John N. Darby |
Beberapa contoh catatan kaki buatan Scofield, yang tidak terdapat dalam Injil sebelumnya, adalah:
- “Mereka yang menzalimi orang Yahudi niscaya akan bernasib buruk, (dan) mereka yang melindunginya akan bernasib baik. Masa depan akan membuktikan prinsip ini dengan cara yang luar biasa” (Catatan kaki 2, Genesis 12: 1)
- “Tuhan telah berjanji pada suatu janji pemberkatan tanpa syarat kepada negara Israel untuk mewarisi suatu wilayah tertentu untuk selama-lamanya” (Catatan kaki 2, Genesis 12:1)
- “Bagi suatu bangsa yang melakukan dosa berupa anti-semitisme—kepada mereka—akan menyebabkan penghukuman yang tidak bisa dielakkan” (Catatan kaki 3, Genesis 15: 1-7)
Akar ideologis kelompok Judeo-Christian atau Zionis-Kristen di AS, yang sekarang menjadi aras utama Kristen Amerika, sebenarnya bisa ditelusuri dari jejak Pendeta John N Darby yang berasal dari Gereja Skotlandia, sebuah denominasi dalam Gereja Anglikan dan pendiri Plymouth Brethen. Di muka kita telah banyak membahas bahwa Skotlandia merupakan ‘rumah utama pelarian para Templar dari Perancis’ dan di sinilah berdiri Rosslyn Chapel yang terkenal itu. Freemason juga lahir di Skotlandia.
Darby ini dipandang sebagai penggagas dan penyebar pertama tentang doktrin dispensasionalisme pra-millennial. Bersama Pendeta Edward Irving, Darby sangat gencar mempromosikan dispensasionalisme pra-millennial dalam tahun 1824-1833 di Inggris dan Skotlandia. Sejak 1862 John N. Darby banyak berkunjung ke Amerika Utara. Dalam kurun waktu 25 tahun ia telah mengadakan tujuh perjalanan propaganda ke Amerika. Selama berkeliling di Amerika, Darby berupaya menanamkan pengaruhnya atas para pemimpin gereja evangelis Amerika.
Yang menjadi pengikut Darby tercatat nama-nama seperti William E. Blackstone, James H. Brookes, Arno Gaebelein, Dwight L. Moody, dan Cyrus I. Scofield. Paham Injili Darby juga telah menyuburkan tumbuhnya sekolah-sekolah Alkitab, konferensi-konferensi tentang penggenapan “nubuat para nabi”, dan kelompok-kelompok kajian Alkitab.
Awalnya memang sebatas di dalam gereja evangelis AS namun kemudian dengan cepat menyebar menjadi sesuatu yang sangat akrab di dalam aras fundamentalisme Amerika Serikat, yang marak pada tahun-tahun 1875 hingga 1920.
Darby sendiri sesungguhnya tidak pernah sukses berkarir di tanah kelahirannya. Namun walau demikian ia berhasil melakukan kunjungan sebanyak tujuh kali ke Amerika dengan agenda kegiatan dan wilayah yang dikunjunginya sangat luas. Tentu semuanya itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan pengamat bahwa di belakang Darby sesungguhnya ada pemodal Zionis-Yahudi yang mendukung perjalanannya itu. Bukankah perjalanan Darby dalam rangka kepentingan mereka juga?
William E. Blackstone (1841-1935) tercatat sebagai salah seorang Zionis-Kristen pertama di Amerika. Blackstone amat gigih selama puluhan tahun memperjuangkan kepentingan bangsa Yahudi. Dia adalah seorang penginjil dan juga pekerja dari Gereja Episkopal Methodis, juga pendiri American Messianic Fellowship International (1887).
Blackstone menulis buku Jesus Is Coming (1887) dan sampai dengan tahun 1927 telah diterjemahkan ke dalam enam puluh bahasa dunia, termasuk Indonesia. Di bukunya itu, Blackstone berdalih bahwa orang-orang Yahudi memiliki hak-hak alkitabiah atas tanah Palestina dan mereka akan segera menempati kembali tanah itu. Kemunculan gerakan Zionisme merupakan satu isyarat Alkitabiah bahwa Kristus akan segera datang kembali (Balckstone tidak menyebut Yesus Kristus, melainkan hanya Kristus, yang dalam keyakinan Ordo Kabbalah adalah Yohannes Pembaptis).
Lebih dari itu, Blackstone juga menegaskan bahwa orang Kristen harus dan wajib mempersiapkan serta membuka jalan bagi kedatangan kembali Yahudi Diaspora untuk menempati Tanah Palestina.
Buku Blackstone ini telah dicetak ulang berkali-kali dan jadi buku yang paling luas pembacanya di abad ke-20. Kesuksesan Blackstone diikuti oleh terbitnya buku-buku dan novel-novel sejenis.
