Kloningan

Tuesday, May 27, 2014

"Keturunan Cina", Politik Dizolimi Khas Jokowi

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Baru-baru ini saya menerima sebuah gambar berisi informasi sekilas mengenai keterlibatan ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo dalam pemberontakan PRRI/Permesta dan "otak di belakang Pabowo" adalah Hashim Djojohadikusumo, saudara kandungnya dan pada bagian bawah gambar tersebut terdapat tagline yang kira-kira berbunyi: "Mereka menyebar kebohongan mengenai Jokowi; maka kami mengungkap kebenaran mengenai Prabowo." Reaksi saya terhadap gambar ini adalah tertawa penuh ironi karena tampaknya tim Jokowi tidak memahami sejarah Indonesia; dan menganggap "bila adik membantu kakak berarti kakak adalah boneka adik", tapi yang paling lucu adalah tagline di bawah gambar.

Saya tidak tahu pasti "kebohongan tentang Jokowi" mana yang disebar oleh "tim Prabowo", namun saya bisa menebak informasi mana yang mereka maksud, sebab informasi yang lama beredar di masyarakat ini adalah satu-satunya yang terbukti tidak benar, yaitu "Jokowi keturunan Tionghoa; tidak bisa sholat; dan tidak paham agama Islam." Sepanjang pelusuran saya, tidak ada satupun "serangan" dari pihak Prabowo-Hatta yang menyerang latar belakang suku dan agama dari Jokowi; bilapun mereka menyerang pribadi Jokowi maka hal tersebut dilakukan dengan menyebut Jokowi boneka dan pembohong, keduanya adalah fakta yang sebenarnya.

Lantas siapa yang pertama kali menyebar informasi "Jokowi Tionghoa yang tidak bisa Sholat"? Akun Twitter Triomacan2000/TM2000 yang dikomandani oleh Raden Nuh. Siapa Raden Nuh? Kader dan caleg dari Partai Hanura serta simpatisan Wiranto. Partai Hanura anggota koalisi siapa? Anggota koalisi yang mendukung pencalonan Jokowi dan JK sebagai pasangan capres-cawapres; dan Wiranto adalah mantan pasangan JK ketika maju pada pemilu tahun 2009 lalu. Dengan kata lain serangan berbau rasis dan agama terhadap Jokowi berasal dari anggota koalisinya sendiri, politik dizalimi/play victim? tentu saja, bukankah dengan "terbukti Jokowi difitnah soal agamanya" telah menempatkan dia sebagai korban dan meraih simpati beberapa kalangan Islam, terutama NU dan Muhammadiyah padahal serangan tersebut dimulai oleh Raden Nuh, tim suksesnya sendiri?

Lho, TM2000 mendukung Jokowi? Terus terang saya juga kaget dan tidak percaya ketika mendapat informasi ini dari sebuah kultweet dari akun bernama @bang_dw, dia mengatakan bahwa TM2000 adalah akun kampanye disinformasi milik Hendropriyono, murid Benny Moerdani dan intel kesayangan Megawati yang tugasnya adalah membuat berita sesering mungkin tentang Jokowi sehingga tanpa sadar nama ini menjadi sering menjadi topik pembicaraan masyarakat, dan pada kalangan pers mempunyai ungkapan "tidak ada berita jelek atau berita bagus dalam kegiatan pencitraan." Saat saya membaca kultweet akun @bang_dw, posisi Hanura adalah akan bergabung dengan koalisi Gerindra, namun dalam kultweet diungkap Hanura pasti akan bergabung dengan PDIP. Sekarang faktanya mana yang terbukti benar?

Dengan kata lain kata "mereka" pada tagline "Mereka menyebar kebohongan tentang Jokowi" sudah pasti harus diganti dengan kata "Anggota timses Jokowi", sehingga tagline berubah menjadi "Anggota tim sukses Jokowi menyebar kebohongan tentang Jokowi."

Sebagaimana sudah pernah terungkap, politik dizolimi, politik play victim, politik menyakiti diri sendiri guna meraih simpati masyarakat, politik menyalahkan semua kejadian yang buruk kepada lawan untuk meningkatkan popularitas, politik menempatkan diri sendiri dalam posisi lemah atau apapun namanya merupakan strategi utama dan strategi satu-satu dari PDIP, kelompok Jokowi, dan belakangan JK mengadopsi untuk kepentingan pemilu.

Kita akan mengambil dua contoh yang terjadi minggu lalu selain isu "sholat dan agama", ada dua kejadian: 1. Posko PDIP di Setiabudi kebakaran, dan timses Jokowi langsung mengatakan Posko dibakar (siapa lagi, pasti oleh kubu Prabowo kan?), ternyata polisi menemukan posko terbakar bukan dibakar (mirip kasus Jokowi mengaku akan dibunuh karena kapal yang akan ditumpangi "meledak" padahal terbakar karena konsleting listrik); dan 2. Kampanye mengumpulkan sumbangan masyarakat demi dana kampanye bagi Jokowi yang "miskin" (ini mengulangi kampanye Pilgub DKI), padahal menurut informasi Sabam Sirait, mahar JK menjadi cawapres saja Rp. 10trilyun, dapat dibayangkan berapa besar "dana perang" kubu Jokowi dengan ratusan konglomerat besar di belakangnya?

Politik penuh kemunafikan ala Jokowi dan tim suksesnya ini sangat membantu saya dari terpengaruh kampanye super masif kubu Jokowi tentang betapa hebatnya Jokowi, karena saya tahu informasi dari tim Jokowi penuh kebohongan dan kemunafikan, sehingga apapun isi "kebaikan" Jokowi yang menjadi materi kampanye, hal tersebut dapat dipastikan sebuah kebohongan, dan biasanya sekalipun saya tidak menemukan kebohongan tersebut sekarang, suatu hari kebohongan tersebut pasti terungkap.

Yang munafik bukan kubu Jokowi saja; tapi hampir semua petinggi di dalam timnya termasuk anggota koalisi, antara lain terbukti dari beberapa fakta berikut:

1. JK misalnya baru tahun lalu mengatakan Indonesia dipimpin Jokowi akan hancur dan Jokowi tidak layak jadi presiden, tapi hari ini JK malah membayar Rp. 10trilyun untuk menjadi cawapres Jokowi;

2. Baru-baru ini JK mengatakan jangan memilih pasangan dengan dosa masa lalu, tapi bukankah tahun 2009, JK berpasangan dengan Wiranto yang jelas-jelas bermasalah dengan HAM?;

3. Jokowi membuat perjanjian politik dengan korban Lapindo namun yang berperan untuk menguras APBN demi membantu kesalahan Lapindo adalah JK;

4. PDIP mengatakan kebijakan ekonomi selama 10 tahun pemerintahan SBY sudah gagal dan pertumbuhan ekonomi tidak sehat, kalau begitu termasuk JK yang merupakan wapres SBY dan pengelola ekonomi Indonesia dari tahun 2004-2009; dan

5. Ketika masih jadi anggota konvensi Demokrat, Anies Baswedan mengkritik blusukan Jokowi sebagai pencitraan, sekarang dia malah mendukung Jokowi yang dua tahun berturut-turut hanya pencitraan di Jakarta.

Nah, sekarang pilihan di tangan anda, mau capres munafik; pembohong; boneka; dan suka menyalahkan orang lain atau mau capres yang apa adanya, tanpa polesan dan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri?

0 comments:

Post a Comment