Bani Israil yang kini lebih dikenal dengan sebutan bangsa Yahudi sesungguhnya bersaudara dengan Bangsa Arab. Kedua bangsa besar ini berasal dari satu ‘Bapak’ yakni Nabi Ibrahim as. Bani Israil berasal dari anak Nabi Ibrahim yang bernama Ishaq dari isteri yang bernama Siti Sarah. Sedangkan Bani Hasyim yang juga disebut sebagai Suku Quraisy berasal dari anak Nabi Ibrahim yang bernama Ismail dari isterinya yang bernama Siti Hajar.
Dalam perjalanannya yang sudah banyak ditulis oleh sejarah, kedua suku bangsa ini pecah dan saling berperang satu sama lain. Goresan pena sejarah juga telah mencatat betapa semua pertentangan dan permusuhan ini senantiasa terjadi akibat ulah dari Bani Israil yang licik, keras kepala, dan mau menang sendiri.
Di masa Nabi Musa a.s. yang ditugaskan Allah SWT untuk meluruskan Bani Israil, walau telah berkali-kali Nabi Musa a.s. memperlihatkan kebesaran Allah SWT, namun tetap saja Bani Israil lebih condong kepada kesesatan. Mereka lebih gemar mendalami ilmu-ilmu sihir yang dipraktekkan para pendeta tinggi yang mengelilingi Fir’aun dan condong kepada penyembahan paganisme.
Kisah Samiri yang dimuat di dalam Al-Qur’an menggambarkan hal ini. Patung sapi betina yang dibuat oleh Samiri sesungguhnya berasal dari Hathor dan Aphis, patung dewa Mesir kuno yang berbentuk sapi betina yang telah lama disembah mereka dan terkait dengan penyembahan kepada dewa matahari (The Sun God).
Walau demikian, pertolongan Allah SWT yang telah menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun dan tentaranya dengan membelah lautan, tetap tidak membuat Bani Israel sadar. Sebab itu, Allah SWT kemudian mengutuk mereka karena kesesatannya dan melarang Bani Israil untuk memasuki Tanah Suci Palestina untuk beberapa tahun.
Ilmu-ilmu sihir yang dikuasai para pendeta tinggi Fir’aun, berikut segala ritual dan kepercayaan ideologis di belakangnya, akhirnya menjadi sebentuk kepercayaan Bani Israil yang diturunkan dari generasi ke generasi lewat cara lisan yang disebut Kabbalah. Dari cara inilah kemudian orang menamai kepercayaan kuno Bani Israil ini dengan sebutan Kabbalah.
Kepercayaan satanisme ini terus dipelihara dengan baik oleh mereka hingga pada abad ke-21. Terbukti, Madonna, penyanyi pop terkenal Amerika kelahiran Italia, mengaku dengan terus terang bahwa ia telah menanggalkan kekristenannya dan menggantinya dengan Kabbalah. Madonna adalah seorang pengikut Kabbalah. Madonna merupakan sedikit orang yang secara jujur mengakui dirinya seorang Kabbalis.
Hubungan antara kisah-kisah Bani Israil dengan harta karun Sulaiman sangatlah erat. Namun sebelum masuk dalam pembahasan misteri harta karun ini, kita agaknya harus menelusuri tentang kisah dan keberadaan Haikal Sulaiman dahulu, sebuah istana yang sangat megah dan indah pada zamannya, yang diyakini banyak orang di muka bumi menyimpan harta karun yang amat sangat banyak dan tak ternilai. FilmNational Treasure (Walt Disney Picture; 2004) mengatakan bahwa harta karun tersebut dikatakan amat sangat banyak sehingga tidak akan mampu untuk seorang raja pun memilikinya.
Alkisah, setelah dikutuk Allah SWT dan dilarang memasuki tanah suci Palestina untuk beberapa lama, Bani Israil tetap tidak mampu masuk Palestina setelah Musa wafat. Barulah pada masa Nabi Daud a.s.—ayah dari Nabi Sulaiman a.s.—mereka bisa memasuki Palestina dari Sinai dan menguasai Yerusalem. Ini terjadi sekitar tahun 2000 SM. Walau demikian, tidak semua wilayah Palestina bisa dikuasai mereka. Ketika Nabi Sulaiman a.s. berkuasa, kelompok-kelompok Bani Israil ini tersebar di berbagai daerah dan mengelompokkan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Merupakan satu kebiasaan di kalangan Bani Israil untuk memanggil pemimpin mereka dengan sebutan ‘Raja’. Yang disebut kerajaan itu di masa Sulaiman hanyalah sebuah kota kecil yang dikelilingi desa-desa sekitarnya. Sama sekali bukan sebuah kerajaan yang meliputi seluruh tanah Palestina. Di antara kerajaan tersebut, kerajaan Samaria dan kerajaan Yahuda adalah yang terkenal. King of Greece, Sargeus, pernah menyerbu Samaria pada tahun 576 SM.
Kerajaan yang agak besar dan istananya sangat megah pada zamannya itu adalah kerajaan yang dipimpin King Solomon atau Nabi Sulaiman a.s. yang berada di Yerusalem. Bagaimana sesungguhnya bentuk dan rupa Istana Nabi Sulamian a.s. yang membuat Ratu Balqis begitu terpesona hingga melunturkan kesombongan dan meraih hidayah Allah SWT?
