Kloningan

Tuesday, May 6, 2014

Kala PKB Mengkhianati NU

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah berita yang isinya mengenai Putra pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang Rembang KH Maimoen Zubair, KH Muhammad Najib MZ menolak dengan tegas capres dari PDIP, yaitu Joko Widodo atau Jokowi. Terlebih lagi dia menolak gerakan elit PPP yang mewacanakan partai Islam tersebut berkoalisi dengan PDIP, alasannya karena platform PPP bertentangan dengan ideologi dan platform PDIP, sehingga bila PPP berkoalisi dengan PDIP maka sama saja PPP menghianati dan menggadaikan ideologi serta amanat sesepuh pendiri PPP.

Membaca artikel tersebut membuat saya teringat satu lagi partai yang menghianati ideologi dan amanat pendiri partainya demi berkoalisi dengan PDIP, yaitu PKB yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar. Penghianatan Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar seharusnya tidak perlu diherankan lagi karena Cak Imin pernah menghianati Gus Dur, padahal Gus Dur adalah terhitung pamannya sendiri.

Lantas apa hubungan koalisi PKB dengan PDIP dan NU? Bukankah PKB bukan partai ekslusif NU? Memang bukan, tapi harus selalu diingat bahwa PKB didirikan bermula dari istigosah akbar di Jawa Timur tanggal 30 Mei 1998 di mana semua kyai langitan berkumpul di PWNU Jatim dan mendesak KH Cholil Bisri supaya mengagas dan membidani kelahiran sebuah partai politik yang akan menjadi aspirasi politik warga NU. Dalam perjalanan selanjutnya sejak desakan ini berdirilah Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB dengan basis mula-mula massa NU, sehingga sesungguhnya jelas bahwa PKB dan NU sama sekali tidak bisa dipisahkan.

Penghianatan macam apa yang dilakukan Cak Imin terhadap NU?

Pertama tentu saja PDIP dan Megawati pernah melakukan penghianatan terhadap Gus Dur dan PKB ketika Gus Dur menjadi presiden Indonesia dan Megawati menjadi wakil presiden dengan cara menusuk Gus Dur dari belakang demi merebut kursi presiden yang diidam-idamkan Megawati sejak Soekarno terjungkal. Sekalipun Gus Dur pernah dihianati PDIP dan Megawati, sekarang partai yang didirikan oleh Gus Dur dan para tokoh NU, PKB malah datang menjilat kaki Megawati, Jokowi dan PDIP demi berkoalisi, dengan demikian bukankah hal tersebut namanya menghianati Gus Dur sang sesepuh NU dan NU sendiri?

Kedua, koalisi dengan PDIP lebih menyakitkan bagi warga NU bila kita membaca buku berjudul Benturan NU-PKI 1948-1965, sebuah buku putih yang diterbitkan oleh NU baru-baru ini untuk menjelaskan posisi dan sikap NU yang berseberangan dengan PKI padahal NU adalah salah satu ormas Islam yang mau menerima sistem nasionalisme dan bukan bukan berbasis agama untuk Indonesia sehingga mereka pasti punya alasan kuat menolak PKI. Membaca buku putih di atas sudah sangat jelas bahwa PKI saat masih berjaya suka membantai warga NU dan umat Islam. Lantas apa hubungannya dengan PDIP? Faktanya adalah PDIP diisi oleh banyak sekali kaum komunis seperti Budiman Soejatmiko, mantan Ketua PRD, yang mana buku putih NU sudah menyatakan bahwa PRD adalah partai kaum komunis, sehingga PKB berkoalisi dengan PDIP sama saja melupakan darah umat Islam dan NU yang dibantai oleh PKI dari tahun 1948-1965.

Ketiga, Yang lebih menyakitkan warga NU tentu saja ketika elit PKB membawa rombongan komunis PDIP yang matanya lapar mengincar suara massa NU datang menghadap para petinggi NU seperti tidak bersalah. Kita tentu saja juga mengingat bahwa beberapa waktu belakangan ini NU dan Banser selalu disudutkan sebagai pelanggar HAM dan pembantai tidak berprikemanusiaan karena keterlibatan mereka memberangus PKI sehingga NU harus menyusun buku putih untuk pembelaan diri mereka, dan sekarang komunis pemfitnah NU itu dibawa oleh PKB yang dilahirkan dari perut NU sendiri, bukankah perbuatan PKB tersebut namanya perbuatan durhaka terhadap orang tua kandung?

Dibandingkan dengan PKB tentu saja Gerindra adalah anggota aliansi yang lebih tepat sebab selain Gerindra didukung oleh gerakan anti komunis; Gerindra juga didukung oleh Yenny Wahid, putri Gus Dur, tokoh legendaris NU yang notabene dihianati oleh Muhaimin Iskandar dan PKB.

0 comments:

Post a Comment