujaan The Black Madonna (Sang Perawan Hitam) pada permulaan era kekristenan. Kuil-kuil tersebut dibangun bukan diperuntukan bagi Bunda Maria (The Holy Virgin, Perawan Suci) tetapi kepada Maria Magdalena, yang digambarkan dalam bentuk patung atau lukisan seorang ibu dan seorang anak kecil.
Para ahli juga banyak memperdebatkan bahwa berbagai katedral Gothik yang menyerupai tiruan bentuk rahim yang besar dan terbuat dari batu tersebut sebenarnya dipersembahkan kepada isteri Yesus, bukan Ibundanya. Buku yang paling terkenal yang mengisahkan kehidupan Maria Magdalena di Perancis Selatan adalah karya Jacobus de Voragine berjudul Golden Legend (1250).
Di dalam bukunya, Voragine yang merupakan Uskup Agung Dominikan dari Genoa menyebut Maria Magdalena dengan sebutan Illmunata sekaligus Illuminatrix yang memiliki arti ‘Yang Tercerahkan’ atau ‘Sang Pencerah’. Di kemudian hari, sebutan atau gelar Maria Magdalena ini dipakai sebagai nama bagi satu kelompok rahasia—salah satu pewaris Templar: Illuminati.
Menurut The Da Vinci Code dan juga The Holy Blood and the Holy Grail, organisasi Biarawan Sion memiliki tugas utama menjaga dan melindungi garis darah keturunan Yesus Kristus dan Maria Magdalena. Anak-anak Yesus ini konon berwujud dalam satu dinasti bernama Dinasti Merovingian yang berdiam di Perancis Selatan. Dinasti ini kemudian, untuk menyelamatkan dirinya, melakukan kawin campur dengan dinasti-dinasti berpengaruh di Eropa lainnya.
The Da Vinci Code memaparkan pertarungan antara Biara Sion melawan Opus Dei, organisasi resmi yang berada di bawah Vatikan yang dikatakan memiliki tugas khusus untuk mengejar dan menghabisi seluruh garis darah keturunan Yesus—ini digambarkan Brown dengan upaya pengejaran Silas dan Uskup Manuela Aringarosa terhadap keluarga Sophie Neveu dan membunuhnya, sehingga Sophie kecil harus dipelihara oleh kakeknya, Jacques Sauniere yang kemudian juga dibunuh Silas dan berlanjut pada pengejaran terhadap Sophie sendiri—sehingga kekuasaan Gereja Katolik di Tahta Suci Vatikan tetap terpelihara.
Menurut Opus Dei, juga seluruh sekte kekristenan yang kini bersatu di bawah Vatikan dan juga kaum modernis, berpendapat bahwa Yesus mewariskan gerejanya kepada Saint Peter. Kemudian Saint Peter membangun Tahta Suci Vatikan yang berpusat di Roma, bekas ibukota kekaisaran Romawi. Padahal Biarawan Sion berpendapat bahwa Yesus tidak mewariskan gerejanya kepada Saint Peter melainkan kepada Maria Magdalena, sang isteri. Inilah pangkal sebab pertentangan mereka.
Godfroi de Bouillon dipercaya oleh para petinggi Yahudi sebagai salah seorang yang memiliki darah keturunan Yesus. Hal ini nampaknya—menurut Baigent—tidak disadari oleh Godfroi sendiri atau pun dirinya memang tidak diberi tahu hal tersebut semata-mata demi keamanan dirinya dan keluarganya secara lebih luas.
Untuk menemukan bukti-bukti yang lebih kuat, mungkin ini motivasi utama kedatangan para Templar ke Yerusalem, dilakukan penelitian dan penggalian pada tanah yang dipercaya sebagai tempat berdirinya Kuil Sulaiman yang dilakukan secara rahasia oleh para Templar. Harta karun itu diyakini lebih bernilai ketimbang emas permata. Sekarang ini, Kuil Sulaiman hanya tersisa pada lokasi “Tembok Barat” atau Tembok Ratapan.
AWAL KNIGHTS TEMPLAR
Cerita yang paling popular mengenai Ksatria Templar sampai saat ini mungkin adalah kisah ‘Ivanhoe’ karya Sir Walter Scott yang ditulis pada tahun 1819. Dalam kisah anak-anak itu, sosok Ksatria Templar digambarkan sebagai sekumpulan preman yang angkuh, lalim, munafik, dan menghalalkan segala cara. Ini adalah gambaran umum para pengkaji masalah Templar dan Perang Salib.
Michael Baigent dan kawan-kawan mendeskripsikan Ksatria Templar sebagai:  sosok biarawan pejuang yang sangat menakutkan, ksatria mistik berjubah putih, dan bersalib merah. Tapi, satu hal yang pasti, Ksatria Templar adalah sosok pejuang yang memegang peranan terpenting dalam Perang Salib. Pola dasar Perang Salib adalah pengerahan ribuan pasukan perang untuk merebut Tanah Suci Palestina, yang bertempur dan rela mati demi Kristus.[2]
Tentang awal keberadaan Ksatria Kuil, The Holy Blood and the Holy Grail mencatat bahwa catatan sejarah pertama tentang kelompok yang sarat diselimuti kabut misteri ini ditulis oleh seorang sejarawan bangsa Jerman bernama Guillaume de Tyre yang menulis antara tahun 1175 dan 1185. Saat itu merupakan puncak dari Perang Salib, ketika tentara Salib berkuasa Tanah Suci Palestina setelah merebutnya dari bangsa Saracen (kaum Muslimin) dan mendirikan Kerajaan Yerusalem, atau oleh kelompok Templar sendiri disebut sebagai “Outremer”, atau tanah yang jauh dari lautan.
Menurut de Tyre, Order of the Poor Knights of Christ and of the Temple of Solomon (Ordo Ksatria Miskin Pembela Kristus dan Kuil Sulaiman) atau dalam bahasa latin disebut sebagai paupers commilitones Christi Templique Solomonici didirikan pada tahun 1118[3].
Hughues de Payens, bangsawan dari Champagne dan pengikut seorang Count dari Champagne beserta Godfroy de St. Omer disebut-sebut sebagai pendirinya. Suatu hari, tanpa diminta, Hughues de Payens ini bersama delapan rekan ksatrianya memperkenalkan diri di istana King Baldwin—Raja Yerusalem—yang saudara lelakinya, Godfroi de Bouillon, telah mengalahkan Kota Suci tersebut sembilan tahun yang lalu.(Bersambung/Rizki Ridyasmara)
[1] Allegro; Treasure of the Copper Scroll; tanpa tahun ; hal.107.
[2] Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln; Holy Blood, Holy Grail; hal.55
[3] Beberapa literatur menyanggah tahun 1118, dan memastikan tahun berdirinya Ksatria Templar adalah empat tahun sebelumnya, yakni tahun 1114. Pendapat ini berlandaskan pada sepucuk surat yang ditulis Uskup Chartres kepada Count Campagne, sebelum keberangkatan Count tersebut ke Yerusalem di tahun 1114. Dalam suratnya Uskup tersebut antara lain menulis, “Kami telah mendengar bahwa… sebelum meninggalkan Yerusalem, Anda telah bersumpah untuk bergabung dengan ‘la milice du Christ’, Anda berharap mendaftarkan diri untuk menjadi tentara gereja.” Istilah ‘La malice du Christ’ merupakan sebuah nama yang dipakai Ksatria Templar di masa-masa awal. Uskup Chartres sendiri meningal tahun 1115. Jadi pendapat ini yang agaknya lebih meyakinkan tentang kapan tahun berdirinya Knights Templar.

0 comments:

Post a Comment