Kloningan

Monday, May 19, 2014

Poros Jusuf Kalla v. Poros Prabowo dkk

Leave a Comment
Berric Dondarrion

JK adalah capres dari Golkar tahun 2009 dan saat itu dia berpasangan dengan Wiranto dari Hanura sehingga dukungan Hanura kepada PDIP tidak aneh. JK adalah teman baik Surya Paloh sehingga dukungan NasDem kepada PDIP juga alamiah saja. JK adalah penolong Jokowi ketika usaha mebelnya mau bangkrut karena mebelnya ditolak Uni Eropa dengan alasan berkualitas rendah; JK adalah orang yang membawa Jokowi dari Solo untuk menjadi gubernur boneka dengan tujuan dicapreskan sehingga Jokowi berpasangan dengan JK sudah keharusan, apalagi dia berjanji memberi uang Rp. 10trilyun untuk dibagi-bagi antar mitra koalisi, siapa tidak tergiur?

Berdasarkan semua ini maka Poros PDIP lebih cocok disebut sebagai koalisi dagang sapi Poros Jusuf Kalla, toh sekalipun dia terpilih maka adalah JK yang menjadi presiden de facto sedangkan Jokowi hanya makan gaji buta dan aji mumpung blusukan ajak keluarga keluar negeri, mumpung dibayar negara.
Sementara itu kejutan datang dari kubu Prabowo yaitu kemungkinan bergabungnya Hary Tanoe dan gerbongnya sebagaimana diungkap oleh Fadli Zon, entah bergabung secara resmi dengan Gerindra atau mendukung dari luar dan kemungkinan deklarasi Golkar untuk mendukung kubu Prabowo tanpa memajukan capres/cawapres dari Golkar sebagaimana diungkap beberapa elit Golkar, termasuk juru bicara resmi Golkar, Tantowi Jahja. Untuk sekarang kita tunggu finalisasi dari rencana tersebut.

Apa pentingnya kehadiran Hary Tanoe dan Golkar? Pertama gerbong bawaan HT adalah bawaan dari NasDem yang sangat militan dan idealis, saat itu Hary Tanoe keluar dari NasDem krn Surya Paloh yang berada di Ormas NasDem mau merebut Partai NasDem secara ilegal padahal yang membesarkan Partai NasDem adalah Hary Tanoe dkk. Sebagai protes HT dan gerbongnya yang sangat idealis dan militan mengundurkan diri dan dapat tawaran dari Wiranto untuk bergabung. Saat Hanura kalah beberapa orang Hanura mengusir HT, dan mendukung Jokowi juga tidak berbicara dengan HT sehingga wajar dia kecewa dan mengganti dukungannya.

Ada suara bahwa HT gagal sebagai Ketua Bappilu tapi hal tersebut tidak benar juga sebab NasDem justru bisa seperti hari ini karena tangan dingin HT, sementara Surya Paloh sibuk bermain "ormas-ormasan" menggunakan MetroTV. Nah, bila HT jadi bergabung dengan Gerindra maka akan menjadi tambahan tenaga yang sangat signifikan sebab HT selain membawa gerbong muda dan idealis juga membawa MNC TV.

Adapun bila Golkar jadi bergabung maka menunjukan bahwa Prabowo bisa berkoalisi dengan Golkar tanpa harus menggadaikan ideologi sebab Prabowo lebih memilih untuk berkoalisi dengan Hatta Rajasa dengan PAN yang suaranya tidak terlalu tinggi daripada berkoalisi dengan Golkar yang suaranya lebih tinggi tapi cawapres adalah ARB. Permintaan ARB yang ditolak waktu itu adalah Lapindo dan penyelamatan Grup Bakrie, dan akhirnya disetujui JK dan Megawati sebagai konsesi JK boleh maju sebagai cawapres Jokowi yang tidak didukung Golkar. Bila Gerindra-Golkar jadi berkoalisi maka selain ada tambahan kekuatan televisi berupa TVOne tetapi juga infrastruktur Golkar.

Dengan asumsi skema di atas adalah skema final pada hari penutupan pendaftaran ke KPU, maka harus dikatakan bahwa Poros Jusuf Kalla dan Poros Prabowo seimbang, masing-masing memiliki kekuatan yang bisa dipromosikan dan kelemahan yang bisa dieksploitasi lawan. Kendati demikian yang pasti pilpres mendatang akan berjalan seru dan tidak ada yang boleh melakukan kesalahan sedikit saja atau akan fatal.
Sekilas mengenai Poros Jusuf Kalla vs. Poros Prabowo:

Poros Jusuf Kalla:
- Didukung capres boneka yang sangat populer tapi tidak bisa apa-apa.
- Di atas kertas mendapat dukungan trah Soekarno namun Megawati; Rachmawati; dan Guruh tidak percaya pada kemampuan Jokowi memimpin negara.
- Di atas kertas mendapat dukungan PKB; tapi Ketua PBNU dan Rhoma Irama mendukung Prabowo dan sebagian warga NU juga demikian. Cawapres pilihan PKB, Mahfud MD adalah ketua pemenangan

Prabowo-Hatta.
- Di atas kertas mendapat dukungan Hanura; tapi Hary Tanoe dan rombongannya mendukung Prabowo.
- Usia JK sudah sepuh; stamina menurun dan tidak secemerlang dulu.
- JK adalah penguasa Indonesia Timur melalui perusahaan Bukaka dan Bosowa.
- Di atas kertas PDIP mendukung JK tapi beberapa unsur termasuk unsur senior seperti Sabam Sirait menolak JK.
- Rp. 10 trilyun dari JK untuk mahar Megawati yang mungkin dibagi ke partai mitra koalisi.
- Metro TV.
- Di atas kertas NasDem mendukung Jokowi tapi sebagian mendukung Prabowo.
- Capres boneka sedang menghadapi masalah hukum berupa pengadaan bus TransJakarta.
- Dukungan cukong dan uang kampanye yang tidak terbatas.
- Program contekan dan tidak jelas.
- Kesepakatan JK-Ical untuk melindungi Grup Bakrie dan Lapindo bila JK menjadi presiden de facto.
- Jokowi pengusaha mebel gagal; walikota gagal dan gubernur gagal.

Poros Prabowo
- Dukungan penuh partai Islam, PPP; PAN; dan PKS.
- MNC TV dan Sindo.
- Penghianat dari dalam Gerindra bernama Ahok yang mau Jokowi jadi presiden supaya dia jadi gubernur.
- Di atas kertas didukung Golkar tapi sebagian pendukung akan mendukung JK.
- Keuangan terbatas.
- TV One.
- Di atas kertas Demokrat netral tapi SBY adalah besan Hatta Rajasa, mungkin ada bantuan dari Demokrat secara diam-diam walaupun tidak banyak.
- Program jelas, pasangan capres-cawapres saling melengkapi, Prabowo mengurus pertanian; Hatta Rajasa mengurus ekonomi dan bisa melanjutkan program SBY. Tidak ada overlapping wewenang.
- Pendukung pasangan ini sangat pluralis: ada Islam; Kristen; Tionghoa; Pribumi; nasionalis; agamis; teknokrat; mantan militer; pengusaha dan sebagainya.
Demikian untuk bahan pertimbangan bersama.

0 comments:

Post a Comment