Kloningan

Wednesday, May 14, 2014

Koalisi Kepentingan (PDIP) vs Koalisi Nasional (Gerindra)

Leave a Comment
Berric Dondarrion

Di antara Poros Gerindra dan Poros PDIP adalah Poros PDIP yang lebih menyimpan bom "thermonuclear" tidak stabil yang siap meledak kapan saja karena terlalu banyak kepentingan yang saling bersinggungan yang semakin lama semakin membahayakan koalisi dan bila mereka terpilih akan membahayakan bangsa dan negara karena dapat dipastikan negara tidak akan stabil. Apa saja kepentingan tersebut?

- Jokowi dan PDIP ProJo

ProJo memiliki target menggusur Megawati karena menilai trah Soekarno sudah habis dan berhala bernama Megawati hendak diganti dengan berhala yang baru, dalam hal ini Jokowi. PDIP ProJo terobsesi menyingkirkan Megawati pada kongres 2015 mendatang, dan mereka harus berhasil di mana senior mereka seperti Arifin Panigoro, Roy BB Janis, Guruh Soekarnoputra gagal pada kongres tahun 2005.

- Jokowi dan Megawati

Rencana Mega membiarkan Jokowi menjadi capres adalah dia akan menjadi presiden bayangan yang mengatur pemerintahan dari belakang. Namun tentu saja PDIP ProJo tidak akan membiarkan Mega menarik Jokowi ke orbitnya sedangkan Mega bukan politisi kemarin sore, lawan yang dia hadapi adalah Presiden Soeharto penguasa Orde Baru selama 32 tahun sehingga menggencet ProJo sangat mudah, tapi yang sulit adalah menghadapi kekuatan uang di belakang Jokowi yang tidak berseri.

- Jokowi dan Abraham Samad

Jokowi sedang panik karena selangkah lagi menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan bus TransJakarta, untuk itu dia kemarin minta bantuan SBY mengamankan yang ditolak dengan alasan "besan saya kena saja tidak saya intervensi". Sebelumnya Jokowi pernah meminta bantuan Abraham Samad supaya KPK tidak bergerak dengan imbalan kursi cawapres. Samad tentu saja sudah sejak tahun lalu menjilat Jokowi dengan puji-pujian anti korupsi dan plakat anti korupsi.

Masalah muncul ketika NasDem masuk menyodorkan JK sebagai cawapres, yang belakangan diamini Golkar sebagai syarat koalisi. Samad segera bertindak dengan membuka tiga kasus korupsi sekaligus sebagai pesan kepada Jokowi; PDIP dan JK, yaitu kasus suap bupati bogor yang kader PPP dan digunakan JK untuk menarik PPP ke PDIP dan kasus yang berhubungan dengan tanah Sentul milik cukong Jokowi - Tomi Winata; kasus Hadi Purnomo yang melibatkan BCA milik grup Djarum, cukong Jokowi; dan suap walikota Makassar, sekutu terkuat JK di wilayah timur.

- Jokowi - Surya Paloh (SP) - ARB - JK - Samad

SP bermusuhan dengan ARB dan menerima golkar dalam koalisi demi mencalonkan JK sebagai cawapres. ARB bersedia mendukung JK karena mendapat jaminan bahwa JK akan melindungi Lapindo dan menolong perusahaan Bakrie sebagaimana dilakukan sebelumnya ketika JK wakil presiden.

Masalah JK akan tepat janji atau tidak urusan kedua, tapi yang jelas sebelum ini JK sangat dendam pada ARB karena merebut kursi Ketua Umum Golkar. Sementara ARB yang takut pada JK tidak memberikan jabatan apa-apa pada JK dan menjadikan JK sebagai kader biasa. Setelah semua ini apakah JK akan tepati janji? Dan apa yang akan dilakukan Ical bila JK ingkar janji? Lihat saja perkembangannya.

Yang menjadi masalah bila JK terpilih sebagai cawapres atau bahkan capres apakah Samad akan diam saja dan legowo atau akan menjadi aktif menyerang? Sementara bila Jokowi tidak setuju JK yang masuk maka koalisi dengan NasDem dan Golkar terancam batal, tapi ini sekaligus membatalkan perjanjian dengan Samad terkait perlindungan dari kasus TransJakarta. Apakah Samad akan kalap dan serang Jokowi?

- Jokowi - Puan Maharani

Walaupun kemungkinan Puan menjadi cawapres Jokowi mengecil karena ada Golkar dan NasDem namun PDIP pro Puan tetap berusaha mencari celah sekecil apapun untuk masuk. Plus tentu saja Puan membenci Jokowi.

Lihat betapa rumitnya hubungan di antara koalisi Jokowi dan semua berhubungan dengan posisi cawapres, sebagai akibat blunder yang dilakukan PDIP karena menjual posisi cawapres untuk kepentingan masing-masing terutama koalisi dan perlindungan hukum.

Bagaimana dengan koalisi Gerindra?

Adem ayem, hanya PKS yang masih ngotot ajukan cawapres dari pihak mereka (biasa PKS) tapi dari awal Prabowo sudah yakin dengan pilihannya, Hatta Rajasa. Demi Hatta, Prabowo bahkan menolak uluran Golkar dengan syarat Ical jadi cawapres, selain itu Prabowo juga menolak mengamankan Lapindo dan perusahaan Bakrie.

Penolakan Prabowo karena menilai permintaan Bakrie berbahaya bagi Indonesia adalah alasan Golkar menyebrang ke PDIP, dan syarat yang ditolak Prabowo tersebut diterima PDIP dan NasDem sehingga mereka berkoalisi.

0 comments:

Post a Comment