Kloningan

Tuesday, May 27, 2014

Alasan Jokowi Kalah Telak dalam Perang Udara

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Baru-baru ini Jokowi mengakui bahwa timsesnya termasuk Jasmev yang berhasil membawa dirinya memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta kalah dalam perang udara sehingga dia akan meminta pasukannya mengintensifkan serangan darat. Pertanyaannya apakah pengakuan ini benar dan bukan sekedar pencitraan? Sebagai orang yang melawan pasukan Jokowi selama dua tahun terakhir melalui media sosial maka saya dapat memastikan pasukan udara Jokowi kalah telak; habis; musnah, tidak berkutik dan hancur.

Maaf bila terkesan sombong tapi selama dua tahun terakhir tidak ada satu akun di media sosial milik pasukan udara Jokowi maupun simpatisan Jokowi yang dapat menang dan mempertahankan posisi mereka, baik ketika mereka menyerang lawan melalui kampanye hitam atau membanggakan kehebatan Jokowi, maupun ketika mereka sedang bertahan dari serangan saya.
Mengapa mudah mengalahkan tim sukses Jokowi di media? Karena satu-satunya senjata yang digunakan oleh Jokowi dan pasukannya adalah kebohongan, baik kebohongan mengenai lawan atau kebohongan mengenai Jokowi sendiri sehingga untuk mengalahkan mereka tugas kita cukup gampang yaitu menggunakan kebenaran untuk mematahkan kebohongan tim Jokowi. Ketika kebenaran itu terungkap maka nasib Jokowi dan pasukannya sudah dapat ditentukan, kalah telak dan pulang kampung.

Nah, mengadu kebenaran vs. kebohongan jelas jauh lebih mudah ketika berhadapan di internet sebab semua informasi ada di internet dan tugas kita hanya mencari dan menggali informasi tersebut; dan percayalah pasti ada informasi yang mematahkan kebohongan Jokowi. Sekalipun kita tidak menemukan, namun karena di internet ada berbagai macam orang maka pasti akan muncul orang yang menyediakan informasi yang tidak kita ketahui, dan karena itu orang awam tidak tertipu tipu daya Jokowi.

Keuntungan dalam perang udara ini tentu tidak bisa ditemukan dalam "perang darat" sebab informasi yang ada selalu satu arah; dari tim sukses Jokowi, yang tentunya penuh tipu muslihat dan kebohongan. Itulah alasan Jokowi sangat mengandalkan media massa bayaran seperti Tempo; Media Indonesia; detik.com dan lain-lain yang kuat dalam melakukan propaganda disinformasi karena penerima informasi tidak dapat mendapat segera memperoleh informasi pembanding untuk menyanggah sehingga mereka akan menerima informasi secara bulat-bulat.

Demikian pula gerilya kampung ke kampung atau seminar seperti agen MLM mencari downline yang dilakukan tim Jokowi, orang yang diajak diskusi sulit mendapat informasi yng bertentangan dan mereka mau tidak mau akan menerima bulat-bulat apapun kebohongan yang disampaikan oleh tim sukses Jokowi.

Singkatnya tim Jokowi kuat bila kampanye dilakukan dengan cara yang tidak interaktif di mana pertukaran informasi berlangsung satu arah, hanya dari tim Jokowi saja karena mereka memiliki jagoan dalam kampanye propaganda dan disinformasi sedangkan mereka lemah bila pertukaran informasi terjadi dua arah dan interaktif seperti di media sosial. Kita bisa ambil contoh, bila di koran Jokowi dipuji-puji berhasil mengurus Jakarta maka pembaca akan cenderung setuju karena tidak ada data pembanding, sebaliknya di internet orang bisa dengan mudah menunjukan bahwa Jokowi gagal total di Jakarta, mulai dari KJS yang membunuh pasien miskin sampai MRT sampai Waduk Pluit yang terbelengkalai.

0 comments:

Post a Comment