Kloningan

Thursday, May 22, 2014

Kala Senjata Jokowi Memakan Dirinya Sendiri

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Sudah menjadi kebiasaan menjelang pemilu pada masa reformasi bahwa masing-masing pihak yang sedang berjuang memperebutkan kursi presiden dan calon presiden saling melempar kampanye negatif maupun kampanye hitam, dan tentunya tidak terkecuali Poros Prabowo dan Poros JK. Dari hasil pengamatan saya kampanye negatif dari Poros Prabowo memfokuskan "serangan"nya pada kinerja minus Jokowi dan JK di masa lalu, sedangkan semua "serangan" Poros JK lebih bersifat personal insult atau ad hominem, tapi sering kali karena "serangan" tersebut bersifat serabutan tanpa disadari malah sebenarnya bisa berbalik menyerang Poros JK atau senjata makan tuan, antara lain:

1. "Capres berkuda", ini sindiran untuk Prabowo sejak dia berkampanye naik kuda di Gelora Senayan, namun capres Poros JK, Jokowi juga sering naik kuda dan bahkan memakai kostum aneh seperti alien.

2. "Capres pelanggaran HAM", ini sindiran untuk Prabowo yang dituding "menculik aktivis" kendati tahun 2006 Komnas HAM sudah membebaskan Prabowo dari tuduhan "penghilangan aktivis". Walaupun demikian pelanggar HAM justru lebih kental di kubu Poros JK, ada Hendropriyono yang meracuni Munir; ada Megawati yang melancarkan DOM di Aceh dan membunuh ribuan orang dan bekerja sama dengan Benny Moerdani meletuskan Peristiwa 27 Juli 1996; ada Wiranto, Panglima ABRI saat "penculikan aktivis", "kerusuhan Mei", "pembantaian Timor Timur pasca referendum", dll.

3. "Lumpur Lapindo", Seknas Jokowi kemarin "mendekati" korban Lumpur Lapindo, dan mengatakan jangan memilih capres yang menggunakan APBN untuk menutupi kerugian perusahaan, ini tentunya untuk menyindir Ical Bakrie yang berada di dalam tim Poros Prabowo. Namun yang tidak disadari Seknas adalah calon presiden mereka JK adalah orang yang memaksa pemerintah menyelamatkan perusahaan Bakrie dan menggunakan APBN untuk mengganti kerugian pada korban Lumpur Lapindo di Sidoarjo.

4. "Koalisi kocar kacir", sindiran ini karena elit PKS dan PPP sempat mengemukakan keberatan mereka atas Hatta Rajasa menjadi cawapres tanpa didiskusikan di forum koalisi, namun setelah selesai dibicarakan sekarang sudah tidak ada yang keberatan. Di sisi lain anggota "koalisi kurus" Jokowi justru sekarang berantakan, PKB kehilangan dukungan basis mereka, NU dan capres-cawapres mereka Rhoma Irama-Mahfud MD menyebrang ke kubu Poros Prabowo; demikian pula di Hanura yang menurut mantan Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier hanya membawa gerbong kosong karena massa Hanura pro Prabowo; belum lagi dari dalam PDIP, kubu Pro Mega menolak Jokowi-JK dan tidak akan mengikuti pemilu; kubu Pro Jokowi sudah menolak JK menjadi cawapres termasuk politisi senior mereka, Sabam Sirait dan lain sebagainya.

5. "Koalisi dengan syarat", ini sindiran karena sebagian pendukung Jokowi percaya pada bualan Jokowi bahwa partai yang berkoalisi dengan PDIP setuju pola kerja sama dan bukan pola bagi kekuasaan. Namun deminan faktanya adalah Sabam Sirait sudah mengungkap bahwa mahar JK kepada Megawati untuk menjadi cawapres Jokowi adalah Rp. 10trilyun.

6. "Poros pemulung", ini sindiran karena orang-orang yang dihianati anggota Poros JK berkumpul di Poros Prabowo, tapi ini berarti Poros JK adalah kumpulan penghianat yang tidak bisa pegang janji.

7. "Poros intoleran", ini sindiran karena di dalam Poros Prabowo ada PKS yang berasal dari Wahabi yang terkenal garis keras. Namun Poros JK tidak sadar bahwa di Poros Prabowo semua jenis suku, agama, ras, dan golongan terakomodir sehingga layak disebut sebagai "Poros Bhineka Tunggal Ika", sedangkan di Poros JK berkumpul orang seperti Raden Nuh admin Triomacan2000 yang terkenal rasis; Goenawan Mohamad-Todung Mulya Lubis yang mau merubah budaya Indonesia menjadi free society ala George Soros; Wiranto dengan FPI; Surya Paloh yang pernah kena kasus ROHIS-Gate; Sandrina Malakiano-Gate; dan lain sebagainya.

Saya kira tujuh contoh sudah cukup untuk menunjukan strategi yang senjata makan tuan dari kubu Poros JK.

0 comments:

Post a Comment