Al-Qur’an menginformasikan dalam surat-suratnya tentang Haikal Sulaiman tersebut. Diceritakan bahwa Sulaiman memiliki kerajaan serta istana yang amat mengagumkan dan dengan arsitektur yang paling maju pada zamannya. Berdasarkan kenyataan ini, para peneliti meyakini bahwa para ahli tukang bangunan yang ada di dalam kerajaan Sulaiman adalah tukang-tukang terbaik di seluruh negeri.
Di istananya terdapat berbagai karya seni yang menakjubkan dan benda-benda berharga, yang amat mempesona bagi siapa pun yang menyaksikannya. Jalan masuk istananya saja terbuat dari kaca. Hal ini dimuat di dalam Al-Qur’an dalam Surat An-Naml ayat 44 di mana Ratu Balqis merasa sangat takjub bercampur heran ketika pertama kali ingin memasuki istana Sulaiman,
“Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia (Ratu Balqis) melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Bilqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
Sulaiman dianugerahi oleh Allah SWT kebisaan untuk berbicara dengan hewan. Allah SWT juga menundukkan para mahluk gaib sebangsa jin dan yang lainnya agar bisa diperintah oleh Sulaiman. Mereka inilah yang banyak membawa harta karun dari dasar lautan dan lainnya untuk Sulaiman. Tidak aneh, jika Haikal Sulaiman yang amat megah tersebut dipenuhi dengan harta karun dalam berbagai bentuk dan rupa. Qur’an surat An-Naml dengan rinci memaparkan tentang kisah Sulaiman a.s.
Tahun 960 SM istana atau kuil Sulaiman berdiri di Yerusalem. Setelah mengalami pasang-surut, masa kejayaan dan juga kemundurannya, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia yang dipimpin Raja Nebukadnezar II menduduki Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut. Menyusul kejatuhan Yerusalem, para tentara Babylonia menangkap dan menawan orang-orang Yahudi dan membawa mereka ke Babylonia, keluar dari Yerusalem.
Dalam pengasingan di Babylonia inilah, pemuka-pemuka Yahudi membesarkan hati kaumnya dengan membuat konsep “The Promise Land” atau “Tanah Yang Dijanjikan”. Para pemuka Yahudi ini berusaha keras agar kaumnya benar-benar meyakini bahwa Yerusalem dan Palestina merupakan tanah yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka. Konsep yang mengatakan bahwa Bani Israil adalah bangsa pilihan Tuhan dan bangsa di luar Yahudi adalah manusia kelas dua, Ghoyim atau Gentiles, yang diciptakan Tuhan untuk melayani seluruh kepentingan bangsa Yahudi diduga kuat juga disusun di Babylonia ini.[1]
Sejak itu, dalam perjalanannya mereka selalu berupaya untuk bisa kembali ke Palestina dan menguasai Yerusalem. Namun mereka sellau menemui kegagalan. Bahkan akibatnya perbuatan mereka ini justru membuat mereka kian diawasi para penguasa. Orang-orang Yahudi makin berpencar ke seluruh bumi, diaspora, untuk menyelamatkan diri dari penindasan dan pengawasan para penguasa. Untuk menyelamatkan diri, cita-cita, dan kepentingannya inilah, bangsa Yahudi akhirnya terbiasa untuk bergerak di dalam lingkaran-lingkaran rahasia dan penuh konspirasi.
Setelah berjalan beberapa tahun, kekuasaan Babylonia ini pun kemudian tumbang setelah bangsa Persia di bawah komando Cyrus menyerangnya dan berhasil merebut Yerusalem. Di bawah kekuasaan Persia, Kuil Sulaiman kembali dibangun. Kekuasaan Persia pun tidak bertahan lama dan digantikan dengan kekuasaan bangsa Romawi pada tahun 160 SM. Oleh Raja Herod (40-4 SM), Kuil Sulaiman dibangun kembali dan memberikan keleluasaan bagi orang-orang Yahudi untuk tinggal di Yerusalem. Namun dasar orang-orang Yahudi ini memang tidak bisa berterima kasih dan tidak pernah bersyukur, pada tahun 70 M, mereka mengadakan pemberontakan terhadap Raja Romawi.
Pemberontakan ini berhasil dipatahkan oleh Raja Titus yang kemudian segera melakukan pembersihan terhadap seluruh orang-orang Yahudi di Palestina dan seluruh kekuasaan Romawi waktu itu. Kaum Yahudi dilarang kembali masuk ke Palestina. Kuil Sulaiman pun dihancurkan oleh Titus.
Konon, dalam pemberontakan ini, sekelompok orang Yahudi menjarah Kuil Sulaiman dan membawa kabur harta karun yang ada di sana dan melarikannya ke sebuah tempat di Perancis Selatan dengan menaiki kapal-kapal layar yang membuang sauh di Jaffa, melayari Lautan Tengah dan berlabuh di Perancis Selatan.
Menurut salah satu narasumber utama Holy Blood, Holy Grail, bernama Pierre Plantard yang juga diyakini seorang Grand Master Biara Sion di abad ke-21, harta karun itu telah ditemukan di daerah pegunungan Pyrennes dan terlindung aman di tangan Biara Sion. Di duga kuat, harta karun ini disembunyikan di daerah sekitar kuil Templar di daerah Bezu. Juga ada pendapat, sebelum harta karun itu di bawa ke Perancis, sebagiannya lagi sudah dibawa dan disimpan di Roma. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
[1] William G. Carr; Yahudi Menggenggam Dunia; Pustaka Al-Kautsar; Pengantar Penterjemah; Cet.7; 2005; hal.19
0 comments:
Post a Comment