Kloningan

Friday, May 16, 2014

Boneka Plastik Bernama Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Apakah anda pernah melihat boneka plastik yang cukup populer di kalangan anak perempuan keluaran perusahaan Mattel inc bernama Barbie dan Kent yang wajahnya selalu tersenyum dengan tangan dan kaki bisa digerakan. Mattel inc juga menyediakan berbagai aksesoris tambahan seperti rumah, mobil dan berbagai model baju untuk dipadu padankan dengan boneka tersebut sesuai selera anak perempuan yang sedang memainkan. Biasanya anak-anak akan bermain peran (role playing) menggunakan boneka lengkap dengan dialog-dialog seolah diucapkan oleh boneka tersebut.

Selain boneka keluaran Barbie dan Kent di atas, ada juga boneka yang disebut action figure yang berasal dari tokoh-tokoh animasi untuk anak laki-laki lengkap dengan aksesoris tambahan baik berupa senjata seperti senjata api atau pedang. Cara memainkannya juga sama yaitu secara bermain peran (role playing) menggunakan dialog yang berasal dari si anak seolah diucapkan oleh karakter boneka action figure yang sedang dimainkan.

Salah satu fungsi boneka selain pajangan untuk dilihat orang-orang adalah dimainkan secara role playing dan sehubungan dengan boneka dan fungsinya tersebut baru-baru ini rakyat Indonesia memperoleh konfirmasi keberadaan capres bernama Jokowi ternyata hanya boneka dari Megawati yang berniat maju sebagai capres namun elektabilitasnya rendah sehingga dia mengajukan Jokowi yang lebih populer dengan pemikiran kebijakan yang diambil Jokowi nantinya akan dikendalikan oleh Megawati atau anaknya, Puan Maharani.

Konfirmasi bahwa Jokowi adalah capres boneka diberikan Megawati saat deklarasi dukungan kepada pencapresan Jokowi beberapa hari silam dengan mengatakan bahwa Jokowi adalah capres namun harus selalu ingat dirinya tetap petugas partai yang wajib melaksanakan semua perintah yang datang dari partai. Sebagai boneka partai maka bisa dimaklumi ketika dalam suatu acara di mana Mega menyampaikan pidatonya tahun lalu Jokowi berada di sampingnya mengenakan seragam satgas PDIP lengkap dengan baret merah, pemilik boneka memang bisa mengenakan pakaian apapun pada bonekanya.

Setelah sebelumnya dipakaikan baju satgas, kali ini untuk kepentingan pencitraan, Jokowi dipakaikan kemeja putih, celana hitam dan sepatu hitam, kemudian diambil fotonya dalam pose berdiri dilengkapi dengan harga masing-masing aksesoris yang digunakan Jokowi yang total harga sebagaimana tertera di dalam gambar berjumlah Rp. 280.000,00. Gambar ini untuk menunjukan bahwa boneka bernama Jokowi adalah boneka untuk rakyat banyak; pemimpin boneka yang merakyat, inilah Indonesia hebat, menyuguhkan pemimpin boneka.

Terus terang saja gambar tersebut membuat saya tertawa dalam hati, apakah ada rakyat Indonesia yang bisa ditipu dengan gambar yang jelas-jelas dagelan tersebut? Pertanyaan yang harus dijawab Jokowi dan PDIP berkenaan dengan pesan "Jokowi merakyat" terbukti harga bajunya murah meriah adalah:

a. Apa hubungan pakaian yang dikenakan seseorang dengan kemampuannya memimpin? Dalam ilmu manajemen manapun jawabannya adalah tidak ada sebab kemampuan memimpin adalah inheren dalam diri seseorang, sedangkan pakaian hanya aksesoris; dan

b. Apa bukti harga baju yang dikenakan Jokowi memang sesuai dengan yang tertera di poster? Baju putih dan celana hitam memang sederhana, tapi sederhana bukan berarti harganya ikut murah. Lagipula gaya berpakaian seperti ini sudah bertahun-tahun menjadi gaya Dahlan Iskan, berarti sebagaimana kasus "Ketahanan Pangan" yang mencatut program Gerindra; "Revolusi Mental" yang mencatut ide Romo Benny-Romo Mangun; pernyataan dirinya "anak desa" dan "menjadi walikota, gubernur, capres" adalah kecelakaan meniru Presiden Soeharto, demikian pula aksesoris Jokowi kali ini mencatut Dahlan Iskan.

Fakta bahwa Jokowi boneka juga menjelaskan kenapa segala hal tentang Jokowi bersifat artifisial; kosmetik; simbolis; dan plastik yang di permukaan terlihat kuat, indah dan bagus  namun meleleh bila terkena panas sedikit saja. Coba kita ingat kedatangan Jokowi pertama kali menggunakan mobil Esemka yang membangkitkan jiwa nasionalisme rakyat Indonesia serta menjadi simbol Jokowi adalah pemimpin di kota kecil yang bercita-cita besar bagi Indonesia, ketika diperiksa ternyata Esemka bukan saja meniru desain mobil China tapi onderdilnya juga cabutan dari mobil-mobil lain, dan sekarang Esemka mangkrak. Demikian juga halnya dengan proyek normalisasi Waduk Pluit dengan fokus pada pembangunan taman yang indah sebagai sarana pencitraan bahwa dalam waktu singkat Jokowi mampu mengubah waduk yang kumuh menjadi indah, tapi ini artifisial karena pembuatan Taman di samping waduk tidak ada hubungan dengan pekerjaan normalisasi waduk itu sendiri, dan sekarang seperti Esemka, normalisasi waduk pluit sudah mangkrak.

Sifat boneka Jokowi sebenarnya sudah terlihat sejak dia menjadi Walikota Boneka sementara wakilnya, FX Hadi ketua PDIP Solo adalah Walikota sebenarnya yang sulit mencalonkan diri karena terbentur agama; demikian pula di Jakarta dia adalah Gubernur Boneka sementara wakilnya Ahok adalah Gubernur sebenarnya yang lagi-lagi sulit mencalonkan diri karena terbentur agama dan suku. Singkatnya Jokowi adalah tipe manusia yang begitu rakus jabatan hingga dia rela menjadi boneka siapapun asal bisa menduduki jabatan publik.

Sifat boneka inilah yang menyebabkan Amerika Serikat yang telah memantaunya sejak tahun 2006 sebagaimana bocoran Wikileaks memilih Jokowi untuk melancarkan operasi intelijen dengan para purnawirawan bekas kelompok Benny Moerdani untuk menjegal Prabowo yang sulit terbendung dengan menciptakan sosok fiktif dari Jokowi sebagai pemimpin bervisi hebat, pro rakyat, sederhana, dan nasionalis, ini semua tentu saja adalah karakter palsu sebab logikanya pemimpin nasionalis mana rela menjual lehernya kepada negara imperialis demi terpilih menjadi presiden Indonesia? Omong kosong, sama seperti omong kosong Soekarno tentang berdikari namun Indonesia saat itu malah mengalami ketergantungan kepada blok timur/komunis seperti Soviet dan RRC.

Sekarang sudah dapat dipastikan Jokowi akan maju bersama JK dan bila mereka menang maka sama saja yang menang adalah triumvirat Megawati-JK-Surya Paloh. Pemerintahan Jokowi-JK akan membawa kepentingan Megawati dan Surya Paloh yang sudah disetujui akan menjadi pembuat kebijakan di belakang Jokowi-JK.

Anda bayangkan sendiri seberapa berbahaya situasi di atas.

0 comments:

Post a Comment