Agar tidak mendapat kesangsian dari umat Kristen, maka untuk mengetahui siapa Paulus sesungguhnya hendaknya juga diambil dari sumber mereka sendiri yakni kitab suci Injil. Hindun al-Mubarak dengan cermat telah melakukan penelitian dan pengkajian terhadap Kitab Injil dan membuat Biodata Paulus yang cukup lengkap. Inilah kutipannya:
BIODATA PAULUS[1]
Nama : Paulus/Saulus (Gal.5: 2; Kis.13: 9)
Tempat lahir : Tarsus, Kilikia (Kis.22: 3)
Pekerjaan : Tuna Karya (Rm.15: 23)
Jabatan : Mengaku Rasul buat bangsa bukan Yahudi (Rm. 11: 13; Ef. 3: 8; I Tim. 2: 7; Gal. 2: 7), Allah Bapa bagi umat Kristen (I Kor. 4: 15), Pendiri agama Kristen (Kis. 11: 26; I Kor. 9: 1-2).
Disunat : pada hari kedelapan (Flp. 3: 5)
Asal : Yahudi dari Tarsus (Kis. 21: 39; Kls. 22: 3)
Keturunan : Orang Israel (Rm. 11: 1), Ibrani asli (Flp. 3: 5)
Suku bangsa : Benjamin (Flp. 3: 5; Rm. 11: 1)
Kewarganegaraan : Romawi (Kis. 22: 25-29).
Dididik oleh : Gamalael (Kis. 22: 3)
Agama : Yahudi tidak bercacat (Flp. 3: 6; Kis. 24: 14)
Status : Tidak beristeri (I Kor. 7: 8)
Pendirian : Orang Farisi (Flp. 3: 5)
Kegiatan : Penganiaya pengikut Jalan Tuhan sampai mati, ganas tanpa batas dan penghujat (Flp. 3: 6; Kls. 8: 1-3; 22: 4-5; 26: 10-11; Gal. 1: 13; I Tim. 1: 13; I Kor. 15: 8-9; Kis. 9: 1-2).
Ciri khusus : Bersifat bunglon (I Kor. 9: 20-22; Kis. 23: 6), Punya kelainan (Rm. 7:15-26), Munafik (Kis. 21: 20-26; Flp. 3; 8-9; Gal. 5: 18; Rm. 6: 14; 7: 6; I Kor. 15: 55-56), Memberitakan kebenaran Allah dengan dusta (Rm. 3: 5-7), bergembira memberitakan Yesus walau dengan kabar palsu (Fil. 1: 18).
Mengalami : Berbicara dengan Tuhan (I Kor.12: 8-9), kemaluan (Paulus) ditinju dan ditendang oleh Yesus (Kis. 9: 5).
Akhir hayat : Mulutnya ditampar atas perintah Imam Besar (Kis. 23: 2), dijatuhi hukuman pancung oleh penguasa Romawi (Martyrs Mirror).
Itulah Paulus yang mendapat tempat istimewa di dalam kekristenan sekarang ini.
Belum cukup dengan Paulus, karena rupanya tidak semua orang Kristen mentaati Paulus ketimbang Yesus, maka Ordo Kabbalah berupaya agar mereka yang tidak patuh kepada Paulus, yang tidak menerima doktrin Tiga Oknum Tuhan melainkan hanya satu (kaum Unitarian), dihancurkan.
Ratusan Injil yang tidak mendukung konsep ketuhanan dari Paulus harus dimusnahkan. Sebab itu, kemudian terselenggaralah Konsili Nicea di tahun 325 Masehi yang dipimpin oleh Kaisar Romawi, Konstantin. Sebuah konsili besar yang sarat dengan intrik politik dan kekuasaan.
Dalam sejarah kekristenan, Konsili Nicea 325 Masehi mendapat tempat tersendiri dan diistimewakan. Ini tidak lain karena salah satu hasil dari konsili ini adalah disepakatinya empat versi Injil sebagai kitab suci umat Kristen. Sebelum Konsili Nicea diadakan, umat Kristen terpecah-belah ke dalam kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Gereja pun berwujud sangat banyak, ratusan bahkan mungkin ribuan. Kala itu, versi Injil mencapai ratusan buah. Namun dari ratusan perbedaan, sesungguhnya bisa dibagi menjadi dua golongan:
Satu, kelompok Injil yang meyakini bahwa Yesus itu adalah Anak Tuhan. Dan kedua, kelompok Injil yang menganggap Yesus itu manusia biasa yang mendapat amanah khusus dari Tuhan untuk mengemban Risallah-Nya. Kelompok pertama diwakili dalam Gereja Paulus (Pauline Christianity) dan kemudian di dalam Konsili Nicea dikenal sebagai kelompok Trinitas, sedangkan kelompok yang kedua diwakili oleh Gereja Unitarian.
