Kloningan

Wednesday, May 14, 2014

Jokowi, Boneka untuk Melawan Prabowo

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Prabowo adalah salah satu jenderal termuda Indonesia dan pernah dianggap sebagai the rising star di dunia angkatan darat di Indonesia. Mengingat reputasinya yang masih sangat dihormati oleh Kopassus walaupun sudah enam belas tahun diberhentikan dari dinas militer maka sepertinya sebutan anggota paling berbakat sepanjang sejarah angkatan darat Indonesia tidak berlebihan.

Seperti kebanyakan kasus di mana seseorang naik terlalu cepat maka ada saja orang-orang yang mempertanyakan apakah benar Prabowo naik pangkat dengan cepat karena kemampuan sendiri atau posisinya sebagai putra Soemitro dan menantu Presiden Soeharto tidak memainkan peranan? Untuk menghilangkan keraguan kita bisa mengutip pernyataan Wayne Downing, salah satu Jenderal Bintang Empat terkemuka di Amerika dan pelatih prajurit-prajurit negara asing di Fort Bragg bahwa dua prajurit asing terbaik yang pernah dia latih adalah adalah Abdullah II, Raja Yordania dan Prabowo Subianto.

Demikian pula seperti umumnya bintang yang naik terlalu cepat ke puncak, demikian pula Prabowo jatuh terjerembab, antara lain karena orang-orang yang cemburu pada Prabowo bersekongkol menjatuhkannya setelah seorang musuh lama Prabowo kembali dari pengasingan untuk menghancurkan karir Prabowo sekali untuk selamanya. Musuh lama ini adalah Benny Moerdani dari CSIS yang dilawan Prabowo karena berusaha mendeislamisasi Indonesia.

Prabowo jatuh ke titik nadir dan menjadi musuh utama Republik Indonesia dan negara-negara barat, kemudian mengasingkan diri ke Yordania dan kembali beberapa tahun kemudian untuk menata hidupnya dari bawah. Keunggulannya sebagai manusia dan mental bajanya membuat Prabowo bangkit kembali dan lebih kuat dari sebelumnya.

Kebangkitan Prabowo ditandai dengan fakta bahwa pada Agustus 2012 Prabowo adalah calon presiden terkuat untuk menghadapi pemilu tahun 2014. Saat itu mulai elektabilitas Prabowo adalah yang paling tinggi, jauh meninggalkan capres-capres lain. Popularitas Prabowo yang sukses dengan program pertanian di HKTI dengan keefisienan militer dan menjadi suara petani serta terlihat tegas bahkan jauh melebihi SBY karena Prabowo dipandang sebagai antitesis SBY.

Sebagian besar rakyat Indonesia benar-benar jatuh cinta pada Prabowo dan tidak peduli masa lalu dan bila pemilu digelar Agustus 2012 maka Prabowo akan menjadi presiden. Apa yang terjadi adalah pengulangan prestasi Prabowo saat menjadi militer aktif ketika dia adalah jenderal paling populer di kalangan prajurit.

Sebagaimana disampaikan oleh Raju Gopalakhrisnan, potensi Prabowo menjadi presiden Indonesia tidak terbendung dan hal ini menimbulkan kekuatiran pada diri musuh-musuhnya, terutama dari kelompok pendukung almarhum Benny Moerdani yang sekarang menjadi politikus-politikus terkemuka seperti Agum Gumelar; Hendropriyono dan Luhut Panjaitan; lembaga milik Benny, CSIS; kelompok-kelompok anti Prabowo karena memakan fitnahan Benny bahwa Prabowo dalang Kerusuhan Mei 1998 dan lain sebagainya.

Kekuatiran juga muncul dari negara-negara Amerika dan Australia yang merupakan donatur lembaga CSIS dan banyak NGO atau LSM di Indonesia bila Prabowo naik menjadi Presiden Indonesia dengan kebijakan nasionalisme (bukan nasionalisasi) yang memfokuskan diri pada pertanian dan peternakan sehingga Indonesia bisa kembali berswasembada pangan padahal ekspor utama Australia ke Indonesia adalah sapi.

