Berdasarkan sumber internal yang didapat detik.com ternyata Megawati sudah menetapkan Puan Maharani sebagai cawapres Jokowi sudah hampir dapat dipastikan. Adapun pertimbangannya adalah Jokowi merupakan kader di luar trah Soekarno sehingga bila wakilnya juga adalah orang luar maka PDIP kuatir akan kesulitan mengendalikan Jokowi. Hal ini tentu saja sejalan dengan pernyataan Megawati bahwa sekalipun Jokowi presiden namun dia tetap petugas partai yang wajib menjalankan perintah partai.
Adapun Jokowi tidak bisa menjawab ketika dikonfirmasi mengenai berita mengerucutnya nama Puan sebagai cawapres dirinya, seolah membenarkan berita tersebut. Selanjutnya PDIP Projo juga mengancam akan membubarkan diri bila Puan yang terpilih menjadi cawapres Lagipula sebagaimana dikatakan Jusuf Kalla, Jokowi tidak punya kewenangan menentukan cawapres sendiri sebab kewenangan tersebut milik Megawati.
Tentu saja cerita bahwa Puan Maharani ingin menjadi cawapres Jokowi adalah cerita lama; dan ini adalah alasan dia marah sampai mengusir Jokowi sebab dengan suara yang diraih PDIP tidak mencapai threshold maka PDIP harus berkoalisi untuk mencalonkan presiden di pilpres dan hal ini tidak mungkin terjadi bila PDIP tidak berkoalisi dan koalisi tentunya membutuhkan pembagian kekuasaan.
Nah, pengaturan pembagian kekuasaan itu lah yang sudah dilakukan antara PDIP-NasDem-Golkar untuk mencalonkan JK sebagai cawapres dengan tambahan kesepakatan bahwa Mega dan Ical akan menjadi pengatur kebijakan di belakang. Menindaklanjuti kesepakatan tersebut Golkar bahkan sudah sesumbar bahwa penetapan cawapres PDIP tergantung Rapimnas Golkar yang diadakan dalam beberapa hari ke depan untuk menentukan nasib pencapresan ARB dan koalisi.
Nah, bila informasi yang disampaikan orang dalam detik benar adanya maka menarik ditunggu bagaimana PDIP meyakinkan Golkar dan NasDem untuk tetap mendukung pencapresan Jokowi bila JK batal menjadi cawapres. PDIP bisa berbicara baik-baik dengan mitra koalisi namun bisa juga bermain kasar dan hantam kromo membatalkan kesepakatan sepihak tanpa berbasa basi seperti yang terjadi dengan mitra mereka, Gerindra saat PDIP membatalkan Perjanjian Batu Tulis. Saat ini terjadi maka menarik ditunggu reaksi mitra koalisi yang dihianati.
Namun demikian perkembangan Puan Maharani menjadi cawapres bisa juga karena Megawati tidak setuju mengganti setengah dari uang kampanye yang dikeluarkan ARB sebagaimana diusulkan JK sehingga Golkar akan berkoalisi dengan Demokrat mengusung capres dari Golkar dengan cawapres dari pemenang konvensi demokrat, dalam hal ini Dahlan Iskan. Karena sudah pasti NasDem sulit memajukan JK yang kader Golkar, maka majunya Puan jadi minim resistensi dari partai koalisi.
Akan tetapi yang lebih menarik lagi adalah menunggu reaksi Abraham Samad yang sudah begitu gede rasa meyakini akan menjadi cawapres Jokowi. Karena berhadap menjadi cawapres inilah sudah sejak tahun lalu Samad mengumbar puji-pujian kepada Jokowi sebagai tokoh anti korupsi terkemuka, dengan kata lain Samad telah mempolitisasi KPK untuk kepentingannya. Kemarin Samad bahkan dengan jumawa mengatakan pimpinan KPK sudah setuju dia maju sebagai cawapres, keterangan yang segera dibantah Busro dengan mengatakan tidak pernah terjadi pembicaraan mengenai wacana Samad menjadi cawapres.
Bila Puan jadi cawapres Jokowi maka menarik ditunggu reaksi rakyat Indonesia, digadang-gadang si JK, ARB, Samad, Mahfud, eh ujung-ujungnya Puan Maharani.
0 comments:
Post a Comment