Kloningan

Saturday, May 10, 2014

Seberapa Jauh Jokowi Akan Play Victim?

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Tulisan ini terinspirasi dari kultweet yang dibuat oleh akun @ragilnugroho di chirpstory. Inti kultweet tersebut adalah Jokowi dan tim suksesnya sedang memainkan strategi ala Opsus pimpinan Ali Moertopo yang terkenal zaman Orde Baru yaitu: ciptakan musuh; tuduh orang lain adalah dalangnya dan kemudian menghancurkan sang dalang fiktif sekalian bersama sang musuh fiktif. Dalam hal ini tim sukses Jokowi akan menciptakan sebuah kondisi sehingga seolah-olah Jokowi dianiaya lawan dan menimbulkan simpati masyarakat kepada dirinya.

Kultweet diakhiri dengan sebuah peringatan bahwa mungkin saja tim sukses Jokowi akan bertindak lebih jauh dalam usaha mereka menempatkan Jokowi sebagai pihak yang dianiaya dan dizolimi dengan membuat sebuah kerusuhan massal terhadap etnis Tionghoa dan kemudian menuding Prabowo sebagai pelakunya. Bila prediksi mengerikan ini sungguh terjadi maka kemenangan sempurna bagi kubu Jokowi, meraih kursi presiden dan sekaligus menghancurkan lawan politik.

Prediksi tersebut tentu hanya khayalan yang tidak mungkin terjadi kan? Pasti pemilik akun tersebut sekedar paranoid kan? Terus terang saya juga tidak tahu apakah Jokowi dan tim suksesnya akan bertindak sejauh itu demi sebuah kursi kekuasaan yang belum tentu akan dia lewati dengan selamat sebab selalu ada kemungkinan DPR menginisiasi proses impeachment ke Mahkamah Konstitusi untuk seandainya kinerja Jokowi minus. Terlepas dari masa depan ada di tangan Tuhan, namun ada beberapa hal yang patut dicermati dari kultweet tersebut sehingga kita bisa mempersiapkan payung sebelum hujan sebab sesal di akhir tiada guna.

Yang perlu dicermati adalah keberadaan Hendropriyono, mantan kepala BIN dan intel kesayangan Megawati yang terlibat pembunuhan Munir nan misterius itu. Saat masih aktif di dinas militer Hendropriyono masuk kelompok ABRI Merah Putih pimpinan Benny Moerdani yang melawan kelompok ABRI Hijau pimpinan Prabowo. Tidak heran saat Hendropriyono ikut menyeberang bersama Benny Moerdani yang mau menaikan Megawati sebagai presiden pengganti Soeharto. Benny Moerdani sendiri adalah murid dan pewaris tunggal Ali Moertopo pencipta strategi "menciptakan musuh dan menuduh orang lain dalangnya".

Operasi intelijen Benny Moerdani untuk menaikan Megawati sungguh rumit karena pertama dia harus memprovokasi Megawati sudah berada di zona nyaman untuk bangkit melawan Soeharto. Saya akan menguraikannya pada kesempatan lain, tapi sekarang saya mau bercerita akhir dari operasi intelijen tersebut yaitu penyerbuan yang dipimpin SBY dan Sutiyoso terhadap markas PDI yang diduduki masa Megawati yang didukung Agum Gumelar dan Hendropriyono dan berakhir dengan kerusuhan massal yang semua kesalahan ditimpakan kepada Soeharto dan melambungkan nama Megawati.

Belakangan baru ketahuan bahwa Benny Moerdani, Megawati, SBY, Sutiyoso, Agum Gumelar dan Hendropriyono berada pada satu kubu yang sama, terbukti dua hari sebelum kejadian Benny menghubungi Megawati untuk menginformasikan datangnya penyerbuan dan tidak ada langkah apapun yang dilakukan Mega. Selanjutnya pada era Presiden Megawati, SBY, Sutiyoso, Agum Gumelar dan Hendropriyono mendapat kedudukan politik yang sangat tinggi dan terhormat.