Oleh karena itu perlu disiapkan calon alternatif untuk melawan Prabowo, tapi pertanyaannya siapa yang bisa melawan popularitas Prabowo? Karena tidak ada maka perlu direkayasa atau dibentuk dari awal, dan rencana ini membutuhkan seorang pemimpin antah berantah yang tidak terkenal. Kembali pertanyaannya siapa? Sekarang kita tahu jawabannya adalah Jokowi, namun mengapa Jokowi?

Dokumen bocoran wikileaks mengungkap bahwa sejak tahun 2008 Amerika Serikat telah memantau seorang pemimpin di penghujung pulau Jawa bernama Jokowi yang memiliki kemampuan berkomunikasi dan menarik hati orang termasuk kalangan Islam radikal namun tidak terlalu cerdas. Kebetulan mantan menteri perindustrian dan perdagangan dan anggota klik Benny Moerdani, Luhut Panjaitan yang memiliki keresahan yang sama dan mendapat tugas dari Amerika untuk mendekati Jokowi sebagai penjajakan, ini adalah awal mula bisnis Luhut dan Jokowi.

Akhirnya menjelang Pilkada DKI 2012 Luhut Panjaitan bekerja sama grup Tempo memasang jebakan untuk Prabowo dengan menggembar gemborkan mengenai Jokowi, mulai dari pemenang Walikota Terbaik Dunia yang ternyata hanya lomba dalam sebuah website internet sampai ke isu mobil Esemka. Selanjutnya Luhut membujuk JK untuk mengajak Prabowo menarik Jokowi dari Solo dan membujuk Megawati agar mencalonkan Jokowi sebagai cagub dari PDIP dan Gerindra. Sementara itu Luhut menyusun para pengusaha yang dia kenal ketika menjadi menperindag untuk mendukung atau menjadi cukong Jokowi, ini adalah awal mula perkenalan Jokowi dengan cukong-cukongnya.

Tanpa Prabowo sadari bahwa dalam Pilkada DKI, dia sedang membiayai orang yang dari awal udah ditetapkan untuk melawan dirinya pada pilpres 2014. Jebakan mana yang lebih sempurna dari ini, membesarkan calon pembunuh dirinya?

Setelah terpilih menjadi Gubernur DKI, Jokowipun beraksi melakukan pencitraan demi pencitraan untuk memenuhi target menjadi calon presiden sekaligus mengejar popularitas Prabowo yang dibantu media-media massa bayaran, dan untuk itu dia membuat ratusan janji palsu kepada masyarakat, termasuk menipu Megawati sehingga memaksa mencapreskan dirinya. Megawati bukan tidak sadar bahwa dia sedang dikerjai namun untuk mencegah pecahnya PDIP sebagaimana terjadi tahun 2005 maka dia mundur satu langkah dengan menerima pencapresan Jokowi namun kemudian meloncat lima langkah dengan mengikat Jokowi sehingga tidak bisa lari kemana-mana sekalipun menjadi Presiden RI. Kecurigaan Megawati tersebut jelas sekali dalam pidato deklarasi pencapresan Jokowi hari ini yang intinya mengingatkan bahwa Jokowi hanya petugas partai yang wajib menjalankan tugas dari partai (baca: boneka dari PDIP alias Megawati).

Adapun bagi Amerika dan antek-anteknya di Indonesia selama Jokowi bisa mencegah Prabowo naik menjadi presiden maka mereka tidak peduli Jokowi si boneka akan menjadi boneka yang dikendalikan pihak luar selain mereka. Nah, karena tugas Amerika menciptakan sosok pemimpin boneka yang popularitasnya sangat tinggi melalui rekayasa pencitraan maka mereka melepas boneka itu berjalan sendiri. Sementara itu antek Amerika yang lain melakukan adu domba di kalangan anggota koalisi Gerindra, misalnya dengan aksi Goenawan Mohamad, pendiri PAN sekaligus anak didik anggota CIA, Ivan Kats yang mengumumkan pengunduran diri dari PAN karena PAN menetapkan Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo.

Sayangnya, ada kemungkinan bahwa rencana Amerika cs bisa gagal karena Jokowi yang kurang cerdas terlalu asyik pencitraan hingga tidak sengaja menimbulkan kasus korupsi besar, yang konon hari senin depan akan ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung yang berarti Jokowi harus membatalkan pencapresannya. Yah, kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

0 comments:

Post a Comment