Kloningan

Saturday, May 17, 2014

Darah Rakyat di Tangan Klik Benny Moerdani

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Artikel ini saya buat menyambut masuknya Hanura dan Wiranto ke dalam koalisi PDIP. Mengapa kejadian ini memiliki signifikansi penting? Karena tentu saja saya menantikan bagaimana kubu PDIP akan melanjutkan "operasi HAMBURGER" yang biasa mereka lakukan untuk mendiskriditkan kubu Prabowo mengingat Wiranto adalah Panglima ABRI ketika operasi penangkapan teroris yang sekarang disebut penculikan masih berlangsung sementara Prabowo sudah bukan danjen Kopassus dan menjadi Pangkostrad; Wiranto juga adalah Panglima ABRI yang lalai sehingga membiarkan terjadinya kerusuhan biadab tanggal 13-14 Mei 1998; Wiranto adalah Panglima ABRI saat pembantaian mahasiswa di Semanggi; Wiranto adalah dalang pembentukan Front Pembela Islam/FPI; Wiranto adalah Panglima ABRI saat pembantaian di Timor Timur pasca referendum; dan Wiranto adalah salah satu dalang kudeta terhadap Gus Dur yang membuktikan keberpihakan kubu militer kepada Megawati.

Supaya adil untuk Wiranto, di kubu Poros PDIP bukan hanya dia yang telah melanggar HAM sebab penasihat intelijen Megawati Hendropriyono adalah pembantai rakyat Lampung di Peristiwa Talangsari; Hendropriyono adalah dalang pembunuhan terhadap Munir (ada yang mengatakan Muchdi Pr, kawan Prabowo namun Pengadilan telah menyatakan dia tidak bersalah); dan Hendropriyono ada di kubu Megawati ketika Peristiwa 27 Juli 1996 meletus dan membakar Jakarta.

Sebagaimana diceritakan Rachmawati Soekarnoputri, saudara kandung Megawati, bahwa Megawati bersekongkol dengan Benny Moerdani untuk menaikan dirinya sebagai Ketua PDI; selain itu Dr. Soerjadi yang selama ini dipersepsikan adalah kelompok Orde Baru yang mendongkel Megawati dan mengumpulkan massa untuk mengusir kubu Pro Mega dari markas PDI sebenarnya adalah ANAK BUAH Benny Moerdani sendiri!

Bukti persekongkolan kelompok Benny Moerdani masih sangat transparan sebab mereka menjadi pendukung-pendukung Megawati sampai sekarang, dan terlibat dalam usaha mendorong PDIP melawan kubu musuh mereka, Prabowo. Kubu-kubu Benny Moerdani tersebut adalah Luhut Panjaitan yang terus menerus mendorong agar Golkar berkoalisi dengan PDIP; AM Hendropriyono; Agum Gumelar; Andi Widjajanto (anak Theo Syafeii dan pemimpin kubu Jokowi di dalam PDIP); Wiranto (pasca reformasi mendapat saran dari Benny Moerdani untuk menyingkirkan perwira yang masuk "ABRI Hijau" dari pos penting dan digantikan dengan perwira "ABRI Merah Putih" - Jusuf Wanandi, rekan Benny di CSIS mencoba berdalih bahwa perintah mengganti perwira datang dari mantan Presiden Soeharto); Ryamizard Ryacudu (menantu Try Sutrisno, murid Benny Moerdani), dll.

Kubu Benny Moerdani tentu saja sangat dendam kepada Prabowo yang melalui Grup 7 yang beranggotakan Kivlan Zein; Sjafrie Sjamsoedin; Ismet Huzairi; Muchdi PR dan lain-lain melawan kebijakan-kebijakan deislamisasi kubu Benny Moerdani, termasuk dengan mengganti perwira pro Benny di berbagai daerah, misalnya Warouw dan Sintong Panjaitan dari Timor Timur yang terlibat Pembantaian Santa Cruz namun masih mencoba menyalahkan pelakunya adalah "pasukan rahasia" pimpinan Prabowo dan Sjafrie Sjamsoedin. Grup 7 juga berhasil sukses menjaga pendirian ICMI dan CIDES padahal Benny Moerdani sempat bersumpah untuk menghancurkan semua usaha mendirikan lembaga khusus intelektual Islam.

Kubu Benny Moerdani tentu saja tidak asing dengan kekerasan pembantaian massal dan tentu saja melanggar HAM. Tanpa perlu mengungkit bahwa guru Benny, Ali Moertopo adalah dalang Kerusuhan Malari, kita bisa melihat bahwa berbagai kekerasan sepanjang Orde Baru seperti Operasi Seroja; Petrus; Pembantaian Tanjung Priuk; Peristiwa 27 Juli 1996; Kerusuhan Mei 1998 sampai berbagai kerusuhan era Habibie dan Gus Dur adalah dilakukan oleh kelompok Benny Moerdani.