Dua penulis Kristen ultra-fundamentalis Amerika yang terkenal adalah Hal Lindsey (The Late Great Planet Earth, 1970) dan novel teologis Tim LaHaye (Serial Left Behind, 1995). Keduanya mengalami cetak ulang hingga sekarang telah beredar puluhan juta kopi di seluruh negara. Dalam novel-novel Left Behind, Yesus digambarkan bukan sebagai seorang manusia yang penuh kasih dan mengajarkan damai, tapi digambarkan sebagai seorang super hero, mirip Rambo, yang gemar membunuh orang dengan dalih melakukan kehendak Tuhan. Sebuah wajah Yesus yang haus darah, yang akan segera menghukum tanpa ampun siapa pun yang tidak percaya padanya atau yang menghalangi kehendaknya.
Jika hal ini kita sejajarkan dengan sikap dan citra Presiden George W Bush, misalnya, yang haus perang dan darah, maka kita akan menemukan benang merah yang sangat kuat bahwa Bush sesungguhnya terinspirasi oleh gambaran Yesus “Rambo” yang ditulis oleh penulis-penulis pendukung paham Darby dan Scofield.
Bagi siapa saja yang menginginkan paparan lebih rinci dan jelas mengenai Injil Scofield, silakan baca artikel Charles E. Carlson berjudul “The Zionist-created Scofield ‘bible’: The Source of the Problem in the Mid East, Why Judeo-Christians Support War.
DUA MATA PEDANG PROPAGANDA
Suatu perjuangan, apa pun namanya, selalu memerlukan dukungan opini masyarakat. Ini sangat disadari oleh Konspirasi Yahudi Internasional. Sebab itu sejak lama mereka telah berhasil menguasai bidang ini dengan mencengkeram nyaris seluruh kantor berita dunia, menguasai media massa dunia, televisi yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional, penerbitan buku dan majalah, radio, dan sebagainya.
Misi yang diemban propaganda mereka ada dua: Satu, menggiring opini masyarakat dunia untuk mendukung aktif atau minimal tidak mempersoalkan keberadaan Israel di Tanah Palestina. Misi yang kedua adalah menjadikan masyarakat dunia masyarakat yang tidak perduli, acuh, dan teralienasi dari gerak perkembangan politik dan peristiwa-peristiwa besar dunia.
Media propaganda yang kedua ini adalah dengan mencekoki dunia dengan kebudayaan sampah yang sama sekali tidak bersinggungan dengan peradaban dunia yang selalu bergerak dinamis. Kebudayaan sampah ini diberi ‘label’ yang begitu manis dengan selalu mengusung tema ‘cinta’. Di Indonesia, salah satu contoh terbaik adalah apa yang dilakukan oleh jaringan Zionis Internasional dengan mempergunakan kelompok musik DEWA untuk dijadikan garda terdepan dalam menumpas paham dan keyakinan ‘Fundamentalisme Islam’ lewat Budaya Pop. Padahal yang dimaksudkan dengan istilah ‘Fundamentalisme Islam’ adalah Islam yang kaffah, sesuatu yang memang diperintahkan oleh Allah SWT. Ini dengan tegas dinyatakan oleh mereka lewat situs libforall.com.
Tentang betapa kuatnya mereka mencengkeram dan menguasai sektor propaganda ini kiranya tidak perlu lagi dipaparkan di sini, karena sudah terlalu banyak buku-buku yang mengulas hegemoni mereka di bidang propaganda dan arus informasi dunia.
KESIMPULAN BAGIAN DUA
Senjata utama yang dipergunakan oleh Ordo Kabbalah, cikal bakal Zionis-Yahudi, adalah emas, militer, dan propaganda. Dengan ketiganya mereka merencanakan strategi penguasaan dunia menuju satu pemerintahan bumi, The New World Order. Dengan cara apa pun, jalan apa pun, strategi apa pun, mereka sekuat tenaga akan berjuang untuk mencapai tujuan akhir tersebut.
Dengan emas mereka menguasai sistem perekonomian negara-negara terkuat dunia, Inggris, Perancis, dan kemudian Amerika, dan akhirnya mampu mengendalikan mereka. Bahkan Amerika sepenuhnya telah menjadi kuda tunggangan mereka untuk memuluskan ambisinya.
Dengan militer, antara lain menguasai bisnis peralatan perang, bisnis tentara bayaran, mafia, dan bisnis militer lainnya, juga organisasi ketentaraan resmi di negara-negara dunia terkuat, mereka semakin melicinkan usahanya. Dari dentuman mesiu, ketakutan, teror, darah, konflik, dan nyawa, mereka menangguk keuntungan yang besar.
Selain itu, bisnis ini juga menciptakan kondsi di mana mereka menjadi ditakuti dan berkuasa di dalam menentukan kebijakan dunia. Yang terakhir adalah propaganda. Dengan senjata terakhir ini, opini masyarakat dunia digiring menuju satu keyakinan untuk mendukung keberadaan Israel di Tanah Palestina. Di sisi lain, dengan senjata propaganda ini mereka juga merusak agama-agama lainnya dengan kebudayaan sampah yang bernama kebudayaan Barat. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
0 comments:
Post a Comment