Kloningan

Tuesday, May 13, 2014

Bentuk Akhir Poros Koalisi Pilpres

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Dengan bergabungnya Hanura ke poros koalisi Gerindra secara resmi dan kemungkinan Golkar akan mendukung PDIP yang ditandai dari pertemuan ARB dengan Megawati di Bali dan dilanjutkan pertemuan di Singapura yang kabarnya adalah penyerahan mahar puluhan miliar dari Ical kepada Mega sebagai syarat Golkar menempatkan kadernya sebagai cawapres Jokowi maka menutup kemungkinan Demokrat membuka koalisi baru. Oleh karena koalisi Demokrat dan PDIP adalah tergantung pada Megawati yang masih sakit hati kepada SBY maka kemungkinan Demokrat akan masuk sebagai anggota koalisi Gerindra.

Dengan demikian bentuk final koalisi dalam menghadapi pertarungan di pilpres mendatang hanya ada dua kubu dan dapat dipastikan pilpres mendatang akan berlangsung satu putaran saja, yaitu sebagai berikut ini:
- Poros Gerindra dengan anggota PAN; PPP; PKS; Hanura; dan (mungkin) Demokrat mengajukan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa; dan
- Poros PDIP dengan anggota NasDem; PKB; dan Golkar mengajukan pasangan Jokowi-calon Golkar (kemungkinan JK atau Aburizal Bakrie).
Dinilai dari anggota peta kekuatan dua poros yang saling bertempur ini maka dapat dikatakan relatif seimbang, masing-masing partai pendukung maupun capres-cawapres memiliki nilai tambah dan nilai kurang di antara mereka sehingga dapat dipastikan pertarungan merebut kursi istana akan berlangsung seru dan sengit dari sekarang.
Sekarang saya akan coba memetakan kelebihan dan kekurangan masing-masing poros yang ada:

Poros Gerindra:
- Bergabungnya Hanura disertai rombongan Hary Tanoe dan televisi MNC harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Wiranto-Hary Tanoe gagal mendulang suara karena MNC tidak dimaksimalkan, dan dengan bergabungnya kubu demokrat yang ahli pencitraan seharusnya kali ini hasil akan lebih baik dari sebelumnya.
- Bergabungnya Demokrat akan memberi tambahan tenaga yang sangat kuat dan signifikan kepada Poros Gerindra karena bukan saja Demokrat adalah partai penguasaa saat ini namun juga bisa sebagai modal untuk kesinambungan program yang sudah berjalan ditambah program baru dari Gerindra sehingga tercapai pembangunan berkelanjutan.
- Sebagai partai, Demokrat memang sudah tidak sekuat lima tahun lalu namun nama SBY tetap memancarkan kharisma besar sebagai penguasa negara ini selama sepuluh tahun terakhir sehingga merupakan nama yang menakutkan semua pihak, siapapun itu.
- Serangan HAMBURGER terhadap Prabowo akan terus diulang namun dukungan Bapak Reformasi Amien Rais; keluarga korban Trisakti; putusan Komnas HAM 2006; dukungan almarhum Gus Dur dan putrinya; serta para aktivis 1998 di dalam maupun di luar Gerindra sudah lebih dari cukup untuk menangkal semua serangan berulang tersebut. Terbukti walaupun serangan kali ini jauh lebih kencang daripada tahun 2009 namun dampaknya malah jauh lebih kecil.
- Anggota koalisi Gerindra adalah koalisi yang loyal dan selain PKS, yang lain memiliki rekam jejak setia pada koalisi selama bergabung dengan koalisi Demokrat.
- Prabowo-Hatta adalah pasangan ideal yang saling melengkapi, Prabowo memiliki visi memperbaiki pertanian dan peternakan Indonesia sedangkan Hatta adalah mantan menteri koordinator SBY sehingga memahami road-map kebijakan yang sudah berjalan sehingga menjamin kelanjutan pembangunan dan tidak perlu mengulang dari awal lagi.
- Gerbong bawaan Hary Tanoe dari NasDem sangat militan, setia dan idealis sehingga seharusnya bisa membantu.
- Suara yang dibawa Rhoma Irama, barisan sakit hati PKB kemungkinan besar akan masuk ke Poros Gerindra karena Rhoma sudah minta pendukungnya untuk tidak memberikan suara ke capres manapun yang didukung PKB.
- Trio Wiranto-SBY-Prabowo adalah tiga nama yang jauh lebih dari cukup untuk meraih dukungan purnawirawan ABRI/TNI dan memiliki kekuatan besar untuk menghancurkan trik-trik licin dari purnawirawan di kubu Megawati seperti Hendropriyono dan Agum Gumelar. Hendro dan Agum mungkin murid Benny Moerdani, namun SBY adalah kaisar intelijen Indonesia hari ini yang mampu melakukan counter-intelligence terhadap gerakan keduanya.
- Bila dilihat dari partai pendukung maka hampir dapat dipastikan suara Islam puritan akan mendukung poros Prabowo.

