Kloningan

Wednesday, May 21, 2014

Keluarga Soekarno dan Jusuf Kalla Saja Menolak Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Jokowi adalah orang yang menyukai segala sesuatu yang bersifat simbolis baik aksi mencium bendera saat deklarasi atau deklarasi di Rumah Pitung sebagai simbol "perlawanan" dengan harapan rakyat akan mengasosiasikan dirinya dengan simbol-simbol tadi. Berdasarkan pemikiran inilah Jokowi mengumumkan cawapresnya di Gedung Joeang, seolah menyimbolkan dia dan pasangannya adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia.

Ironisnya belakangan diketahui bahwa Jokowi tidak pernah meminta izin dari pengelola untuk memakai Gedung Joeang untuk keperluan deklarasinya dan karena itu tidak membayar biaya sewa. Yang lebih ironisnya temuan sejarahwan Indonesia, JJ Rizal bahwa Gedung Joeng ternyata lebih identik dengan markas kelompok "Musyawarah Rakyat Banyak" (Murba) yang dalam sejarah selalu melawan dan anti Soekarno padahal Jokowi kerap mengindentifikasikan dirinya dengan Soekarno didukung oleh partai yang mengusung ajaran Soekarno dan anak Soekarno, Megawati Soekarnoputri.

Pilihan Gedung Joeang seolah menyimbolkan bahwa Jokowi adalah oposisi Soekarno; anti Soekarno; anti ajaran Soekarno; dan anti keluarga Soekarno, dan oleh karena itu tidak mengherankan bila semua anak-anak kandung Soekarno menolak pencapresan Jokowi, bahkan Megawati sendiri!

Penolakan pertama datang dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, sebagaimana tergambar dari sikapnya yang enggan untuk menyerahkan dokumen dukungan resmi dari PDIP kepada Jokowi, bahkan sampai saat didaftarkan ke KPU, dan karena itu dokumen pendaftaran Jokowi dinyatakan kurang lengkap dan belum memenuhi syarat sehingga Jokowi masih memiliki waktu sampai tanggal 24 Mei 2014 untuk melengkapinya. Dokumen apa yang harus dilengkapi Jokowi? Pertama, KTP karena nama Jokowi di KTP ternyata bukan Joko Widodo; kedua dokumen dukungan PDIP hanya terdapat tanda tangan Tjahjo Kumolo sebagai sekjend PDIP dan tidak ada tanda tangan PDIP sebagai ketua umum.

Beberapa hari terakhir Jokowi dan JK terus membujuk Megawati untuk tanda tangan namun terus menolak seolah menunjukan bahwa dia terpaksa mencalonkan Jokowi sebagai presiden karena desakan kader-kader PDIP. Saya cukup yakin pada akhirnya dokumen itu akan ditanda tangani namun baru pada detik-detik terakhir penutupan pendaftaran di KPU. Bukti lain keengganan Meg1ati adalah pernyataannya bahwa sebagai capres Jokowi hanya petugas partai yang wajib melaksanakan tugas partai seolah menyatakan bahwa Jokowi tidak mampu menjadi presiden sendiri sehingga harus menjalankan kebijakan yang diarahkan Megawati Soekarnoputri.

Penolakan kedua datang dari anak Soekarno lain di dalam PDIP, yaitu Guruh Soekarnoputra yang sejak tahun lalu sudah menyatakan tidak setuju Jokowi menjadi capres. Alasan Guruh Soekarnoputra tidak setuju adalah karena Jokowi masih kurang mumpuni dan lebih tepat jika menjadi capres tahun 2019, itupun tergantung kemajuan pribadi Jokowi. Sampai sekarang Guruh masih sama pada sikapnya tersebut namun demikian dia menghormati keputusan partai untuk mencalonkan Jokowi.

Penolakan ketiga datang dari saudari kandung Megawati yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem, Rachmawati Soekarnoputri. Partai NasDem tentu saja adalah salah satu partai pendukung Jokowi. Sampai sekarang Rachmawati masih mempertanyakan visi misi Jokowi dalam membangun bangsa, dan karena itu dia kuatir bahwa visi Jokowi adalah titipan dari orang lain yang mempunyai kepentingan sendiri selain kepentingan bangsa.

Jadi keluarga Soekarno sendiri menolak Jokowi karena menilai dia belum cukup mampu mengelola Indonesia, kalau begitu untuk apa kita rakyat Indonesia harus memilih Jokowi?

Bukan hanya keluarga Soekarno yang menolak pencapresan Jokowi, bahkan Jusuf Kalla/JK yang sekarang menjadi cawapres Jokowi tahun lalu juga menolak pencapresan Jokowi dengan alasan Jokowi belum pantas diusung sebagai capres. Saat itu JK meminta Jokowi membuktikan dulu janji-janji kampanye dan kinerja di Jakarta dalam membangun Jakarta sudah sukses. "Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses," demikian ditegaskan JK saat itu.

Satu tahun kemudian Jokowi menjadi capres dan JK menjadi cawapres, apakah Jokowi sudah membuktikan kinerja di Jakarta? Kenyataannya Jakarta makin macet, makin banjir dan makin kumuh. Penyerapan APBD tahun 2014 sejauh ini sangat luar biasa rendah dan paling rendah sepanjang kemerdekaan Indonesia yaitu hanya 11% artinya pembangunan di Jakarta nyaris berhenti sehingga berimbas ke perekonomian di mana inflasi di Jakarta mencapai 14%! Semua proyek Jokowi di Jakarta juga gagal total, semuanya mangkrak, tidak ada yang berjalan. MRT, Monorel sampai Waduk Pluit yang sekarang kembali dipenuh enceng gondok.

Jadi keluarga Soekarno sampai cawapres Jokowi sendiri menolak pencapresan Jokowi karena menilainya tidak layak dan tidak mampu. Kalau begitu kenapa kita harus memilih Jokowi sebagai pemimpin negara ini? Bukankah pemilih Jokowi adalah orang bodoh namanya?

0 comments:

Post a Comment