Pembelaan yang tidak logis dari fanboi Jokowi dalam menanggapi tudingan bahwa Jokowi dan/atau tim suksesnya adalah pihak di balik Iklan RIP atau Iklan Kematian Jokowi dengan motivasi politik dizolimi/play victim untuk meraih tambahan suara melalui simpati yang sempat ramai diperbincangkan beberapa hari lalu adalah Jokowi tidak membutuhkan politik semacam itu karena berdasarkan survey elektabilitasnya adalah yang paling tinggi selama ini. Posisi pembelaan yang diambil oleh fanboi Jokowi ini jelas mengandung kesalahan logika karena menafikan bahwa lembaga survey selama ini terbukti sering memberikan hasil survey berdasarkan pesanan dengan tujuan melakukan framing tertentu yang menguntungkan pemesan, terbukti dari survey pesanan dari tim sukses Jokowi selama ini yang mencerminkan tingginya perolehan suara yang akan diperoleh PDIP pada pileg bila Jokowi dicalonkan sebagai presiden yang mencapai 35% tapi ternyata perolehan suara yang sebenarnya hanya sekitar 18%.
Selain itu fanboi Jokowi melupakan bahwa sebenarnya sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 Jokowi sudah melakukan politik dizolimi dengan mengaku-ngaku disadap dan mau dibunuh melalui bom kapal, yang terbukti tidak benar, demikian pula PDIP mengeluarkan cerita yang terdengar mengada-ngada yaitu adanya ancaman dan teror terhadap Megawati dari "orang berambut cepak". Cerita Tjahjo Kumolo tersebut sangat absurd karena tentu saja sebagai mantan Presiden maka Megawati selalu didampingi Paspampres maka siapa yang berani mengusik Megawati? Selain itu bila benar mengapa paspampres tidak menindak atau menyelidiki?
Yang lebih menyedihkan lagi adalah fakta bahwa fanboi Jokowi melupakan fakta bahwa alasan Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah politik dizolimi. Saat itu dari awal Jokowi-Ahok sudah mengeluarkan berbagai propaganda bahwa mereka adalah pasangan paling miskin, tidak punya dana dan hanya modal jualan baju kotak-kotak untuk mengais dana kampanye (padahal sekarang terbukti cukong mereka sangat banyak), dan dengan strategi underdog ini keduanya berhasil meraih suara sebesar 42,60% suara pada putaran pertama pilgub DKI; namun hal ini wajar sebab sejak lama Jakarta memang salah satu lumbung suara PDIP, dan indikasi hal ini jelas bahwa gubernur-gubernur sebelum Jokowi seperti Sutiyoso dan Foke adalah gubernur yang sebelumnya mendapat dukungan dari PDIP. Namun raihan suara tinggi tersebut tidak cukup untuk mengalahkan Foke sebagai Gubernur DKI incumbent. sehingga dibutuhkan putaran kedua.
Saat putaran kedua kita masih ingat bahwa masifnya berita miring tentang Foke-Nara melakukan serangan rasis terhadap Jokowi-Ahok, antara lain melalui rekaman diam-diam yang sampai sekarang tidak ketahuan siapa pelakunya dari kotbah Rhoma Irama di sebuah Mesjid yang mengatakan haram umat Islam dipimpin non Muslim dan kemudian menuduh bahwa orang tua Jokowi adalah kristen dan juga menyerang kecinaan Ahok yang kemudian dikaitkan dengan Foke-Nara karena kebetulan Rhoma Irama mendukung Foke-Nara. Sontak rakyat Jakarta geram kepada Foke-Nara dan memberikan suaranya kepada pasangan Jokowi-Ahok sehingga pada putaran kedua berhasil meraih 53,82% suara. Di sini adalah bukti bahwa faktor utama dan satu-satunya faktor yang melonjakan raihan suara Jokowi-Ahok ketimbang kubu Gubernur tuan rumah adalah politik dizolimi melalui isu Jokowi-Ahok sebagai pasangan underdog diserang secara rasis dan tidak adil oleh lawan politiknya sehingga menimbulkan simpati rakyat Jakarta. Terus terang saya salah satu yang golput pada putaran pertama dan memilih Jokowi-Ahok karena faktor isu serangan SARA dari Foke-Nara kepada keduanya.
Lagipula sekarang muncul informasi bahwa patut diduga kuat pembuat iklan kematian Jokowi yang menjadi polemik itu adalah Ardian Napitupulu dan Mustar Bona Ventura, keduanya adalah pendukung Jokowi dan menurut Ulin Yusron disebar pertama kali melalui akun facebook milik Nophie Frinsta dan Tatang Badru Tamam, keduanya adalah pendukung Jokowi. Sekarang kedua akun facebook tersebut telah ditutup setelah terungkap sumber yang menyebarkan pertama kali Iklan RIP Jokowi berasal dari mereka.Masih menganggap Jokowi tidak membutuhkan dan tidak melakukan politik dizolimi untuk menaikan raihan suaranya?
0 comments:
Post a Comment