Kloningan

Saturday, May 17, 2014

Poros PDIP dan Gerindra Yang Aneh

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Sedikit bosan menulis tentang Jokowi sekarang saya mau menulis tentang suatu fakta yang sangat aneh terkait Poros PDIP dan Poros Gerindra. Untuk sementara ini dengan asumsi Golkar-Demokrat akhirnya berkoalisi maka Poros PDIP terdiri dari PKB; NasDem; dan Hanura, sedangkan Poros Gerindra terdiri dari PPP; PAN; dan PKS.

Nah, banyak yang mengatakan bahwa Poros PDIP adalah poros yang adem ayem sedangkan Poros Gerindra kocar kacir, tapi sebenarnya pemikiran tersebut salah sebab Poros PDIP bahkan tidak bisa menentukan cawapres sebelum Golkar memutuskan mitra koalisi, baik PDIP atau Demokrat. Hanya melalui koalisi dengan Golkar-lah baru PDIP bisa mengajukan JK sebagai cawapres sebagaimana diusulkan oleh NasDem sedangkan ARB yang tidak mau tekor masih berusaha untuk maju capres.

Sementara itu dukungan dari mitra koalisi pada masing-masing poros sebenarnya tidak terlalu solid sebab tampak sekali keputusan berkoalisi tidak melihat dukungan akar rumput masing-masing dan sekedar berdasarkan kedekatan elit politik, dan Poros PDIP bukan pengecualian.

Dalam Poros PDIP sudah sangat jelas bahwa dari PKB nyata-nyata Ketua PBNU Said Aqil; keluarga Gus Dur dan Rhoma Irama mendukung Prabowo; dari NasDem ternyata Rachmawati Soekarnoputri tidak terlalu sreg dengan Jokowi sebagai capres karena meragukan kemampuannya; dari Hanura sebelum ini seorang elit Hanura mengumumkan resmi berkoalisi dengan Gerindra namun hari yang sama Wiranto malah bertemu Megawati, selain itu Fuad Bawazier mengatakan bahwa ada sebagian akar rumput yang ingin berkoalisi dengan Gerindra. Di tubuh PDIP sendiri juga demikian dukungan untuk Jokowi tidak solid dan dukungan untuk cawapres lebih tidak solid lagi karena ProJo menginginkan Abraham Samad; kubu Tancho ingin Puan Maharani sementara kubu NasDem-Jokowi ingin JK.

Dalam Poros Gerindra juga demikian, Muhammadiyah menyatakan netral; PPP menyatakan bila cawapres Hatta Rajasa maka pemilih mereka bisa pindah ke Jokowi, sementara PKS seperti biasa suam-suam kuku. Bila diperhatikan maka sebenarnya Poros Gerindra lebih stabil dan tidak terlalu ada goncangan politik yang berpotensi menurunkan elektabilitas, setidaknya di Poros Gerindra semua partai termasuk elit di daerah bisa menerima siapapun cawapres yang dipilih Prabowo selama sudah dibicarakan dengan forum koalisi, sementara kubu Poros PDIP malah ProJo; DPC Solo yang dikuasai Jokowi berani menyatakan keberatan bila Puan Maharani yang terpilih menjadi cawapres.

Gonjang-ganjing Puan sebagai cawapres Jokowi sebenarnya jebakan dari Megawati untuk memancing orang-orang dalam PDIP yang tidak setia pada partai sebelum dia menyerahkan PDIP kepada Puan Maharani. Orang-orang ini akan "dibereskan" Mega setelah pilpres selesai. Megawati sendiri sebenarnya tidak memaksa Puan harus jadi cawapres sebab dia masih ada skenario kedua yaitu Prananda sebagai cawapres sedangkan Puan akan menjadi Ketua DPR dan M Prakoso menjadi Ketua MPR.

Sementara itu dalam Poros Golkar-Demokrat (bila jadi) juga menunjukan cairnya dukungan dalam Kubu Golkar, ada yang mau berkoalisi dengan Gerindra; ada yang mau berkoalisi dengan PDIP terutama kubu Luhut Panjaitan; dan kubu ARB mau berkoalisi dengan Demokrat untuk menciptakan poros ketiga untuk bersaing.

Melihat cairnya dukungan dari setiap mitra koalisi maka tidak dapat dipungkiri bahwa pada akhirnya faktor figur akan lebih menentukan daripada jumlah partai yang menjadi mitra koalisi. Dengan demikian Prabowo; Jokowi; ARB akan saing bersaing dengan kefiguran mereka, dan bila tidak ada yang curang maka figur terbaik yang akan menang. Tentu saja tidak ada alasan menolak Prabowo hanya berdasarkan alasan "pelanggaran HAM" dan "tekanan internasional", ini adalah pemilu Indonesia bukan pemilu luar negeri. Di Austria ada kandidat presiden bernama Kurt Waldheim yang ditolak "lembaga HAM internasional" karena dituduh terlibat NAZI akhirnya terpilih dengan cukup telak karena rakyat Austria muak dengan tekanan internasional dan hal ini membangkitkan nasionalisme mereka. Jadi pilihlah sesuai keinginan anda dan jangan kuatir dengan "tekanan dunia internasional" atau apapun juga.

0 comments:

Post a Comment