Bagi sebagian kalangan, peristiwa ambruknya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di New York dalam serangan pesawat komersial lebih tepat diartikan sebagai peristiwa World Trade Conspiracy. Betapa tidak, peristiwa inilah yang oleh kelompok neo-konservatif Gedung Putih dan Pentagon yang mengelilingi Presiden George W Bush, dijadikan momentum bagus untuk memulai menabuh genderang perang terhadap kekuatan umat Islam di seluruh dunia. Kekuatan ini mereka sebut sebagai teroris.
Bush sendiri pernah slip of tongue atau ‘keselip lidah’ menyebut momentum perang terhadap ‘terorisme’ sebagai perang salib baru (The New Crusade). Walau kemudian pernyataan ini diralat, namun pada hakikatnya ucapan yang keluar dari mulut Bush pertama kalinya itu merupakan ucapan yang jujur.
Sikap rakyat Amerika sendiri pada awalnya mempercayai bahwa teroris Islam berada di balik serangan yang menyebabkan dua menara tertinggi dunia ini runtuh. Namun seiring dengan berjalannya waktu, muncul kejanggalan demi kejanggalan yang membuat mereka perlahan namun pasti mulai berpikir kritis. Kejanggalan-kejanggalan yang muncul ke permukaan sungguh-sungguh mengusik nurani jika dibiarkan.
Apalagi Komisi Penyelidik Kasus WTC bentukan pemerintah sendiri mengenyampingkan semua bukti-bukti, bahkan keterangan saksi mata seperti William Rodriguez, dan bersikeras bahwa serangan itu disebabkan oleh kelompok teroris Islam. Padahal fakta-fakta yang banyak sekali muncul mengarah kepada keterlibatan Gedung Putih dan Pentagon, juga Mossad, dalam peristiwa yang merenggut banyak sekali nyawa orang Amerika yang tak berdosa. Bagaimana ini semua terjadi dan apa yang sesungguhnya hendak dicapai dengan adanya peristiwa ini?
ONE POCKET 9.11
Untuk menguak “kebenaran tentang teror 11 September” diperlukan satu paket pengetahuan pra kejadian dan sejarah tentang segala keterlibatan sebelum malapetaka itu terjadi. Dengan terbongkarnya dua catatan FBI pertengahan Mei 2002, maka kaitan-kaitan yang berhubungan satu dengan lainnya mulai muncul perlahan-lahan ke permukaan.
Kilasan di bawah ini dikutip dari “Timeline” yang disusun Mike Ruppert dalam situsfromthewilderness.com, yang pertama kali dipublikasikan pada bulan November 2001 dan secara kontinyu diperbaharui[1]. Setiap penjelasan dapat dilihat pada situs tersebut di atas. Dan untuk buku ini, saya menyertakan penambahan di sana-sini agar kita bisa lebih mendalami latar belakang kejadian tersebut.
1991-1997
Perusahaan minyak kelas kakap AS seperti Exxon Mobil, Texaco, Unocal, BP Amco dan Shell menyediakan dana sebesar tiga miliar dollar untuk menyuap pimpinan negara Kazakhstan, agar bisa memperoleh hak untuk mengebor cadangan minyak yang sangat besar yang diketemukan di kawasan itu. Perusahaan-perusahaan minyak tersebut berkewajiban di masa depan untuk menanam 35 miliar dolar di Kazakhstan. Masalahnya, sambungan pipa minyak yang tersedia merupakan milik Rusia dan Moskow mematok harga yang tinggi buat penggunaan seluruh jaringan pipanya. Sebab itu, perusahaan-perusahaan minyak AS itu mengadu kepada “International Relations Committee” di parlemen dan menyatakan bahwa mereka tidak mampu untuk menguasai jaringan pipa tersebut dan tidak bisa untuk mengalirkan minyaknya sepanjang tidak adanya kekuasaan yang berada dalam genggaman tangan mereka.
4 Desember 1997
Delegasi Taliban diterima sebagai tamu di markas besar Unocal di Texas, AS, untuk melakukan perundingan tentang rencana pembangunan jaringan pipa melalui wilayah Afghanistan. Seperti yang dapat dipetik dari beberapa berita, perundingan itu mengalami kebuntuan karena Thaliban bersikeras agar pihaknya menerima hasil keuntungan dari bisnis tersebut dalam jumlah yang tidak disetujui AS.
