Dalam beberapa hari ini cukup banyak fanboi Jokowi yang bersorak sorai dengan pernyataan beberapa anggota PPP dan PKS yang mempermasalahkan pemilihan Hatta Rajasa sebagai cawapres untuk maju bersama Prabowo, salah satu alasannya adalah karena Hatta Rajasa tidak cukup dikenal warga NU. Koalisi kocar kacir demikian sebutan beberapa dari mereka, dan mungkin berharap koalisi bubar yang berangkat dari berita bahwa PPP dan PKS mengancam menarik dukungan bila Hatta Rajasa dipaksakan.
Sayangnya mereka kecele, sebab sikap PKS memang sudah dapat diduga dari awal, bagaimanapun juga mereka adalah "anak bandel" di dalam koalisi dengan SBY, jadi tidak mengherankan, namun ujungnya PKS tetap mendukung Gerindra. Adapun kemudian Sekjen PPP sendiri mengeluarkan pernyataan bahwa PPP tidak pernah keberatan dengan Hatta Rajasa, dan semua pernyataan PPP harus dikeluarkan oleh Ketua Umum atau Sekjend sehingga suara-suara kader PPP tidak mencerminkan sikap resmi PPP. Nah, ternyata memang tidak terjadi apapun.
Akan tetapi sayang seribu sayang, fanboi Jokowi bukan saja kecele masalah koalisi tetangga karena mereka hanya menilai berdasarkan apa yang di depan mata tetapi tidak bisa menganalisa lebih lanjut sehingga mengambil kesimpulan yang salah, namun mereka juga kecele tentang posisi dan status Joko Widodo, capres mereka yang menyebut dirinya sebagai superman banjir.
Semula mereka mengira bahwa Jokowi adalah manusia pilihan dan manusia unggul yang tidak bisa dikendalikan oleh PDIP maupun Megawati, namun pernyataan Megawati di depan umum bahwa kendati dicapreskan namun Jokowi hanya petugas partai yang wajib menjalankan tugas-tugas yang diberikan partai, artinya Jokowi tidak lebih dari boneka marionet atau wayang yang pergerakan dan lakon yang dimainkan adalah mengikuti keinginan sang dalang, dalam hal ini Megawati. Kecele lagi!
Yang lebih lucu sudah ketahuan hanya boneka, Jokowi masih mencoba menyelamatkan muka dengan hari ini di depan umum mengatakan koalisi PDIP adalah idenya. Jokowi mau menipu siapa? Jelas-jelas semua pemimpin partai yang sudah berkoalisi maupun sedang berdiskusi tentang koalisi berbicara dengan Megawati dan/atau Puan Maharani tentang syarat dan ketentuan berkoalisi, dan tidak pernah dengan Jokowi, artinya jelas dalam pemilihan presiden hari ini Jokowi hanya figuran semata.
Fanboi Jokowi juga pernah kecele ketika mereka membangga-banggakan "Revolusi Mental" yang digaungkan Jokowi, seolah menunjukan sisi filosofis dan pemikir dari Jokowi, wah bangga sekali mereka saat itu. Sayang seribu sayang sekarang terungkap Revolusi Mental bukan barang baru dan yang jelas bukan ide orisinil Jokowi. Yang jelas lagi artikel Jokowi tentang Revolusi Mental pada faktanya bukan dia yang nulis, melainkan orang lain tapi malah nama Jokowi yang dicantumkan. Kecele!
Entah sudah berapa ratus kali para fanboi Jokowi kecele bualan Jokowi, tapi entah kenapa mereka tidak bertobat juga dan masih terus jatuh ke lubang yang sama, padahal keledai saja tidak akan jatuh ke lubang yang sama. Mulai dari Esemka; walikota dunia terbaik; KJS-KJP; Monorel-MRT sampai masalah revolusi mental telah menipu banyak fanboi Jokowi, mereka terlanjur bergembira menyambut program Jokowi yang bombastis namun tidak sadar program tersebut hanya kosmetik, atau indah di luar busuk di dalam. Kapan para fanboi ini akan bertobat?
0 comments:
Post a Comment