Poros PDIP:
- Kekuatan terbesar poros ini jelas pada kekuatan media Surya Paloh dan media pendukung Jokowi seperti detik, Tempo dan lain-lain. Bila Golkar jadi bergabung maka akan bertambah saluran televisi besar membantu kekuatan mereka yaitu TVOne. Bila ini terjadi kita dapat menyaksikan untuk pertama kalinya TVOne dan MetroTV memberitakan berita yang senada, dan kita bisa berharap acara seperti Metro Pagi sampai ILC menayangkan topik HAM dari pagi sampai sore.
- Bila Golkar jadi bergabung maka akan menjadi kekuatan sekaligus kelemahan karena Surya Paloh dan ARB memiliki hubungan personal yang tidak baik. Bahkan alasan Surya Paloh keluar dari Golkar dan membentuk Nasdem adalah karena ARB. Demikiran pula cawapres Golkar siapapun itu baik JK maupun ARB tidak akan menaikan dukungan terlalu banyak kepada Jokowi, bila ARB malah bisa saja bukannya menambah malah mengurangi.
- Ada kemungkinan gerbong yang dibawa PKB tidak sesolid karena sebagian besar orang NU termasuk Ketua PBNU Said Agil dan kubu Rhoma Irama jelas mendukung Prabowo sehingga apakah PKB dapat memaksimalkan suara 10% yang mereka raih pada pileg mendatang bisa dipertanyakan.
- Jokowi memang sangat populer namun popularitasnya semakin hari semakin menurun yang terbukti dari usaha mereka melakukan Politik Dizolimi/Play Victim dengan Iklan RIP Jokowi. Selain itu ada berita bahwa sebentar lagi Kejagung akan menetapkan Jokowi sebagai tersangka dalam pengadaan Bus TransJakarta.
- Di dalam internal PDIP dukungan kepada Jokowi tidak solid, antara kubu Puan yang terus mendorong agar Puan menjadi cawapres Jokowi dan kubu ProJo yang menolak Tuan Puteri PDIP tersebut menjadi cawapres Jokowi.
- Sebagaimana dikatakan JK, Jokowi tidak memiliki independesi dan benar selama Jokowi adalah kader PDIP maka Megawati akan terus berusaha mengontrol demi mencegah senjata makan tuan. Selain itu keluarga Soekarno seperti Guruh meragukan pemahaman Jokowi tentang ajaran Soekarno.
- Kutu loncatnya Jokowi dan minusnya kerja Jokowi yang kasat mata di Jakarta akan menjadi salah satu batu penghalang Jokowi. Belum lagi visi misi Jokowi yang memplagiat pemikiran orang lain namun mengaku-ngaku sebagai hasil pikiran sendiri.
- Dana dan cukong Jokowi nyaris tidak terbatas, dan sekarang ditambah ARB, JK setelah sebelumnya ada Datoek Tahir; Edward Soerjadjaja; Chairul Tandjung; Anthony Salim; James Riady dan ratusan cukong lainnya sehingga yang harus diwaspadai adalah serangan fajar besar-besaran dari kubu Poros PDIP. Namun apabila intelijen Poros Gerindra bisa menelusuri politik uang tersebut dan melaporkannya ke Panwaslu maka hal tersebut dapat merusak kredibilitas Jokowi.
- Secara modal Prabowo memang tampak seperti gembel kurus kering bila dibandingkan dengan modal milik Jokowi namun tanpa serangan fajar dan kampanye uang maka sebanyak apapun uang para cukong tidak akan berguna karena yang akan bertarung adalah image Prabowo yang semakin menanjak melawan image Jokowi yang semakin menurun.
- Jokowi akan mengalami dilema memilih cawapres, bila ARB bisa menurunkan suara dan mengendalikan Jokowi, bila JK maka orang akan melihat dia akan menjadi presiden boneka yang dikendalikan JK seperti SBY, sedangkan Abraham Samad maka orang akan mengatakan semua puja-puji Samad termasuk penghargaan anti korupsi kepada Jokowi selama ini adalah bukti Samad memanfaatkan posisi sebagai Ketua KPK untuk membantu pencitraan capres yang akan menjadi pasangannya, sesuatu yang bukan tidak familiar dengan nama Samad sebab dia telah terbukti melakukan pelanggaran kode etik dengan membuka penyelidikan KPK kepada jurnalis.

Demikian kelebihan dan kekurangan poros masing-masing untuk menjadi pertimbangan kita semua dalam memilih.

0 comments:

Post a Comment