12 Februari 1998
Wakil Presiden Unocal, John J. Maresca—nantinya ditunjuk menjadi Dubes Khusus di Afghanistan, mengatakan di depan Parlemen AS, bahwa tanpa satu pemerintahan yang bersatu dan yang ramah terhadap AS di Afghanistan, maka tidak mungkinlah dibangun jaringan pipa yang aman.
April 1998
CIA tidak memperdulikan peringatan yang datang dari anggotanya Robert Bear, agen CIA yang ditugaskan untuk memantau daerah Timur Tengah, bahwa Arab Saudi telah memberikan tempat persembunyian dan perlindungan kepada kelompok Al-Qaeda, yang dipimpin oleh dua tokohnya. Bear menyatakan dirinya telah memperlihatkan satu dokumen rahasia berisi daftar nama tokoh-tokoh Al-Qaeda dan hendak menyerahkannya ke Dinas Rahasia Arab Saudi pada bulan Agustus, tetapi Dinas Rahasia Arab Saudi tidak percaya dan menolaknya.
Musim Panas 1998 dan 2000
Sebagai utusan perusahaan swasta Carlyle Group, perusahaan senjata nomor sebelas di AS, mantan Presiden George Bush melakukan kunjungan ke Saudi Arabia. Di sana ia mengadakan pertemuan privat dengan keluarga kerajaan dan keluarga bin Laden. Antara Dinasti Bush dengan Dinasti bin Laden memang telah lama bekerjasama dalam bisnis minyak bumi. Kedua Dinasti ini malah sudah terbiasa saling mengunjungi secara pribadi.
Januari 2001
Pemerintah Bush memerintahkan FBI dan CIA agar tidak meneruskan upaya pelacakan terhadap segala aktivitas keluarga bin Laden. Perintah Bush ini juga berlaku buat dua anggota keluarga Usamah bin Laden (Abdullah dan Omar) yang tinggal di Falls Church, Virginia. Rumah mereka bertetangga dengan Markas Pusat CIA. Perintah baru Bush tersebut bukan yang pertama, namun kali ini lebih tegas dan membuat banyak penyidik merasa frustasi.
12 Februari 2001
Dalam pemberitaan tentang proses pengadilan terhadap beberapa orang yang dituduh menjadi anggota Al-Qaeda, koresponden kantor berita UPI yang menangani des terorisme membongkar fakta bahwa National Security Agency (NSA) telah menyadap sistem komunikasi Usamah bin Laden. Ini membuktikan bahwa NSA sebenarnya mengetahui jika Al-Qaeda akan melancarkan serangan teror ke WTC di New York AS. Ini pun jika benar Al-Qaeda yang melakukan.
Mei 2001
Menteri Luar Negeri Collin Powell mentransfer 43 juta Dolar kepada rejim Taliban. Pembayaran ini dimaksud sebagai uang ganti rugi untuk para petani yang menjadi miskin lantaran panen opium mereka dimusnahkan oleh rejim Taliban.
Mei 2001
Wakil Menlu Richard Armitage, mantan agen karir dan anggota pasukan khusus Navy, dan Direktur CIA, George Tenet, melakukan kunjungan resmi ke India. Dari sana, delegasi Tenet secara diam-diam mengunjungi Pakistan, dan menemui Presiden Pervez Musaraf, seorang presiden Negara Islam Pakistan, namun Mussaraf sendiri sebenarnya bukan Islam melainkan seorang Ahmadiyah Qadiani yang dekat dengan Yahudi. Sejak lama, Armitage mempunyai hubungan akrab dengan Dinas Rahasia Pakistan ISI dan ia diberi tanda jasa tertinggi negara itu. Orang dapat berkesimpulan, bahwa dalam kunjungan tak resmi di Islamabad itu, Tenet bertemu dengan kolega Dinas Rahasianya, Mahmud Ahmed. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
—————————
[1] One Pocket 9.11 diatas dikutip dari buku “Konspirasi, Teori-teori Konspirasi & Rahasia 11.9”, Mathias Brockers, (edisi Indonesia diterbitkan oleh PT Ina Publikatama, Jakarta, 2003, hal. 343-352) seperti yang dimuat dalam Sawaramuslim.net.
0 comments:
Post a Comment