Dr. Muhammad Ataur Rahim yang meneliti sejarah kekristenan dan Yesus selama 30 tahun menyatakan bahwa pada abad pertama sepeninggal Yesus, murid-murid Yesus masih tetap mempertahankan ketauhidan secara murni.
“Hal ini dapat dibuktikan dalam naskah The Shepherd (Gembala) karya Hermas, yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi. Menurut Gereja, naskah itu termasuk kitab kanonik (yang dianggap suci). Di antara isi dari naskah tersebut berbunyi, ‘Pertama, percayalah bahwa Allah itu Esa. Dialah yang menciptakan dan mengatur segalanya. Dia menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Dia meliputi segala sesuatu, tetapi dia tidak diliputi oleh apa pun…’”[2]
Bahkan menurut Theodore Zahn, sebagaimana dikutip EJ. Goodspeed di dalam Apostolic Fathers, sampai dengan sekitar tahun 250 Masehi, kalimat keimanan umat Kristen masih berbunyi, “Saya percaya kepada Allah yang Maha Kuasa.”
Namun walau demikian, antara tahun 180 sampai dengan 210 Masehi, memang telah ada upaya-upaya untuk menambahkan kata “Bapa” di depan kata “Yang Maha Kuasa”. Uskup Victor dari Zephysius mengutuk penambahan kata tersebut dan menganggapnya sebagai pencemaran kemurnian kitab suci. Di Yunani, ajaran Kristen mengalami metamorfosa dengan kebudayaan politheisme setempat. Yunani memiliki andil dalam perumusan konsep Trinitas dan Paulus dari Tarsus-lah yang menciptakannya.
Salah satu tokoh penentang Gereja Paulus adalah Uskup Diodorus dari Tarsus. Lucian, seorang pakar Injil merevisi kitab ‘Septuaginta’, sebuah Injil berbahasa Yunani, dan memisahkan segala hal yang diyakininya tidak benar.
Setelah bekerja keras, akhirnya Lucian menghasilkan empat buah Injil yang menurutnya adalah Injil yang benar-benar bersih dan bisa dipercaya. Namun dalam Konsili Nicea 325 Masehi, keempat Injilnya itu termasuk ke dalam kelompok Injil yang dimusnahkan. Walau demikian, Lucian tidak melupakan kaderisasi. Salah satu muridnya bernama Arius, yang akan menjadi tokoh terkemuka dalam mempertahankan kemurnian ajaran Yesus Kristus dari serangan Gereja Paulus.
Menurut Arius, umat Kristen seharusnya mengikuti ajaran sebagaimana yang diajarkan Yesus, bukan Paulus. Yesus diutus Tuhan untuk melengkapi dan meluruskan kembali Taurat Musa, hanya itu. Guru Arius, Lucian, dieksekusi mati oleh Gereja Paulus pada tahun 312 Masehi.
Tigabelas tahun setelah Lucian dibunuh, Konsili Nicea digelar. Setelah melalui perdebatan dan tarik-ulur kepentingan, intrik dan juga ancaman, Kaisar Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi. Keputusan itu adalah :
- Menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus.
- Hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen, dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday).
- Mengadopsi lambang silang cahaya yang kebetulan berbentuk salib menjadi lambang kekristenan, dan
- Mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma ke dalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.
Secara resmi keputusan tentang dimenangkannya konsep Gereja Paulus, Trinitas, memang tidak disebutkan, namun ini bukan berrati tidak ada. Dengan pertimbangan menjaga stabilitas keamanan kerajaan, maka yang satu ini dibiarkan dulu. Selepas Konsili Nicea, antara Athanasius yang mewakili kubu Trinitas masih saja berhadapan dengan Arius yang mewakili kubu Unitarian. Namun dengan adanya kompromi politik dan juga ancaman dari Konstantin, maka Arius dan pengikutnya pun dikalahkan. Ketika itu ratusan Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dibakar dan dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam, siapa pun yang masih menyimpan Injil yang dilarang maka mereka akan dikenai hukuman mati. Suatu ancaman yang tidak main-main. Konsili Nicea menjadi ‘kemenangan besar’ bagi Gereja Paulus. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
———————–
[1] Dikutip dari ‘Langit Merah di Atas Salib’ Hindun al-Mubarak, Imanuel Press, Nov. 2005, hal. 41-43.
[2] Dr. M. Ataur Rahim; Misteri Yesus Dalam Sejarah; Pustaka Da’i; cet.1, Nop.1994; hal. 36.
0 comments:
Post a Comment