Mungkin ada yang bertanya apa bukti kerusuhan setelah Orde Baru didalangi oleh kelompok Benny Moerdani? Saya beri tiga contoh sebagai berikut.

Contoh pertama, pembantaian di Timor Timur pasca referendum dilakukan oleh milisi-milisi pro integrasi, namun milisi-milisi tersebut memiliki hubungan dengan orang-orang dari kelompok usaha yang terafiliasi PT Batara Indra Grup milik Benny Moerdani! Banyak orang berkata bahwa kekayaan Timor Timur dirampok keluarga Cendana tapi mereka gagal membantah bahwa sejak operasi Seroja sampai awal tahun 1990an, Timtim adalah daerah tertutup yang tidak memperkenankan orang Indonesia dari daerah lain untuk masuk. Tidak sulit mengetahui siapa penguasa Timtim bila mengingat kemarahan Benny Moerdani dan kelompoknya (termasuk Sintong Panjaitan) ketika Presiden Soeharto tahun 1990 awal menyatakan sudah saatnya menjadikan Timtim sebagai daerah terbuka, mengapa? Jawabannya adalah keberadaan PT Batara Indra Grup yang menguasai perekonomian dan kekayaan alam Timtim.

Contoh kedua, mungkin tidak ada yang ingat dengan kerusuhan Kupang 30 November 1998 yang terjadi karena provokasi Theo Syafei yang berbau SARA sehingga membangkitkan kemarahan warga yang tersinggung mengakibatkan banyak rumah ibadah dan rumah penduduk dibakar. Akibat beredarnya kaset rekaman yang berisi ceramah provokatif tersebut berbagai ormas Islam seperti KISDI; ICMI; HMI; KAHMI; PPMI; DDII; BKSPPI dan API melaporkan Theo Syafeii ke Polda Metro Jaya. Tentu saja dia akhirnya melenggang bebas, di zaman itu siapa berani "menyenggol" jenderal Megawati yang merupakan bagian dari kelompok Benny Moerdani?

Contoh ketiga, singkat saja, hanya tiga huruf, DOM pada masa Megawati.

Nah, bagaimana dengan bintang utama kita, Prabowo? Tentu saja penangkapan teroris ketika itu adalah kebijakan Mabes ABRI menggunakan beberapa kesatuan, termasuk Kopassus ketika danjennya Prabowo guna menanggapi ledakan bom di Apartemen Tanah Abang dengan tersangka para aktivis PRD. Pembuat kebijakan adalah Feisal Tanjung dan Hartono yang kemudian diteruskan Wiranto (anggota koalisi PDIP).

Sebagaimana kesaksian Andi Arief  (sekarang staff khusus SBY), Pius dan Desmond memang ditangkap Kopassus ketika Prabowo masih menjadi danjen, namun ketika dia ditangkap danjennya sudah bukan Prabowo (karena Prabowo menjadi Pangkostrad). Selain itu selama dalam tahanan, Andi sama sekali tidak disiksa, dan bahkan sering ngobrol dengan para penangkapnya; bahkan ketika sakit dia disediakan dokter, termasuk pemeriksaan darah dan air kencing, diberi obat maag dan sakit perut sampai rokok. Satu-satunya "penyiksaan" bagi Andi adalah matanya sempat ditutup selama 10 hari, dan itu saja.

Salah atau tidaknya Prabowo sangat tampak dalam Kesimpulan Komnas HAM tahun 2006 di mana sangat tegas dinyatakan bahwa operasi penangkapan direncanakan oleh eselon tertinggi negeri ini oleh pasukan dari beberapa kesatuan yang berbeda, termasuk Kopassus. Sementara tahanan Kopassus sudah dilepas hidup-hidup, semua orang yang masih belum kembali hari ini adalah hasil penangkapan pasukan lain.

Bagaimana dengan Kerusuhan Mei 1998? Bahkan Goenawan Mohamad yang anti Orde Baru saja mengatakan tidak benar Prabowo dalang Kerusuhan Mei 1998. Dalam hal ini GM benar karena dalangnya adalah Benny Moerdani dan klik-klik Jenderalnya, di mana ketika kejadian mengatur gerakan dari Bogor, yang entah kenapa tim TGPF Kerusuhan Mei hanya memeriksa rapat dengan Prabowo yang dihadiri orang banyak di  Kostrad (Amien Rais; Adnan Buyung; Fadli Zon dll), sementara pertemuan di Bogor tidak diperiksa. Ini membuktikan ucapan Andi Arief bahwa hasil-hasil temuan TGPF manapun sering bias dan bekerja berdasarkan kecurigaan kepada pihak tertentu daripada mencari fakta sehingga jarang menyelesaikan masalah.

Bagi yang masih berpendapat Prabowo adalah pelanggar HAM keji, bisakah anda membantah fakta-fakta di atas? Siapa pelanggar HAM di sini? Prabowo atau para purnawirawan Jenderal di Poros PDIP dan termasuk Megawati dan Wiranto?

0 comments:

Post a Comment