Karena Benny Moerdani sudah mangkat maka patut diduga Hendropriyono menjadi pewaris jaringan intelijen Ali Moertopo dan Benny Moerdani maka saya tidak heran dengan keberadaan desas-desus yang santer bahwa Hendropriyono mendalangi berbagai kerusuhan rasial di era Gus Dur. Bila desas-desus tersebut benar, maka dengan mengikuti prinsip follow the money cukup jelas yang diuntungkan dengan tidak stabilnya pemerintahan Gus Dur adalah sang wakil, Megawati Soekarnoputri.

Karena Jokowi mempunyai modal untuk menjalankan operasi intelijen ala opsus dari pewaris seni opsus itu sendiri; pertanyaan selanjutnya apa Jokowi memiliki pemikiran untuk mengarang cerita bahwa dia adalah capres yang tertukar, eh, maksud saya, dia adalah capres yang teraniaya lawan politik yang sangat kejam? Atau dalam istilah populer, play victim?

Sebagaimana saya tulis dalam artikel lalu, faktanya Jokowi memang terbukti mengarang cerita tentang dia disadap dan dia mau dibunuh dengan bom. Dalam perjalanan selanjutnya ada beberapa pendukung Jokowi dari purnawirawan (saya lupa siapa) yang memberi pesan kepada Prabowo supaya jangan membunuh Jokowi hanya karena bersaing di medan pencapresan. Jadi belum apa-apa kubu Jokowi sudah memainkan play victim dan meletakan kesalahan kepada Jokowi.

Sehubungan dengan "ancaman pembunuhan" tersebut kita juga ingat aksi lebay dan berlebihan sampai tahap hiperbola dari Jokowi yang tiba-tiba saja menggunakan pengawalan satpol PP dan polisi seolah-olah dia adalah target pembunuhan. Ini adalah bukti pertama yang terang benderang bahwa Jokowi sedang menjalankan strategi opsus dengan menciptakan hantu krisis fiktif dan mempersalahkan orang lain atas krisis tersebut. Sebagai orang yang mempelajari strategi Ali Moertopo sejak menjatuhkan Soekarno saya dapat mengatakan yang dilakukan kubu Jokowi memang strategi yang sangat khas Ali Moertopo.

Bukti lain Jokowi sedang menjalankan strategi pura-pura dianiaya untuk melambungkan suaranya adalah dengan para pendukungnya selalu mempolitisasi bencana di Jakarta seperti kebakaran demi kebakaran sebagai peristiwa yang disengaja untuk menjatuhkan Jokowi. Sungguh keji melakukan pencitraan di atas musibah yang dialami orang lain. Terakhir beredar iklan kematian Jokowi yang segera dibuat cerita oleh tim sukses Jokowi sebagai ancaman kepada jiwa Jokowi oleh lawan namun belakangan ketahuan yang pertama kali menyebar iklan yang menghebohkan itu adalah fanboi Jokowi yaitu Nophie Frinsta dan Tatang Badru Tamam via facebook yang setelah ketahuan akun mereka dimatikan.

Jadi Jokowi mempunyai kemampuan dan motivasi menjalankan strategi play victim ala Ali Moertopo, dan sejauh ini isi kultweet akun di atas benar semua, yang tersisa tinggal kerusuhan massal untuk menjatuhkan lawan sebagaimana Ali Moertopo menjatuhkan Presiden Soekarno dan Jenderal Soemitro, Benny Moerdani menjatuhkan Presiden Soeharto serta Hendropriyono menjatuhkan Presiden Gus Dur. Semoga Jokowi masih cukup waras untuk tidak melanjutkan play victimnya sampai ke tahap puncak strategi Ai Moertopo, kerusuhan massal yang memakan korban jiwa rakyat kecil tidak berdosa.
Mari berdoa untuk keselamatan bangsa ini.

0 comments:

Post a Comment