Kloningan

Friday, May 16, 2014

Pilpres 2014: Benny Moerdani Vs Prabowo 4

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Bagi yang memperhatikan sejarah Orde Baru pasti pernah mendengar bahwa salah satu epik selama Orde Baru adalah babak demi babak pertarungan antara kelompok Benny Moerdani dengan CSIS yang mendeislamisasi Indonesia dan angkatan bersenjata melawan Prabowo dengan beberapa kelompok perwira junior yang berusaha mencegah rencana Benny Moerdani dan CSIS tersebut. Adapun babak pertarungan tersebut adalah:

Babak pertama:

Kapten Prabowo membuat rencana untuk mendaulat Jenderal Benny Moerdani dan memaksa dia menghentikan rencananya. Namun rencana pendaulatan tersebut gagal karena aksi Prabowo dihentikan oleh perwira-perwira senioar yang terafiliasi dengan Benny Moerdani. Akhirnya rencana deislamisasi terus berjalan.

Skor: Benny Moerdani : Prabowo = 1 : 0

Babak kedua:

Memanfaatkan posisi sebagai menantu Presiden Soeharto, Prabowo secara pelahan berhasil membawa Soeharto dari orbit Benny Moerdani dan CSIS ke arah umat Islam yang direpresentasikan oleh ICMI dan CIDES bentukan Prabowo dan BJ Habibie yang pada tahun 1994 saja memiliki keanggotaan sejumlah 20.000 orang. ICMI berjasa dalam membantu muslim Indonesia memperoleh kehormatan yang sebelumnya tidak dimiliki Islam pada masa Orde Baru di bawah cengkraman Benny Moerdani dan CSIS.

Skor: Benny Moerdani : Prabowo = 1 : 1

Babak tiga

Benny Moerdani yang masih berusaha mengganti Soeharto dengan orang binaannya berhasil memaksa Soeharto menjadikan Try Soeharto yang berada di bawah kendali Benny Moerdani untuk menjadi wakil presiden pada pemilu tahun 1993 dengan harapan bila Soeharto mangkat maka otomatis Try Sutrisno akan menjadi presiden. Kendati demikian Benny Moerdani sudah tidak dipakai lagi dalam kabinet 1993 s.d. 1998 dan resmi tersingkir.

Sejak saat itu Benny mulai berkantor di CSIS dan para perwira militer aktif yang masuk kelompoknya sering berkumpul dan rapat dengan Benny di CSIS. Tekad Benny untuk menyingkirkan Soeharto sampai ke akar-akarnya termasuk mencabut pengaruh keluarga; BJ Habibie dan Prabowo dari dunia perpolitikan Indonesia. Pilihan Benny untuk menjatuhkan Soeharto adalah Megawati Soekarnoputri, dan ini dimulai dari munculnya berita pembelian kapal perang bekas Jerman Timur yang menyudutkan BJ Habibie di Tempo.

Serangkaian aksi intelijen ditingkatkan dengan tujuan menurunkan kredibilitas Soeharto sekaligus menaikan citra Megawati, antara lain melalui Peristiwa 27 Juli 1996 sampai terakhir Kerusuhan Mei 1998 yang mana Benny berhasil menjadikan Prabowo sebagai kambing hitam serta menghancurkan karir maupun kehidupan pribadi Prabowo sampai titik nadir.

Skor: Benny Moerdani : Prabowo = 2 : 1

Babak keempat

Saat ini seluruh anggota kelompok Benny Moerdani berhasil kembali berkumpul di bawah payung koalisi PDIP dengan capres boneka Jokowi untuk mencegah Prabowo naik menjadi presiden Indonesia yang elektabilitasnya sempat tidak tertandingi pada Agustus 2012. Walaupun anggota koalisi PDIP seperti Golkar dan Hanura pada awalnya menunjukan niat berkoalisi dengan Gerindra namun anggota Benny seperti Luhut Panjaitan di Golkar; Wiranto di Hanura; Agum Gumelar, Hendropriyono di PDIP berhasil membawa partai masing-masing sehingga membentuk poros untuk melawan Prabowo. Kelompok Benny yang didukung Amerika ini juga berhasil mengumpulkan para pengusaha kelas kakap yang kuatir kehilangan keuntungan besar bila Prabowo berkuasa untuk memberikan modal besar-besaran kepada Jokowi.

Adapun pendukung Prabowo kali ini juga kurang lebih sama dengan ketika dia memenangkan Babak Kedua yaitu Muhammadiyah yang direpresentasikan oleh Amien Rais dan PAN; kubu Islam puritan yang direpresentasikan oleh PPP dan PKS, dengan tambahan dukungan keluarga dan pendukung Gus Dur; Ketua PBNU Said Aqil kendati PKB sebagai "partainya NU" telah masuk poros PDIP serta kalangan petani, nelayan dan rakyat kecil.

Sementara itu tampaknya dukungan kepada PDIP dan Jokowi lebih kepada kepentingan masing-masing dan bukan demi rakyat, sehingga tarik ulur kepentingan ini menyebabkan dukungan pada Jokowi sendiri tidak bulat terbukti dari fakta bahwa sampai sekarang belum ada surat dukungan resmi dari NasDem; Golkar; Hanura; PKB dan bahkan PDIP sendiri. Ketua Dewan Pertimbangan NasDem Rachmawati Soekarnoputri memiliki keraguan atas visi Jokowi dan PDIP dan kuatir pada status boneka Jokowi, jangan-jangan visi Jokowi adalah titipan orang di belakang Jokowi yang punya kepentingan sendiri-sendiri.

Selain Rachmawati, anak Soekarno lain yang meragukan kemampuan Jokowi juga datang dari Guruh Soekarnoputra yang menyatakan bahwa Jokowi tidak akan mampu memimpin Indonesia dan Jokowi diragukan memahami ajaran-ajaran serta filosofi Soekarno.

Dengan kubu Benny Moerdani dan kubu Prabowo memiliki modal dan kekurangan masing-masing maka kita harus menantikan siapa yang keluar sebagai pemenang pada pemilihan presiden mendatang, tapi yang pasti pertarungan akan sangat ketat.

0 comments:

Post a Comment